05 || Familiar

254 46 20
                                        

Eyyy!!

HALOOUUURRRR!! Minta maaf karena sudah jarang update.

Selamat membaca~

*••°˘♡˘°••*

Beberapa hari setelahnya. . . .

Malam tanpa disadari telah menjemput waktunya. Bulan bersinar penuh, ditemani kelap-kelip banyaknya bintang.

Hwoosshh~

Angin sejuk menyambut begitu surai merah muncul di jendela yang terbuka. Bagaikan kelopak mawar merah yang berterbangan, helaian rambut berkibar tertiup sejuknya angin malam.

Mata perak bersinar selaras dengan cahaya terang rembulan.

Sangat indah dan cantik.

Alecta bersandar pada tepian jendela. Menikmati waktu tenang, aroma taman bunga tercium menenangkan.

Audensi pertamanya dengan Nate sungguh kacau!

Dia menangis seperti anak kecil— sebagai pengingat, tubuhnya sekarang memang masih muda.

Bagaimanapun, Alecta tetap senang diikuti hatinya yang merasa lebih ringan.

Puas menikmati indahnya malam, tangan bergerak menutup jendela. Dia baru saja selesai beres-beres di ruangan khusus yang berada tepat disebelah kamarnya.

Ruangan pribadi ini penuh dengan beragam barang. Alat-alat lukis lengkap, meja lebar berisi kertas-kertas besar.

Buku-buku dilantai, sofa dan banyak rak dengan ragam jenis benda didalamnya. Keseluruhan ruangan memang tidak rapi, tapi ini penuh dengan kegemaran putri ke-dua Delcross.

Seperti yang Alecta katakan, dia akan melakukan apapun yang ingin dia coba lakukan.

"Putri, apakah anda sudah selesai? Ini waktunya tidur."

Terdengar ketukan pintu bersamaan dengan suara lembut Lydia. Alecta tersenyum sumringah sebelum menyahuti.

"Ya! Aku akan keluar sekarang." dia ceria, berlarian kecil menuju pintu.

Membuka pintu, Lydia menyambut hangat lalu menyelimuti punggung sang putri dengan syal merah muda.

Alecta terkikik lucu, "Terima kasih, udara lebih dingin malam ini."

"Saya sudah menyiapkan susu hangat, minumlah sebelum tidur nanti."

Lydia menurunkan pandangannya ke kaki putri. Alecta tidak memakai alas kaki, pelayan itu tersenyum.

Mungkin karena belum terbiasa, Alecta sering kedapatan tidak memakai sepatu saat hanya di istana kupu-kupu merah.

Pelayan itu mengangguk memaklumi.

Putri beserta pelayan kepercayaannya berjalan sambil berbincang-bincang ringan di perjalanan kembali ke kamar.

Menjejaki kakinya pada lantai kamar, Alecta menoleh ke arah pintu saat angin berhembus masuk. Keningnya mengernyit, ada perasaan aneh dari angin malam kali ini.

Dia berdiri sejenak ditempat yang sama bahkan setelah Lydia menutup pintu.

"Putri?" Lydia memiringkan kepalanya, bingung.

"Ah, ya? Aku——

Kiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

"!!"

Getaran tak kasat mata menggerayangi seluruh indra tubuhnya. Tangan disisi tubuh gemetaran tak tertahankan, sepasang mata perak terbelalak.

Ugh!

COTHE: Alecta KleinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang