04 || Pertama Kali Audensi (2)

293 53 8
                                        

Alohaa~

Aku update setelah cukup lama ngilank ya;)

Happy reading!

*••°˘♡˘°••*

Saat kaisar suci terlebih dahulu duduk di sofa, Alecta berjalan kecil dibelakangnya kemudian duduk di sofa lain yang berada diseberangnya.

Ada atmosfer tidak mengenakan dan kegugupan yang mengudara.

Clang!

Nate meletakkan cangkir tehnya kembali setelah meminum sedikit isinya. Mata perak mengamati dengan tenang anak perempuannya yang terlihat sangat gugup.

"Apakah ada sesuatu yang menganggu mu?"

Sebagai seorang ayah, ia bertanya selembut mungkin. Namun pertanyaannya membuat si rambut merah berjengit ditempat.

"O-oh, maaf! Aku hanya merasa gugup karena audiensi pertama kali dengan ayah."

Sadar kalau dia telah menunjukkan rasa canggung yang begitu jelas, Alecta menangis didalam hati.

Mau bagaimana lagi? Orang yang dia anggap karakter di kehidupan sebelumnya, sekarang ini duduk diseberang dan bertukar kata secara nyata dengannya!

"Ya, itu bisa dimaklumi. Tapi cobalah untuk membiasakan diri." Nate bicara setenang raut wajahnya.

"Baik, ayah."

Bagi Alecta, agak canggung memanggil Nate sebagai ayahnya. Itu benar-benar pengalaman baru yang sangat mendebarkan.

Tatapan mata perak Alecta pindah ke meja dihadapannya. Piring-piring berisi kudapan manis tersaji rapi, berbagai jenis kue ditata dan dihias dengan sangat cantik.

Senyuman tipis terbit diwajahnya, untuk beberapa alasan, dia senang melihat itu semua.

"Aku sempat bertanya ke pelayan mu, jadi aku menyuruh koki untuk menyiapkannya."

Kepala merah kembali mengarah kedepan saat Nate berbicara tentang semua kudapan manis yang tersaji.

Lydia pastilah orang yang sudah merekomendasikan. Mengingat fakta bahwa pengurus utama istana kupu-kupu merah itu sangat dekat dengan sang putri.

Alecta mengangguk kecil, Lydia memang orang paling cocok untuk ditanyai tentang dirinya yang baru saja berada di istana kekaisaran.

Bergerak perlahan memindahkan sepotong Pai Stroberi ke piring kecil, Alecta memasukan sesendok Pai hangat kedalam mulutnya.

'Enak, koki istana utama sangat berbakat!' Alecta memuji dalam hati.

Sambil mengunyah, sesuatu terlintas dipikirannya. Dia makan dengan anteng dan nikmat, namun kaisar suci tidak dapat melakukannya.

'Pria tampan ini terus di racuni di masa mudanya. Tidak heran dia enggan makan walau hanya sedikit.'

Di novel, Nate dapat bertahan bahkan tanpa makan dan minum hanya berkat kekuatan suci besar yang tertanam didalam tubuhnya.

Yah, tetapi ironis rasanya membayangkan Nate tidak dapat merasakan kesenangan memiliki makanan favorit.

Hal ini disebabkan karena masa kecil yang di isi kenangan buruk setiap kali dia mencoba makan sesuatu. Nate memuntahkan darah setiap kali dia makan, jelas ada racun didalamnya.

Tidak peduli seberapa terjaganya makanan, selalu ada celah bagi racun di tambahkan.

Alecta terus melamuni informasi dari novel saat dia menyuap potongan-potongan Pai Stroberi.

COTHE: Alecta KleinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang