09 || Fragment (3)

212 40 13
                                        

Halo manis manis ku~

Oke, sekali lagi alurnya ku percepat. Kenapa? Karena aku takut kalau nanti kehilangan mood nulis lagi:D

Jadi author itu ribet banget elah, bikin fanfic gini aja aku sering males update hahaha!

Gatau kenapa aku ngetik chapter ini sambil dengerin instrumental Black Swan punya BTS—— ngulang sampe 5x.

Happy reading😉♥️

*••°˘♡˘°••*

Cukup berjauhan dari lokasi istana kekaisaran, tepatnya pada daerah kumuh yang gelap dan suram. Bulan bersinar cerah di langit, memamerkan cahaya perak bersih nan indah.

Bagai mengolok-olok buruknya lingkungan perumahan padat kumuh tersebut.

Disalah satu bangunan tinggi, sesosok jubah hitam baru saja muncul bak kedipan mata. Sorot manik ungu dingin memindai sekitarnya.

Wajah itu kemudian mendongak sembari memejamkan mata. Nampak begitu tenang dan tak terusik.

Wajah itu kemudian mendongak sembari memejamkan mata, memiringkan kepala ke kanan dan detik berikutnya mengambil satu langkah hingga tubuhnya terjun bebas dari ketinggian.

Drap!

Sepasang kaki tanpa alas kaki memijak tanah seolah kejadian terjun dari ketinggian barusan bukanlah hal besar. Udara dingin menyertai saat kaki mengambil arah lurus menuju ke dalam gelapnya jalanan kumuh.

Terus berjalan dan berjalan melewati tiap bangunan usang, berbagai orang aneh dan kegiatannya. Banyak pasang mata melirik namun tak cukup berani mendekati si sosok berjubah.

Seakan ada janji tak tertulis bahwa setiap tangan lain ditempat itu tidak boleh menggapai pemilik tubuh tertutup jubah hitam.

Barulah saat si jubah hitam menghilang, orang-orang itu berkedip linglung tanpa mengingat kejadian sebelumnya.

Manik ungu hanya menatap lurus ke depan, sampai tiba di suatu rumah tak terpakai yang dibagian atap kirinya telah hancur.

"Ku pikir aku mendatangi tempat yang salah. Ck, semua berubah dengan cepat dalam beberapa tahun," gerutu orang bermata ungu.

Sosoknya segera menghilang setelah telapak tangannya menyentuh pintu. Berganti muncul di dalam rumah, dia memindai sekeliling ruangan.

Dulunya rumah ini ditinggali oleh keluarga beranggotakan lima orang. Sepasang suami istri dan tiga anak mereka, miskin dalam finansial tapi kaya dalam keharmonisan.

Hidup dilingkungan kumuh dengan orang-orang yang sama buruknya, ternyata tak mampu membuat keluarga ini rusak.

"Orang-orang bodoh," dia berpaling dari menatap satu meja yang hancur menjadi beberapa bagian.

Dulunya itu meja makan.

Orang itu kemudian berpindah menuju tangga. Tepatnya dibelakang tangga, ada pintu rahasia di lantai yang kemudian ia injak kuat-kuat sampai hancur.

Terpampang lah tangga yang mengarah ke bawah dimana hanya kegelapan yang terlihat. Tapi si mata ungu tak goyah barang sedikitpun, kakinya dengan ringan berjalan menapaki tiap anakan tangga.

". . ."

Cukup lama melangkah dalam diam berteman sunyi, akhirnya dia berhenti. Menjentikkan jari dan ukiran-ukiran tak terbaca muncul diterangi cahaya ungu.

COTHE: Alecta KleinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang