7.

2.2K 134 0
                                    

.TERLALU LEMAH DAN TIDAK BERDAYA.

Happy reading.......

Vio sepertinya melihat bayangan ayahnya yang pergi begitu saja setiap kali melihatnya sebentar, tidak peduli apa yang dia katakan ayahnya tidak pernah peduli.

Sekarang dalam pikirannya, suara langkah kaki yang menjauh seperti mengingatkannya pada tuan Adrian yang selalu pergi dari rumah kecilnya tanpa menengok ke belakang.

Mata vio mulai memerah.
"Jangan, jangan pergi! Kumohon jangan tinggalkan aku! Aku tahu, aku salah. Aku tidak akan mengatakan omong kosong lagi tuan, tolong jangan tinggalkan aku, Jangan.... jangan pergi". Isaknya mulai tenggelam dalam takut Halbert marah dan tidak mau merawatnya lagi.

Ayahnya pernah berkata merawat orang buta itu merepotkan, karena itu tuan Adrian mengirimnya ke sebuah rumah kecil untuk hidup bersama pelayan tanpa perlu mengurusnya di rumah utama keluarga Adrian.

Hanya Kakek jeffrod yang baik padanya dan mengenal ibunya sebelum menikah dengan keluarga Adrian, tidak perduli persahabatannya seperti apa tapi kakek jeffrod sangat baik padanya.

Halbert mengentikan langkahnya dan tertegun, dia berbalik dan melihat laki-laki itu seperti sedang menatapnya dengan putus asa.

Memikirkan riwayat penyakit mental fear of Abandonment yang dideritanya, Halbert semakin yakin jika vio tidak cocok untuk menjadi istrinya, tapi....dia sudah berjanji.

Halbert sama sekali tidak menghampiri atau membantu vio untuk bangun, dia tidak berniat untuk menenangkannya.

"Vio Adrian, kamu terlalu lemah Dimata ku, dan tidak layak menjadi istriku aku bisa dalam bahaya hidup dan mati kapan saja jika kamu ada di sampingku, bukankah hanya mengantar kelinci ke sarang harimau ?".

"Tidak, tidak apa-apa jika itu tidak layak, aku bisa menjadi pelayan mu selama kamu tidak mau meninggalkanku".

Entah apa yang dipikirkan vio saat ini, dia sangat ingin bergantung pada Halbert.

Tapi mendengar perkataan ini Halbert bahkan lebih marah. "Apakah kamu begitu murah hingga ingin menjadi pelayan ku?!, kamu harus sadar diri, ada banyak pelayan dirumah ini yang jelas lebih baik darimu, aku tidak membutuhkan orang buta untuk menjadi pelayanku, bahkan kamu tidak bisa mengurus dirimu sendiri, bagaimana mungkin bisa mengurusku!!".

Halbert tidak memandangnya lagi dan meninggalkan tempat itu, kali ini vio tertegun dengan tubuhnya seperti disambar petir, dia sesak napas memikirkan kata-kata yang menusuk hatinya, apakah dia begitu lemah padahal dia ini laki-laki kenapa dia bisa lemah ? Ia bahkan tidak bisa mengurusi dirinya sendiri.

Ibunya jelas berkata bahwa dirinya tidak bisa marah, dia tidak bisa menunjukkan dirinya mampu melakukannya sendiri dia harus menjadi seperti ini demi kebaikannya.

Vio akhirnya bercucuran air mata disana dan tidak ada satupun pelayan yang datang untuk membantunya.

"Ma, apakah yang kulakukan ini salah ?". Gumanya gentir.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ketika hari menjelang malam, semua makanan sudah tersaji di meja makan dan Halbert kembali dari tempat yang tidak diketahui, dia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 6 sore.

Lalu Halbert mengerutkan keningnya. "Apakah dia dibantu kembali ke kamarnya siang tadi ?".
Tanyanya pada pelayan yang sempat menemani vio dia halaman belakang.

Pelayan muda itu menggelengkan kepalanya wajahnya menjadi pucat. "Ti-tidak, tua muda, tuan muda vio Sudah ada dikamar nya saat saya memeriksanya". Jawabannya takut-takut.

"Dia kembali sendiri ?". Tebak Halbert.
Tidak ada satupun pelayan Disana yang mengaku membantu vio naik ke lantai 2, Halbert sedikit berpikir lebih jauh, bisakah dia berjalan dengan mengandalkan tongkat putih tanpa menabrak Dinding dan memecahkan guci ?.

Dokter keluarga bilang jika vio buta sepenuhnya dan tidak bisa diobati kecuali melalui operasi mata.

Lalu Halbert sempat bertanya-tanya, bagaimana bisa vio memberikan keberuntungan pada orang lain ?, apakah dia Supranatural ?, adakah hal-hal seperti itu di dunia ini ?.

Apa yang Halbert katakan pada laki-laki itu mungkin menyakitkan dan menyinggung, tapi ini demi kebaikannya juga dia tidak mau membiarkan vio berhati lembut pada ayah pengisap darah seperti tuan Adrian.

Tapi mungkin caranya salah ?.

"Panggil dia untuk makan malam". Katanya pada pelayan.

"Ya, tuan muda". Salah satu pelayan akhirnya pergi, namun Halbert menghentikannya kembali, "tunggu". Cegah Halbert.
"Tuan, apakah ada yang lain ?". Tanyanya.

"Apakah kakekku belum kembali ?". Tanyanya pada kepala pelayan.

"Belum, tuan besar berkata akan kembali setelah beberapa hari, tuan muda diminta untuk menjaga tuan muda vio".

Halbert tidak menimpalinya, dia duduk setelah melepaskan 2 kancing kemeja bagian atas, kakeknya sengaja pergi Dan membiarkan dirinya mengikat hubungan dengan vio, ini jelas merepotkan dia tidak mau mengurus pria kecil itu disini.

"Sudahlah, panggil saja pria kecil itu kesini untuk makan malam". Perintahnya pada pelayan.

"Ya, tuan muda". Pelayan segera naik ke lantai atas untuk menjemput vio, Namun ketika kembali wajah pelayan itu pucat dan tampak panik.

Halbert mengerutkan keningnya. "Ada apa ?, apakah dia tidak mau turun ?". Kenapa pria kecil itu begitu sulit untuk diberi pengertian ?. Apakah dia marah sebelumnya ?.

Pelayan itu menggelengkan kepalanya dan memberanikan diri untuk bicara. "Tuan muda....tuan muda vio tidak....tidak ada dikamar nya, tuan". Jawabannya gelagapan.

"Tidak ada dikamar ?". Suara Halbert berubah menjadi dingin.

Pelayan yang baru saja memeriksa kamar vio pun langsung berlutut dan menundukkan kepalanya.
"Tuan....ini....ini salah pelayan karena tidak menjaga tuan muda vio dengan baik, tolong ampuni saya".

"Sudahkah kamu mengecek kamar mandi dan sudut-sudut lainnya ?". Tanyanya.

"Sudah, tua tapi tuan muda vio tidak ada dimana pun". Jelas pelayan itu.

Tak mau menunggu lama, Halbert segera pergi mencari vio.

TBC.

Istri buta pembawa keberuntungan Sang Mafia  (B×B) [ HITAUS DULU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang