3.

2.7K 152 0
                                    

.HARI PERTAMA DI KELUARGA JEFFROD.

Happy reading......

Vio dengan cepat menggelengkan kepala.
Meski dia merasa bahwa Halbert menakuti batinnya, tidak mungkin untuk mengakuinya secara terbuka bukan ?, dia khawatir Halbert akan memiliki ide gila terhadap dirinya.

Melihat vio menggelengkan kepala dan tidak bicara lagi, Halbert merasa bosan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah setengah jam menunggu dokter keluarga jeffrod akhirnya datang. Seseorang pria paruh baya berjas putih, membawa kotak medis dan menyapa kakek jeffrod, Akhirnya naik ke lantai dua untuk menemui pasien yang dimaksud.

Saat tiba di kamar, dokter keluarga akhirnya melihat Halbert dan seorang laki-laki lebih kecil dari Halbert yang diperkirakan masih berusia 18 tahun.

"Tuan muda...," sapanya.

Halbert tidak terlalu perduli. "Periksa dia ?"

"Ya". Dokter Arnold mengangguk.

Serangkaian pemeriksaan kecil dilakukan, mulai dari memar-memar di tubuhnya, bekas cambukan hingga kondisi matanya saat ini, semuanya tidak ada yang kurang.

Kemudian dokter Arnold menggelengkan kepala, merasakan kasihan pada pria kecil di depannya.
Kenapa begitu banyak memar dan bekas cambukan ?, belum lagi dia buta.

Setelah selesai memeriksa, dokter Arnold memberikan sebotol krim untuk mengobati memar di tubuhnya, sedangkan untuk bekas cambukan dia harus mencarinya dulu di rumah sakit.

Halbert tau ada sesuatu yang Ingin dibicarakan oleh dokter Arnold, jadi dia berkata pada vio. "Kamu istirahat lah dulu malam ini. Aku akan memanggil pelayan untuk membantumu disini"

Vio mengangguk patuh. "Terimakasih tuan".

Halbert dan dokter Arnold segera meninggalkan kamar baru vio dan pergi ke ruang tamu yang ada di lantai bawah, kakek jeffrod sudah tidak ada karena ada urusan lagi yang membutuhkan dirinya.

"Apakah dia buta ?". Tanya Halbert lebih dulu.

"Ya, dia buta ini adalah kebutaan permanen yang biasanya sudah ada sejak lahir, tapi aku tidak tau  apa penyebabnya". Dokter Arnold mengangguk, iris mata vio berwarna kelabu, meski dia bukan dokter mata, tapi dilihat dari lapisan luar iris nya saja sudah tau jika vio buta permanen.

"Tidak apa-apa jika itu benar-benar buta".
Halbert akhirnya menyakinkan dirinya jika vio buta.

Dokter Arnold merasa heran. "Apakah dia... Benar-benar calon istri mu ?".

"Masih dipikirkan".

"Apakah dia diperkenalkan kakek mu ?".

"Ya". Halbert tidak bisa berfikir dua kali lagi tentang ini.

"Lelaki itu sepertinya baik, meskipun dia buta dan tampak tidak berdaya, tapi rasanya sudah terbiasa dengan luka atau memar di tubuhnya, mungkinkah kekerasan anak ini dalam rumah tangga ?".

"Dia anak terbuang dari keluarga Andrian".
Jawab Halbert tidak menyembunyikannya.

Dokter Arnold telah setia pada keluarga jeffrod selalu 20 tahun terakhir, ini bukan waktu yang singkat.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Keesokan paginya, vio terbangun dari mimpi buruk yang menyebabkan banjir keringat sepanjang malam, piyama tidur yang dipakainya sedikit basah dan wajahnya pucat, dia bisa merasakan sinar matahari menghangatkan tubuhnya saat ini.

Seorang pelayan muda sedang membuka gorden dan menyapa vio.

"Selamat pagi tuan muda". Sapanya.

"P-pagi". Vio sedikit canggung, lagi-lagi mimpi yang setiap malam dia merasa akan depresi kapan saja.

"Tuan muda, saya diperintahkan untuk melayani tuan muda pagi ini".

"Baik, maaf merepotkanmu". Kata vio tidak menolak.

Pelayan muda segera membantu vio untuk mandi dan mempersiapkan pakaian yang pas untuknya, lalu membawanya ke ruang makan untuk sarapan.

Kakek jeffrod sudah ada di sana, namun tuan muda mereka belum muncul. Saat melihat vio datang, kakek jeffrod memberikan koran pada pelayan yang ada di belakang.

"Dimana Halbert ?, kenapa dia belum turun untuk sarapan ?". Tanyanya, ini hari pertama vio dan Halbert sarapan di meja yang sama. Tentu saja kakek jeffrod tidak bisa melewatkannya.

Kepala pelayan akhirnya datang. "Tuan besar, tuan muda Halbert berkata akan sarapan nanti, dia sedang menyelesaikan sesuatu".

Kakek jeffrod tidak senang. "Apakah anak ini mengindari sarapan bersama vio ?".

"Ini... Tidak seperti itu". Kepala pelayan juga bingung menjelaskannya, Halbert tidak memberikan alasan atau perintah lain jadi tidak tau kebenarannya.

Vio yang duduk tenang di kursi tak jauh dari kakek jeffrod pun menggelengkan kepala.
"Kakek tidak apa-apa, mungkin tuan Halbert benar-benar sibuk, tidak masalah". Katanya.

Jika Halbert benar-benar tidak menyukainya itu tidak masalah, lagipula vio sudah lama dibenci semua orang termasuk keluarga Andrian sendiri.
Dia sudah terbiasa di ejek sebagai pria buta atau anak terbuang dari keluarga Adrian.

Jika ada yang bersimpati, mereka pasti akan bilang Jika kelahiran vio adalah batu pijakan tuan Adrian untuk mewarisi bisnis keluarga, setelah digunakan lalu dibuang.

"Kamu harus memanggilnya Halbert di masa depan, jangan terasing seperti itu. dia tidak akan keberatan". Kata kakek jeffrod yang tau jika vio sepertinya tampak canggung dengan Halbert, cucunya yang melajang sebelum tua itu, kapan ia akan menangkap seorang istri ini ?.

Vio hanya tersenyum kecil, bagaimana mungkin dia bisa memanggilnya seperti itu ?. Jelas dia tidak mau dikatakan mencari perhatian pada Halbert, lebih baik berperilaku seperti tamu di sini.

Akhirnya, vio dan kakek jeffrod sarapan lebih awal tanpa menunggu Halbert, di rumah besar yang sangat indah ini hanya ada kakek jeffrod dan Halbert yang menjadi tuan.

Orang tua Halbert meninggal akibat pembunuhan di masa lalu dan tidak ada sanak keluarga lain di keluarga jeffrod. Namun semenjak hari berdarah itu Halbert sendiri menjadi sosok Yang kejam dan berdarah dingin.

TBC.

Istri buta pembawa keberuntungan Sang Mafia  (B×B) [ HITAUS DULU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang