The Mom and the Kiddos

51 3 10
                                    

Pelabuhan Penyebrangan Ketapang
Banyuwangi, Jawa timur
01.41 malam

.
.
.

"Wah gila ini yang terakhir sih..."

Seorang wanita mengenakan kebaya nyentrik hitam dengan kain jarik yang terbelah hingga keatas menginjak seonggok mayat di kakinya, empat wanita lainnya menenteng senjata mereka dengan wajah yang lelah.

"Gila ya mak, ini kalo tiap malem begini bisa gila gue." Bellinda, wanita dengan pakaian kebaya biru tua itu mengeluh sembari menyalakan rokoknya dan duduk santai di tumpukan box tua dengan isi narkoba itu.

Wanita yang dipanggil emak oleh keempat wanita itu hanya tertawa dan mencoba membenarkan robekan roknya yang sudah hampir menampakkan pahanya. ia mengeluh dan menghela nafasnya.

"Seumur hidup, gue gamau lagi pake ginian, anjing. gue dibuat guling guling sambil nembak tadi!"

"Lagian ngide banget anjir kita disuruh pake kostum beginian, ni liat kebaya gue bentukannya udah kaya gorden sekolahan negri!" Theanor menyahut sembari menunjuk kebaya putihnya yang kena bercak darah dimana-mana. ia mendengus sementara yang lain tertawa. kondisi mereka tidak beda jauh tuh.

"Ye ikut ketawa lagi lu pada! liat tuh baju lu semua. Mak, gaada ya ngide gini lagi!"

Aeri yang tadinya diam saja ia menaruh senjatanya dan duduk di lantai dengan helaan nafas lelah. Caramel yang melihat mereka nampak kelelahan untuk tugas kali ini cukup kasian.

"Duh iya iya, ini kan cuma dare dari Ver aja. mayan loh taruhannya."
Tangan Caramel mengelus helaian rambut Aeri yang basah oleh keringat. ia tertawa. kali ini misi mereka berhasil untuk merampas pulihan ton sabu yang tertahan pemerintah di ujung pelabuhan Banyuwangi.

Caramel menyampirkan AK-103 nya di bahu dan tersenyum lebar. taruhan kali ini adalah Mansion milik keluarga Darmawangsa yang menjadi sitaan negara. Ver sebagai koneksi orang dalam negara jelas memberikan akses gampang untuk Caramel dan anak asuhnya untuk bergerak.

"Ini terus kita gimana bawa ni kontainer? gila, gue nyetir mobil aja nyerempet" ujar Aeri sembari berjalan ke sisi depan mobil kontainer

"Gue dong gue gantian!" Bell mengacungkan tangannya dengan senyum lebar sementara thea menepak belakang kepala Bell dengan agak kencang.

"Gak gak! dibawa lo udah kek mau dibawa ketemu tuhan!"

Bell hanya terkekeh dan menggulung lengan kebayanya dengan susah payah, menunjukkan luka di beberapa bagian. Hazel yang sedaei tadi diam akhirnya meringis ngilu.

"Ih anjir buru lah obatin tu si bell, daripada nanti jadi buntung."

"Congor lu gue masak abis ini zel."

Hazel menanggapi hanya dengan mengerlingkan matanya dan langsung melompat naik ke kursi kemudi sopir sementara Carame sudah duduk di kursi samping sopir, sisanya berjaga di dalam kontainer.

"Gapake lama zel, anak anak pengap didalem sono."

"Iye mak, aman."

Tanpa babibu, Hazel menyalakan mobil truk kontainee tersebut, menancap gas langsung menuju kearah tempat gudang mereka.

===================================

Satu kata dari Caramel, gila. Hazel gapake ngang ngong nancep gasnya. Banyuwangi-Jember via darat cuma 30 menit dengan akses jalan gumitir yang berkelok kelok.

Mobil kontainer tersebut sekarang terparkir di garasi gudang 'gula' yang mereka jadikan pengalihan. Hazel dan Caramel turun dari mobil, membuka pintu kontainer dan mendapati anak-anaknya langsung meloncat keluar dan memuntahkan isi perutnya.

INEFFABLE : Different to TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang