Searching! We have to move, Kiddos

6 1 4
                                    


Hari itu, suasana di mansion terasa penuh ketegangan. Bell baru saja mengalami ledakan emosi yang membuat semua orang khawatir. Setelah kejadian di mana Bell hampir menyerang Corry karena trauma lamanya, Ver dan Derick tahu bahwa mereka harus melakukan sesuatu. Bell bukan hanya bagian dari tim mereka, tetapi juga bagian dari keluarga mereka. Mereka tidak bisa membiarkannya terus terpuruk.

Di ruang tengah yang besar dan elegan, Ver dan Derick duduk menghadap ke arah teman-teman mereka yang berkumpul dalam lingkaran. Wajah mereka menunjukkan keprihatinan yang dalam. Di sekitar mereka, Navya, Corry, Kartier, Zaratras, Albert, Zela, Thea, Hazel, dan Aery duduk dalam diam, menunggu apa yang akan dikatakan oleh Ver.

Ver memulai pembicaraan dengan nada serius. "Gue rasa kita semua udah lihat sendiri gimana kondisi Bell akhir-akhir ini. Trauma lama dia kembali lagi, dan kita gak bisa biarin ini berlarut-larut. Kalau kita gak ambil tindakan sekarang, gue takut Bell bakal semakin tenggelam."

Kartier yang biasanya ceria dan penuh semangat, kini tampak suram. "Gue gak nyangka trauma dia separah itu. Kita harus gimana, Ver? Lo ada ide?"

Derick menatap Ver, berharap rekannya itu punya solusi. Ver mengangguk pelan. "Gue udah mikir tentang ini semaleman. Bell butuh bantuan profesional, seseorang yang bisa bener-bener ngerti dan bantu dia hadapin trauma ini. Gue kenal seseorang yang bisa bantu."

"Siapa?" tanya Zela yang duduk di samping Derick, ekspresi wajahnya menunjukkan rasa cemas yang dalam untuk Bell.

"Namanya Catherine," jawab Ver sambil menatap semua orang di ruangan itu. "Dia Sekretaris Jenderal Gun, atasan gue, tapi dia juga seorang psikiater yang sangat berpengalaman. Dia pernah nanganin kasus-kasus trauma berat, termasuk PTSD. Gue yakin dia orang yang tepat buat bantu Bell."

Albert, yang selalu rasional dan penuh perhitungan, mengangguk setuju. "Kalau lo yakin dia bisa bantu, Ver, kita harus coba. Gue gak mau lihat Bell menderita kayak gini terus."

Thea, yang duduk di sebelah Aery, menambahkan dengan suara pelan, "Bell butuh kita sekarang lebih dari sebelumnya. Kalau Catherine bisa bantu, kita harus bawa dia ke sini secepatnya."

Navya menatap Ver dengan serius. "Gue setuju. Kita gak bisa biarin Bell sendirian dalam menghadapi ini. Tapi gimana caranya kita bisa yakinin Bell buat mau terapi?"

Ver menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Gue yang bakal ngomong sama Bell. Gue bakal bilang kalau Catherine cuma mau bantu, bukan buat nyuruh dia ngelakuin apa yang dia gak mau. Kita semua di sini buat dukung dia."

Zaratras dan Kartier, yang biasanya paling vokal, kali ini hanya mengangguk pelan. Mereka tahu bahwa keadaan Bell jauh lebih serius daripada yang mereka kira.

Zaratras akhirnya buka suara. "Lo lakuin apa yang lo bisa, Ver. Kita percaya sama lo."

Hazel, yang selalu tenang dan jarang bicara, menambahkan, "Kalau lo butuh bantuan buat ngomong ke Bell, gue siap bantu."

Ver tersenyum tipis, merasa lega bahwa semua orang ada di belakangnya. "Thanks, Hazel. Gue bakal butuh semua dukungan kalian buat ini."

Derick yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Ver, lo yakin Catherine bisa datang ke sini? Gue gak mau Bell ngerasa kayak kita maksa dia buat terapi."

Ver menatap Derick dengan penuh keyakinan. "Gue yakin, Rick. Catherine punya cara buat bikin orang nyaman. Gue bakal pastiin Bell gak ngerasa tertekan sama sekali."

Semua orang mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah langkah pertama yang harus diambil untuk membantu Bell. Trauma Bell memang dalam, tapi dengan bantuan Catherine dan dukungan dari mereka semua, mereka percaya Bell bisa kembali pulih.

INEFFABLE : Different to TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang