DANGER!!

21 3 5
                                    

Corry akhirnya mengecat kembali rambutnya menjadi coklat. ia tidak tahan dipanggil manusia gulali oleh Derick dan Albert yang sedari kemarin terus menghina rambut pink cetar membahana miliknya. semua orang kali ini sibuk. Shunny harus kembali ke kantor karena pameran selanjutnya akan berjalan sementara Kartier dan Zara akan menetap di Cottage milik Derick hingga mereka menemukan jalan selanjutnya.

Navya memijit pelipisnya dengan pusing. ia melihat kearah meja yang diisi oleh Albert dan Lucc yang tengah sibuk berusaha menganalisa sidik jari yang mereka temukan di tali yang mereka temukan di dermaga.

"Udah seminggu... kita cukup buntu."

Ver mengeluh sembari merebahkan badannya di sofa. keadaan ruang tengah Cottage nampak frustasi dan depresi mereka tidak mendapatkan ujungnya. Ver berpikir lalu mengambil ponselnya dan menelepon jenderal besar yang merupakan atasannya.

"Pak, saya butuh bantuan bapak." Ver mulai menjelaskan situasi mereka. Derick termenung mendengarkan percakapan Ver dengan atasannya. ketika panggilan terputus, Ver langsung berdiri dan mengantongi ponselnya.

"Ada yang harus ikut gue ke surabaya. kita temuin pak Gun sekarang."

"Pak gun siapa?" Navya yang sedang menghabiskan setoples kue bawang milik Bell menoleh dan ikut duduk di ruang tengah.

"Pak gun itu salah satu jenderal besar yang merupakan atasan gue. mungkin dari sidik jari itu gue bisa pake koneksi di kepolisian buat itu."

Aery manggut manggut paham dan tersenyum. Derick nampaknya berpikir keras.

"Kita mau libatin kepolisian? saya ga pernah percaya sama yang berseragam."

omongan Derick dibalas dengan Ver yang menaikkan satu alisnya dengan kesal. "Even gue?"

"Technically, yes. dirimu sendiri kan buat akses Caramel dan anak-anaknya untuk restore barang haram di mansion buat pelelangan."

Perkataan Derick dibalas cengiran Ver yang hanya terkekeh sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu ia menyambar kunci mobilnya.

"Ikut ato engga?"

"Gue yang ikut." Bell bangun dari duduknya. tangannya masih menggenggam ultramimi coklat sembari mengikuti langkah Ver keluar menuju kearah parkiran. Mereka berangkat menggunakan mobil ver, nembus jalan menuju kearah jalan tol

===================================

PRANG PRANG!

"what the hell was that?!" Kart langsung berlindung di balik meja disusul Zaratras yabg juga ketakutan. suara tembakan menggema di seluruh ruangan membuat mereka langsung bersiaga

Malam itu, cottage milik Derick berada dalam ketenangan yang menipu. Suasana mendadak berubah saat suara kaca yang pecah dan peluru yang menghujam dinding mengoyak keheningan. Caramel, Aery, Thea, Derick, Kartier, Zaratras, Corry, dan Albert, yang baru saja bersantai, segera terjaga oleh serangan mendadak. Ver dan Bell baru saja keluar. Albert langsung mengecheck CCTV dari balik monitornya dan menghitung orang yang berada diluar. banyak pria dengan baju serba hitam menodongkan moncong senapannya kearah rumah, mengelilingi rumah.

"Shit, mereka banyak sekali!"

Caramel segera bergerak dengan gerakan terampil, menjerit "Ambil perlindungan!" sambil meraih pistol dari sabuknya. Dengan kecepatan yang terlatih, ia merunduk di balik sofa terbalik yang menjadi perisai sementara. Caramel memandang ke arah jendela yang hancur, di mana bayangan hitman mulai terlihat. Ia menarik napas dalam-dalam, mengisi udara dalam paru-parunya sebelum mengeluarkan tembakan pertama. Peluru melesat, menghantam dada salah satu hitman dengan dentuman keras. Ia mengarahkan pistolnya dengan stabil, mengikuti gerakan lawan yang bergerak cepat, menembak dengan presisi yang mematikan. Sialnya, satu peluru berhasil mengenai bahunya. ia meringis dan berbalik sejenak. sial, hal seperti ini tidka mungkin menghentikannya.

INEFFABLE : Different to TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang