-11-

415 33 0
                                    

ruangan yang terasa sepi lalu dinginnya ruangan di sebabkan oleh AC pun membuat seseorang merasa kedinginan.

pintu ruangan yg terbuka dengan perlahan dan munculah seorang pria besar dengan postur tubuh yang tinggi pun menghampiri dan duduk tepat di samping ranjang.

"udah mendingan nak?" tanya Gito

Zean pun bangkit dari posisi tidurnya dan sedikit membenarkan bantal yang berada tepat di belakang tubuhnya lalu mengangguk.

"papah ga bakal tanya-tanya dulu ke kamu, sekarang kamu mending makan ya nak dari tadi kamu cuman diem, setidaknya makan sedikit ya sesuap aja biar perut kamu ga kosong banget" Gito pun mencoba untuk membujuk Zean agar mau makan.

sebenarnya sudah cukup lama Zean sadar, tapi ia tidak mau makan sama sekali dan ketika Ferrell mengajak nya berbincang, Zean benar-benar diam bahkan tidak menggubris kehadiran teman-temannya baik itu Cristian, Aldo atau pun Flora.

Gito pun menyerah untuk membujuk Zean. "baik, sepertinya kamu butuh waktu untuk sendiri, kalo gitu papah keluar dulu papah mau longok teman papah" ucap Gito, tetapi lagi-lagi Zean tidak menggubris nya bahkan sampai Gito keluar dari ruangan.

masih di posisi yang sama, Zean duduk termenung dan melamun lalu ia pun menutup matanya dengan perlahan.



'karna gua ga suka sama lo'




'MATI LO ANJING'





Zean pun kembali membuka matanya lalu entah mengapa sorot mata Zean berubah dengan cepatnya, yang awalnya sendu seketika menjadi sangat tajam dan tanpa sadar Zean pun mengepalkan tangan nya sangat keras.

dan entah dari mana pikiran ini hadir, tiba-tiba Zean memikirkan Marsha lalu sedikit mengingat kejadian yg telah terjadi di UKS, bahwa Marsha sepertinya dulu memiliki hubungan dengan Lukman. seberapa berusahanya Lukman untuk kembali mendekati Marsha membuat Zean geram entah mengapa.

"mulai hari ini, gua bakal buat lu jauh dari dia Lukman" gertak Zean dalam hati

Zean pun mencoba menenangkan dirinya agar tidak terlalu emosi, lalu ia pun melihat jam dinding yg menunjukan sekarang pukul 19:30

ia pun turun dari ranjang nya dan mencabut infusan dengan paksa, lalu keluar dari ruangan dan bergegas menuju taman yg sudah di sediakan oleh rumah sakit untuk para pasien, agar tidak terlalu jenuh.

ketika Zean berjalan di lorong rumah sakit, entah mengapa ia merasa tidak asing dengan jalannya bahkan warna dinding terus struktur rumah sakit ini terasa familiar di kepalanya, tetapi ia menghiraukan dan kembali fokus kepada tujuan awal.

sampe pada akhirnya Zean pun sampai di taman rumah sakit itu lalu ia pun mencari tempat duduk yg kosong dan tidak terlalu banyak orang yg berlalu lalang.

Zean duduk dekat dengan taman khusus anak-anak, ia melihat masih banyak anak kecil yg bermain ayunan, dan serodotan. mungkin aneh bagi beberapa orang jika anak kecil masih berlalu lalang di taman rumah sakit, tapi sebenarnya itu wajar saja.

langit malam yg di penuhi oleh bintang-bintang yg berkilauan dan bulan yang sangat terang, membuat hati Zean kembali sendu. entah mengapa jika melihat bulan ia selalu teringat kepada orang tuanya.

"mah... pah... kali ini Zean butuh kalian..."








DILAIN TEMPAT








"Marsha, ayok cepet ke bawah kita berangkat sekarang" teriak indah dari bawah

Marsha yang masih sibuk mencari jedai pun menyuruh indah untuk menunggu nya di dalam mobil saja, dan ia pun kembali fokus untuk mencari jedai nya.

"ishhh shibal shibal jedai aku mana sihhhh"

meski ia sangat kesal, tapi Marsha tetap mencari di mana jedai nya di simpan dan tak lama kemudian Marsha pun menemukan jedai nya, lalu ia dengan tergesa-gesa turun dari tangga dan segera menghampiri indah yang sudah menunggu nya di dalam mobil.

"lama banget sha" ucap Indah lalu melajukan mobilnya.

"ini nihh jedai nya rese" kesal Marsha sambil memakai jedainya.

Indah pun hanya tersenyum ketika melihat tingkah laku sang anak, jujur saja Indah merasa sangat sedih ketika melihat anak satu-satunya ini sudah beranjak dewasa. bahkan sudah bisa tidur sendiri tanpa di temani nya lagi.

"kamu tau Zean di rawat di rumah sakit mana?" tanya Indah

"mana aku tau mih, lagian aku juga ga nanya sama temen aku" jawab Marsha

"kalo mau nge longok mending besok aja, kalo sekarang dia pasti lagi istirahat, orang udah malem" lanjut Marsha

Indah pun hanya mengangguk lalu kembali fokus menyetir. perjalanan kali ini terasa singkat karna jalan sangat kosong dan tidak terjadi kemacetan.

Indah pun segera memarkirkan mobilnya di tepat parkiran dan sesudah itu mereka pun segera turun dari mobil.

Marsha jalan perlahan dan menggandeng lengan Indah, jujur saja ia sangat tidak suka dengan suasana rumah sakit bahkan ketika ia mencium aroma rumah sakit pun sudah membuatnya sangat pusing.

"aku baru tau kalo di sini ada taman" ucap Marsha

"mereka bikin taman tuh biar pasien gak jenuh di ruangan mulu lagian anak kecil juga banyak mungkin biar mereka ga rewel banget" jelas Indah lalu Marsha pun mengangguk.

Marsha masih melihat-lihat keadaan di sekitar taman sampai akhirnya intens ia teralihkan kepada sesosok pria yg duduk sendirian.

'ko mirip Zean ya?' bingung Marsha dalam hati

tapi ia menghiraukan pikiran nya, lalu kembali fokus kepada jalan dan tujuan awalnya. tak lama kemudian Indah dan Marsha sudah sampai.

"assalamualaikum" salam Indah lalu membuka pintu kamar.

keadaan kamar Daniel selaku suaminya Indah itu sangat amat tidak mengenakan bagi Marsha. dan ketika ia melihat Daniel yang terbaring di ranjang dengan keadaan fisik yang tidak sekuat dulu membuatnya sedih.

"waalaikumsalam" jawab Daniel dan satu temannya

"ehh ada Gito juga toh" bingung Indah, lalu menghampiri Daniel dan Gito.

"saya lagi temenin Zean yang lagi di rawat di sini" jawab Gito

mendengar jawaban dari Gito, Marsha yang asalnya menundukkan kepalanya dengan sepontan ia langsung mengangkat kepalanya dan ia kembali teringat.

'berarti bener, yang di taman itu Zean' batin Marsha

"aduhh semoga cepet sembuh deh" ucap Indah

"aminn"

Indah dan Marsha pun menghampiri Daniel yang dari tadi sudah menatap mereka dengan penuh rindu. raut wajah Daniel sudah tidak se teduh dulu, bahkan mata yang indah pun menjadi hilang semenjak ia menderita kanker.

"anak papih udah gede ya" ucap Daniel lirih

pipi Marsha yang di elus dengan lembutnya membuatnya menangis. dan memeluk tubuh Daniel yang lemas.

"maafin papih ya nak" lanjut Daniel

Indah yang menyaksikan hal itu pun ikut menangis dan memeluk mereka berdua.

"Marsha sayang papih" bisik Marsha.

lalu mereka pun berpelukan dengan hangat, ruangan yg asalnya terasa sangat suram akhirnya berubah menjadi sangat hangat dan nyaman.














JANGAN LUPA VOTE YAAA

true love? [ZEESHA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang