09: Wat is er mis mee dat ik van hem hou?🕊

14 7 1
                                    

.
.
.

"Karna lo suka sama Ashaella

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karna lo suka sama Ashaella." Jawab Cheyra.

"Lo tau dari mana kalo gue suka sama Ashaella?." Tanya Rayyan.

"Gak penting gue tau dari mana."

"Ya terus hubungan nya apa njing, ia gue suka sama Ashaella terus kenapa gue di tuduh sebagai pelaku."

"Bisa aja kan, karena Ashaella nolak lo. Lo gak terima dan ngebunuh Ashaella." Ucap Audrey.

"Itu masih firasat lo kan, terus kenapa kalian pada percaya." Tanya Rayyan kecewa, ia pun langsung pergi dari hadapan kawan sekelas nya.

Sedangkan Sastra hanya bisa termenung meratapi nasib.

Tak lama kemudian terdengar suara notifikasi dari hp mereka.

"Rayyan memiliki 10 suara, Rayyan akan ter-eliminasi."

Hening

Tidak ada suara, karena Rayyan juga tidak ada di situ.

Brakk

Yah, Rayyan yang terjatuh dari rooftop. Mereka melihat itu melalui jendela.

"Rayyan bukan pembunuh sebenarnya, cobalah cari pelakunya besok pagi."

"Arghhhhhh, gue gagal jadi ketua kelas yang baik." Ucap Vincent frustrasi.

"Engga, lo adalah ketua kelas terbaik yang pernah ada."Ucap Skayara menenangkan Vincent.

"Ketua kelas apa yang hanya bisa melihat kawan sekelas nya yang mati satu persatu."

Skayara pun memeluk Vincent, namun jauh dari itu ada seseorang yang merasa cemburu melihat Skayara lebih deket sama orang lain. Siapa lagi kalo bukan Angga.

"Sastra memiliki 8 suara, Sastra akan ter-eliminasi."

"Soal gue gak ada di sana, karena gue..... mega...nik..ah." Ucap Sastra yang tidak terlalu jelas karena ia merasakan tubuhnya seperti di gerakkan oleh seseorang.

Sastra pun mulai mencongkel matanya, lalu ia mengambil pisau di saku celana nya lalu ia menusukkan itu berkali-kali di tubuhnya sampai ia meninggal secara tragis di depan kawannya.

Petra dan Navares pun merasa bersalah karena tidak membantu menjelaskan tentang apa yang terjadi, namun jika mereka cerita mereka takut menganggu privasi orang.

"Sastra bukan pembunuh sebenarnya, cobalah cari pelakunya besok pagi."

"Ayok kita bawa Sastra ke atas." Pinta Reha yang gantian memimpin.

"Biar gue sama Savero aja." Ucap Angga yang hanya mendapatkan anggukkan dari Reha, mereka pun membawa jasad Sastra ke atas.

Sampai nya di atas, mereka pun ke ruangan yang di khusus kan untuk menaruh kawan sekelas mereka yang telah gugur. Jujur saja ruangan itu sangat lah bau amis dan busuk.

Setelah menaruh Sastra, mereka berdua pun kembali ke bawah dan berkumpul dengan yang lain.

"Emm, gue mau ngomong sama kalian." Ucap Petra.

"Silahkan kan." Jawab Vincent.

"Jadi waktu malam kejadian Keynar di bunuh, Sastra memang gak ada disana. Karna dia...."

Petra pun menyenggol tangan Navares untuk melanjutkan perkataan nya.

"Karna dia main kuda-kudaan sama Mega." Sambung Navares.

"What."

"Hah, kok iso."

"Bentar dulu, tenang wahai kawan." Ucap Navares.

"Kalian masih inget kan sama perkataan Sastra." Ucap Navares.

"Dia ada bilang kata nikah di bagian terakhir, menurut firasat gue mungkin mereka udah nikah." Ucap Navares.

Mereka pun langsung memeriksa tas Almarhum Sastra dan Mega, dan mereka menemukan tes kehamilan di tas Mega.

"Ih kasian banget bayi nya, yang bunuh dosanya berkali lipat sih." Ucap Utari

"Lo nyindir gue?." Tanya Audrey kesal.

"Ups, merasa ya sorry." Ucap Utari ngeledek.

"Lo.."

"Udah, masalah hubungan Mega dan Sastra kita lupakan. Sekarang kembali ke kamar masing-masing.

"Dan gue mohon jangan ada yang mencoba membunuh lagi hanya karena point." Pinta Vincent.

"Eeee, gimana kalo kita kumpul dulu. Dah lama kita gak ngumpul." Saran Navares.

"Ini bukan waktunya untuk main-main." Jawab Vincent dingin.

"Tapi apa yang di bilang Navares ada benarnya, kita juga harus berkumpul. Mana tau dengan gini hubungan persahabatan kita bisa kembali seperti dulu lagi." Ucap Skayara, mendengar perkataan dari Skayara pun, Vincent langsung mengangguk kan kepala nya.

Mereka pun berkumpul di ruang tamu, keadaan masih hening sehingga Petra mencoba mencari topik lain agar tidak terlalu menegangkan.

"Gimana kalo kita ceritain hal memalukan yang pernah kita lakukan." Saran Petra, yang lain hanya mengangguk.

"Okey mulai dari gue, dulu gue pernah nembak orang." Ucap Petra.

"Terus?." Tanya Navares.

"Ternyata yang liat mamak nya, anjir lah gue malu banget njir." Jawab Petra.

"Terus mamaknya jawab apa?." Tanya Utari.

"Kata mamaknya jangan pacaran dulu masih kecil."

"Awokawokawokawok, ngakak gue nj..."

Plak

Petra mengeplak bahu Navares sampai ia terjungkal.

"Awokawokawokawok, mampus lu mongyed." Ucap Petra tertawa puas.

"Kdrt lo pet." Ujar Navares

"Idih, lo kira gue istri lo apa. Udah lanjut elo nyet."

"Okey, dulu ada yang nembak gue. Dan gue suka sama tuh orang, yaudah lah gue terima."

"Terus ternyata dia cuma ngikut tren tik tok njir, sakit bet hati gue." Adu Navares.

"Njir tega bet tuh cewek." Ujar Savero.

"Kok gue ngerasa tersinggung ya." Ucap Petra.

"Lah kenapa? Lo pernah gitu juga yaaa." Goda Skayara, sedangkan Petra hanya mengangguk pasrah.

"Tega bener lu ra." Ucap Angga.

"Ya kan gue lagi gabut." Jawab Petra.

"Memainkan perasaan seseorang sama aja dianggap sebagai tindakan jahat dalam arti hukum." Tegur Reha.

"Ya gue minta maaf, pas itu gue gak tau." Ucap Petra menyesal.

"Udah lanjut aja, gue juga gakpapa kok." Ucap Navares.

"Okey, dulu gue pernah ngelike postingan crush." Ucap Utari.

"Terus hubungan nya sama lu ape?. Tanya Petra.

GO HOME || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang