Jam menunjukkan pukul dua dini hari, haksa terbangun dari tidurnya karna mengalami mimpi buruk sampai-sampai dia terbangun dengan masih terisak dan mengumamkan nama reza berulang kali.
Setelah bertahun-tahun lamanya reza kembali datang menemuinya dalam mimpi, bahkan dia melihat jika pria itu telah bahagia dan haksa juga melihat jika reza berbeda sekali dengan reza yang dulu dia lihat.
Reza nampak sehat dan baik-baik saja, berbeda dengan dirinya yang nampak kesulitan dan terpuruk karna merindukan pria itu.
Dan hal yang membuatnya menangis adalah, ada satu pria lain mendatanginya dan mengatakan jika dia akan membawa juna bersamanya. Tentunya haksa tak mau dan terus berebut juna yang kala itu baru saja pulang dari sekolah dan tak tahu situasi apa yang di alaminya karna terus saja dia di tarik paksa memasuki mobil hitam meninggalkan sang papa yang terus menangis dan meneriakinya.
Tanpa bisa berbuat apapun dia melihat juna pergi dan bahkan reza tak sekalipun meliriknya dan melewatinya begitu saja saat melihat dirinya jatuh terduduk di hadapannya.
Seperti dirinya tak nampak di mata pria itu, itulah mengapa dia langsung terbangun dan menangis memanggil nama reza.
Haksa tahu itu hanya bunga tidur tapi sakit dan rasa kehilangannya begitu nyata sampai di mana dia memilih untuk keluar kamar dan memasuki kamar lain yang adalah kamar juna.
Haksa buka pintunya perlahan karna tak mau membangunkan juna yang masih terlelap nyaman dengan tidurnya, setelahnya dia masuk dan menutup kembali pintunya.
Haksa mendekati juna dan duduk di lantai yang mana memang kasur milik juna berada di bawah, haksa kembali menangis dan mengusap kepala juna dengan lembutnya dengan gumaman "semua hanya mimpi dan taakan pernah terjadi" dia tekankan itu untuk membuang semua ingatan mimpinya tadi.
Terlarut dengan pemikirannya sendiri sampai haksa tak menyadari bahwa juna terbangun karna merasakan usapan lembut di kepalanya dan juga mendengar suara isakkan.
"papa?" tanya nya dengan suara serak khas bangun tidur.
Haksa yang mendengar itu dengan segera mengusap air matanya dan tersenyum melihat juna.
"maaf papa buat kamu jadi kebangun" ucapnya.
Juna menggeleng dan mengubah posisinya menjadi duduk menghadap haksa. Dia usap matanya dan melihat ada jejak air mata di pipi haksa.
"papa kenapa nangis? Pasti mimpi buruk lagi ya?" tanya nya, karna memang setiap kali sang papa terbangun karna mimpi buruk pasti dia mendatangi juna dan berakhir kembali tidur dalam pelukan juna.
Haksa memaksakan senyumnya dan setelahnya dia menarik juna kedalam pelukannya.
"maafkan papa juna, papa merindukan ayahmu" lirihnya.
Juna nampak terdiam dan membalas pelukan sang papa, setelahnya dia mencoba menenangkan sang papa.
"juna juga sama ingin sekali melihat ayah kembali, tapi pa. Ada juna disini walaupun ayah sudah tak lagi datang menemui kita, papa punya juna"
"juna janji setelah juna lulus dari sekolah, kita akan pergi ke kota. Kita akan menemui ayah" lanjutnya dengan terus mengusap lembut punggung haksa.