Satu minggu berlalu semenjak haksa mengunjungi makam agnes. Dari hari itu haksa merasakan jika slalu ada yang mengikutinya, bahkan satu hari lalu haksa melihat seluet seseorang dengan kemeja putihnya berlalu di jendela kamarnya.
Haksa berpikir mungkin itu ART di rumahnya jadi dia tak memperdulikan.
Akan tetapi orang itu muncul kembali dan berdiri di dekat Jendela kamar haksa, haksa yang merasa penasaran pun memberanikan diri mendekati jendela kamarnya dan menyibak gorden tipis itu.
Dan betapa terkejutnya dia melihat seorang pria dengan tampang datarnya berdiri disana menatapnya.
Haksa yang takut membalikkan kursi rodanya dan ingin berteriak meminta bantuan saat pria itu membuka jendelanya, tapi suara nya tidak keluar sedikitpun hanya cicitan yang keluar.
Haksa panik dan saat sampai pada pintu lagi-lagi pintu tak berpihak padanya, pintu itu terkunci.
"siapapun tolong!!" serunya dalam hati.
Sedang pria itu nampak menyeringai puas dan mendekati kursi roda haksa. Dia tarik kursi roda haksa membuat haksa berbalik padanya.
"apa kau ingat siapa saya?" tanya pria itu pada haksa.
Haksa terdiam ketakutan saat ingatan soal malam itu kembali terlintas dan anehnya wajah pria yang dia tabrak nampak sama dengan pria yang berdiri di depannya.
Tapi anehnya kemana wajah penuh darah itu? Kenapa haksa melihat pria ini baik-baik saja.
"K-kamu?" gugupnya dengan suara yang masih saja menghilang
Pria itu menyeringai dan mendekatkan wajahnya pada telinga haksa.
"ya, saya pria yang kamu tabrak malam itu haksa" bisiknya.
Haksa yang mendengar itu nampak melebarkan matanya dan seketika itu juga dia mendorong pria itu menjauh.
"apa maksud kamu hah?! Jelas kamu sudah mati malam itu! Bagaimana bisa ada disini?!" serunya dengan suara yang keras.
Padahal suaranya sempat hilang tadi.
Lagi-lagi pria itu menyeringai. "kamu tak perlu tahu bagaimana bisa saya ada disini, akan tetapi kamu hanya cukup tahu jika malam ini kamu milik saya haksa"
Dan setelahnya pria itu menggendong haksa bridal dan melemparnya pada ranjang. Haksa berontak dan coba turun dari ranjang dengan menjatuhkan diri tapi tidak bisa pria itu menariknya dan menindihnya.
Haksa ingin berteriak keras meminta bantuan tapi lagi-lagi suaranya hilang.
"bajingan gila!!"
"brengsek!!"
Trus saja haksa berontak dan memaki pria itu tapi pria itu seakan tak perduli walau sebenarnya dia mendengar suara haksa, bahkan jelas sekali terdengar di telinganya.
Pria itu tahan tangan haksa di atas kepalanya dan berbisik di depan bibir haksa. "ingat ini haksa, saya reza"
"ayah dari anak yang akan kamu kandung nantinya" lanjutnya dan setelahnya yang terjadi adalah reza mencumbui bibir haksa dengan kasar dan tangannya membuka pakaian haksa dengan asal dan merobeknya.
Haksa yang mendapatkan perlakuan itu terus saja berontak walaupun itu sangat sia-sia dia lakukan.
Bahkan sekarang semua pakaiannya sudah terlepas sama halnya dengan pria yang ada di atasnya sibuk mengeluar masukkan miliknya pada lubang haksa.
Haksa berteriak meminta tolong tapi taada satupun orang yang menyambangi kamarnya. Kemana ayahnya yang slalu datang melihat dirinya, malam ini sungguh memilukan untukknya.
"apa yang kau lakukan sialan!!"
"pria menjijikkan, apa yang kau lakukan padaku!!"
Sedang reza yang sudah di kata dia mendengar suara haksa menatap haksa datar dan dengan gilanya dia menambah tempo dorongannya dan berbisik.
"bangunlah, dan jaga anak ini untuk saya" bisiknya dengan mengeluarkan semua benihnya di dalam hole haksa dan haksa merasakan hangat pada perutnya sebelum semuanya gelap dan dia tak sadarkan diri setelahnya.
Pagi menyapa dan haksa bangun dengan keadaan yang kacau. Dia merasakan semua badannya terasa remuk kecuali kedua kakinya yang nampak mati rasa.
Haksa mencoba bangun dan menyibak selimut, dia terdiam dan dengan panik membuka kancing pakaian tidurnya.
Dan tak terelakan lagi, semua badannya di penuhi bercak merah dan tanda dari reza. Haksa diam dan menangis setelahnya.
Dia kira itu hanya mimpi biasa, kenapa semua bekas perlakuan pria itu ada padanya? Apa ini karma untuknya, tapi kenapa harus seperti ini. Pria itu bahkan sudah mati.
"apa yang harus aku katakan pada ayah jika dia melihat ini?" lirihnya.
Dan tanpa haksa tahu reza berada di hadapannya dengan senyum puas dan juga seringai yang nampak mengerikan jika haksa melihatnya.
Reza berjongkok di dekat ranjang haksa dan membawa tangannya pada perut haksa.
"tumbulah dan buat pemuda ini menderita" ucapnya dengan kejamnya.
Setelahnya dia menghilang begitu saja saat pintu kamar haksa terbuka.
TBC.
Kalau aneh dan tak sesuai ekspektasi, mohon maaf yaa 😭🙏
Huang renjun as Reza