Setelah puas menumpahkan tangisnya haksa meminta sang supir untuk membantunya menurunkan kursi rodanya untuk haksa.
Haksa mengerakkan kursi rodanya untuk menyebrangi jalan untuk sampai pada rumah reza.
Syukurnya ini jalanan sepi jadi tak begitu banyak kendaraan yang berlalu-lalang.
"juna" panggil haksa pada juna yang tengah duduk melingkar dengan teman-temannya sekarang.
Juna yang mendengar itu menoleh dan matanya berbinar senang karna haksa turun dari mobil dan menemuinya. Dia berbicara pada temannya dan meminta izin menemui haksa.
Sekarang juna sudah ada di depan haksa dan dengan cepat haksa memeluknya, dan lagi-lagi dia menangis.
"maafkan P-papa juna, maaf"
Juna tersenyum dan mengelus punggung haksa. "juna sudah maafkan, tapi juna mau buat permintaan boleh?"
Haksa mengangguk dan melepaskan pelukan juna. Dia menatap juna yang sekarang malah terlihat murung dan akan menangis padahal tadi dia terlihat senang.
Juna tersenyum tipis walaupun di mata haksa juna terlihat murung.
"juna mau hidup pa"
Ucapan itu membuat haksa mengerutkan keningnya. "apa maksud kamu sayang, hm?"
"juna mau hidup bersama papa dan ayah"
Haksa semakin bingung di buatnya. Ketika haksa terlarut dalam kebingungan tiba-tiba saja waktu seakan berhenti dan hanya juna dan dirinya yang bergerak.
"ada apa ini? Apa maksud dari semuanya" ucap haksa menatap sekelilingnya yang berhenti bergerak.
Juna yang melihat kebingungan pada wajah sang papa dia mengambil tangan haksa dan membawanya pada dadanya yang haksa rasa taada detak jantungnya disana.
Haksa menarik tangannya. "tidak mungkin"
Juna tersenyum. "juna udah pulang, tapi juna minta sama tuhan buat hidup kembali bersama papa dan ayah"
"maafkan juna dan ayah karna harus merusak masa depan papa, tapi juna mau hidup pa, juna mau hidup lebih lama lagi"
"juna cape slalu sakit tapi juna tidak mau pulang, juna tidak mau ikut mama. Juna sayang sama ayah, juna mau hidup bersama papa dan ayah" lanjutnya dengan tangisan.
Juna berbicara seperti orang dewasa menumpahkan semua keluh kesahnya pada haksa, tetang bagaimana lelah nya dia slalu merasakan sakit dan setelahnya semuanya kembali seperti semula akan tetapi haksa hanya menatap kekosongan.
Taada lagi juna dan semua temannya, yang haksa lihat hanya sebuah rumah yang sekarang sunyi.
"tidak! Ini tidak mungkin, juna pasti masih hidup. Dan semua ucapan maaf itu seharusnya tidak keluar dari mulutnya" ucap haksa merasa frustasi dengan keadaan dan merasa di permainkan takdir.
"mereka tidak salah, aku yang seharunya meminta maaf"
"maafkan aku, maafkan papa juna!!" serunya keras.
Dan lagi, seakan dunia belum puas membuatnya tersiksa dalam kebingungan haksa kembali di hadapkan pada sebuah ke anehan lain.
Di depan sana, di dekat pintu rumah terlihat juna berada di tengah-tengah dua orang wanita yang salah satunya sangatlah haksa kenal.
Dia adalah agnes.
Ya agnes, entah apa tujuan nya agnes berada disana mengandeng tangan juna dengan tangan kirinya dan menatap sayu haksa.