Chapter 1. Wake Up, Gudakesha!

879 27 0
                                    

Then again, which person will fight with Krishna Pundarikaksha, who is superior to the three worlds? His wives, relatives, kin, his own self and the earth are on one side and Dhananjaya alone on the other. The invincible Vasudeva, in control of his soul, is where the Pandava (Arjuna) is. His forces, impossible for the earth to withstand, are where Keshava is. 

Lalu lagi, orang cerdas manakah yang akan bertarung dengan Krishna Pundarikaksha, yang lebih unggul dari tiga dunia? Istri-istrinya, saudara-saudaranya, kerabatnya, dirinya sendiri dan bumi berada di satu sisi dan Dhananjaya sendirian di sisi yang lain. Vasudeva yang tak terkalahkan, yang mengendalikan jiwanya, berada di tempat Pandawa (Arjuna) berada. Kekuatannya, yang mustahil untuk ditahan oleh bumi, berada di tempat Keshava berada.

---- Dretarastra to Duryudhana

[Yana-Sandhi Parva, BORI CE]

*****

Pada hari Arjuna pertama kali membuka matanya, yang dia lihat adalah mata teratai indah sahabatnya. Diiringi suara merdu seruling dan sebuah senyum nakal, Keshava menggoda. "Sudah cukup tidur, Gudakesha?"

Dhananjaya yang baru memiliki kesadarannya kembali setelah sekian lama tidak punya cukup tenaga untuk menanggapi gurauan itu.

Arjuna merasakan kenyamanan yang mengingatkannya pada masa kecilnya di Pegunungan Shatashringa. Setelah memasuki istana, dia tidak pernah lagi merasakan kenyamanan seperti ini. Berbanding terbalik dengan rasa sakit, atau begitulah cara paling sederhana mendefinisikan penderitaannya, yang kini dia pikir adalah khayalannya saja.

Vibhatsu ingat anak panah kedua Raja Angga adalah yang membuatnya jatuh. Normalnya tidak mungkin dua anak panah saja dapat menyebabkan kepalanya berdenyut, jantungnya berdetak sangat kencang, dan setiap sel tubuhnya terbakar.

Partha lalu berkedip beberapa kali, memastikan dan memindai interior di sekitarnya.

Oh, tempat ini sepertinya tidak asing. Dia ingat pernah tidur disini saat menghabiskan suatu malam dengan banyak anggur bersama Madhava. Ada Daruka juga yang menemani mereka mengobrol beberapa saat sebelum undur diri.

Ini kamar Madhava. Arjuna ingat betul. Dan seiring kesadarannya yang perlahan meningkat, Arjuna tahu sekarang dia menggunakan paha Krishna sebagai bantal.

"Kamu benar, Madhava" katanya lirih. "Aku sepertinya juga mengalami mimpi buruk"

Jika dia ada di Dwaraka sekarang, apakah yang dia alami di Hastinapura hanyalah mimpi?

Pandawa ketiga dapat merasakan kedua ibu jarinya yang seharusnya sudah terpotong dan penglihatan tajamnya kembali.

Namun, senyum Madhusudan yang segera turun membuat Arjuna sadar bahwa itu bukan mimpi.

"Maaf, Partha"

Arjuna menyerngit, menggeleng pelan. "Tidak, kenapa kamu meminta maaf?"

Bahkan jika dia merasakan sakit yang membuatnya sangat menderita hingga dia tidak bisa bertahan lagi di ruang sidang hari itu, tidak sedikitpun merupakan tanggungjawab Madhava.

Govinda mencoba tersenyum kembali. Krishna tahu Arjuna tidak mengerti, setidaknya belum. Dan dia tidak berniat memberitahunya sekarang.

Madhava tidak bisa memberi tahu Partha bahwa dia tahu banyak hal yang akan terjadi. Krishna tahu hal buruk yang akan terjadi di masa depan, tapi dia membiarkannya. Dia tidak bisa membiarkan Partha tahu bahwa dirinya adalah orang yang telah dan akan memberinya banyak penderitaan.

Mahabharata What If 2: Mahanayak's NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang