Vaishampayana said, 'O son! O tiger among the Kouravas! I will recount for you the divine, great and extraordinary story of that great-souled one. O unblemished one! Hear in detail the account of Partha's meeting with Tryambaka, god of the gods, where there was physical contact. On Yudhishthira's instructions, the infinitely valorous one set out to see Shakra, lord of the gods, and Shankara, god of the gods. To ensure that his task met with success, the immensely strong and mighty-armed Arjuna, bull among men, took his divine bow and sword.'
Vaishampayana berkata, 'Wahai putraku! Wahai harimau di antara para Kurawa! Aku akan menceritakan kepadamu kisah yang suci, agung, dan luar biasa dari orang yang berjiwa agung itu. Wahai yang tak bernoda! Dengarkan secara rinci kisah pertemuan Partha dengan Tryambaka, dewa para dewa, di mana terjadi kontak fisik. Atas instruksi Yudhishtira, orang yang sangat gagah berani itu berangkat untuk menemui Shakra, penguasa para dewa, dan Shankar, dewa para dewa. Untuk memastikan bahwa tugasnya berhasil, Arjuna yang sangat kuat dan bersenjata perkasa, banteng di antara manusia, mengambil busur dan pedang sucinya.'
-- Vaishampayana to King Janamejaya
-- Kairata Parva, Mahabharata BORI CE
****
Di akhir Dwapara Yuga, para Maharesi melihat bahwa dunia sangat menyedihkan dan memuji Padmanabha, berusaha membangunkannya.
Dewi Bumi, bersama Brahma dan para Dewa menghadap ke Janardana. Sosok dimana setiap makhluk dapat berlindung dalam bayangannya. Beristirahat di atas Ananta Shesha, di atas perairan dimana segala ciptaan bermula.
Para resi berkata, "Narayan, seperti karangan bunga yang telah dinikmati dan menjadi tua, tolong tinggalkan tidur alami ini"
Hrishikesha bangkit dalam wujudnya yang agung dan bersinar, mengusir gelombang kegelapan yang telah menenggelamkan seluruh alam semesta. Dengan cahaya lembut dari mata sayu yang beristirahat dari tidurnya, Hari menjawab panggilan para pemujanya.
"Dengan siapakah konflikmu? Apa yang kalian takutkan? Apa yang telah disebabkan oleh para Danava sehingga dunia tidak baik-baik saja? Apa yang telah menyebabkan kesulitan bagi manusia? dan apa yang dapat aku lakukan untuk kalian?"
Dewi Bumi melangkah maju, mengadukan penderitaannya. "Prabu, bagaimana mungkin orang-orang yang berusaha mengikuti dharma menderita ketakutan? Orang-orang yang selalu mengabdikan diri pada kebenaran dan dharma akan bebas dari kecemasan. Sebelum waktu yang ditentukan, bahkan Kematian tidak mampu melirik ke arah mereka"
Dia menjeda sejenak. "Tetapi, Tuanku, ada beberapa penguasa besar yang menyiksa bumi. Dalam kemakmuran mereka yang membara, mereka saling mengikuti dalam ketidakbenaran. Karena beban penindasan raja-raja ini, saya menjadi lelah seperti perahu yang akan tenggelam. Para penguasa dikelilingi oleh tentara yang jumlahnya sangat banyak. Puluhan ribu desa muncul di banyak kerajaan, seolah-olah membuat bumi penuh dengan lubang. Seperti bagaimana anda membersihkan para ksatria sebanyak dua puluh satu kali dalam wujud Rama, saya memohon belas kasihan anda untuk kesekian kalinya, Tuanku"
Sang Kakek menambahkan, "Ketika semua raja telah teguh dalam dharma dan kerajaan-kerajaan makmur, semua varna kemudian mengucapkan kata-kata yang benar dan varna-varna mengabdikan diri pada dharma. Semua manusia mengabdikan diri pada para brahmana dan semua brahmana mengabdikan diri pada Weda. Ketika manusia mengejar dharma, begitulah cara alam semesta berkembang. Agar dharma tidak hancur, untuk meringankan beban bumi, sudah sepantasnya raja-raja itu dibunuh"
Acyuta tersenyum dan mengangguk tipis. "Ketika raja-raja itu memilih salah satu dari dua belah pihak yang berlawanan, mereka akan lenyap. Segera, setiap bagian dari para Dewa akan hadir untuk menjalankan tugas ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahabharata What If 2: Mahanayak's Name
Historical Fiction[Lanjutan dari Mahabharata What If 1: Arjun Gets Attacked in Dyut Sabha] Setelah tragedi Dyut Sabha, Arjuna menyadari ada satu hal yang berubah. Atau, bahkan jika Partha hanya menginginkan kedamaian, Madhava harus memastikan perang besar terjadi. Mo...