“dunia mulai sempit ya, orang-orang itu mulai terlihat”
-ASKA-~Happy Reading~
Matahari sudah naik hingga atas kepala, namun panasnya tidak membuat orang-orang di taman beranjak, semua tetap bercanda bersama keluarga dan teman-teman atau bahkan hewan peliharaan yang dibawa, berjalan-jalan di sekitar taman sembari menikmati angin yang berhembus. Pohon-pohon besar yang berdiri dan suasana tenang membuat orang enggan beranjak.
Meski bukan weekend, taman tetap ramai di kunjungi, bahkan oleh para remaja yang biasa nongkrong setelah pulang sekolah, apalagi di sana banyak pedagang kaki lima.
Para remaja itu termasuk Aska dan teman-temannya, setelah pulang sekolah terkadang mereka akan langsung pergi ke taman ini.
Asap rokok menguap bercampur dengan udara, Aska duduk bersandar di bawah pohon dengan satu kaki di tekuk, serta tidak lupa satu rokok terselip di antara jarinya. Matanya fokus menatap orang yang berlalu lalang, namun pikirannya jatuh pada kejadian beberapa hari lalu.
Tidak pernah terbayang dalam benaknya akan kembali melihat mereka. Aska menggertak gigi, kesal karena wajah mereka masih membekas di kepalanya.
Aska membuang batang rokok yang hampir habis, kemudian mengambil satu batang lagi. Baginya rokok bisa menenangkan pikirannya yang kacau, kebiasaan yang dilakukannya sejak tiga tahun lalu.
"Jadi ke panti nanti Ka?" Ata menepuk pundak Aska yang sejak tadi ia perhatikan terus diam.
Aska mengganguk tanpa melihat Ata, "jadi, gue udah lama ngga ke sana."
"Lu ada masalah? Gue perhatiin lu sering diem." Sempat beberapa saat diam, Ata kembali buka suara sambil mengambil satu batang rokok.
"Keliatan banget ya? Gue cuma kepikiran pertandingan yang sebentar lagi bakal diadain, Coach Juan tekan gue sama anak-anak buat lakuin yang terbaik besok."
"Gue yakin lu bisa, tapi jangan terlalu keras ke diri lu sendiri." Ata menepuk pundak Aska beberapa kali mencoba memberi ketenangan.
Aska mengangguk, padahal bukan itu masalah nya. Rasanya sulit mengatakan secara gamblang apa yang dirinya rasakan.
Seperti ada dinding pemisah, berbeda dengan kedua orang yang tengah mengobrol itu, teman-temannya yang lain malah sibuk bermain kartu dengan heboh. Apalagi mainnya bersama Mang Sep, pedagang cilok langganan mereka.
Sedari tadi mereka terus berteriak, membuat atensi orang-orang sekitar tertuju pada mereka.
"Curang lu anjir, lu ngintip kartu gue mulu." Gio menunjuk Dion sambil menyembunyikan kartu miliknya.
"Ngga buset, mata gue liat depan." Dion membantah tuduhan tersebut.
Reno menggeleng melihat kelakuan keduanya, "berantemnya nanti dulu, Gio giliran lo."
Gio merengut tidak suka pada Dion, kemudian melepas satu kartu. Dion memperhatikan kartunya sebentar, ia mendengus karena ternyata tidak bisa jalan.
Dibelakang nya ada Dafa dan Nio yang terkikik pelan sambil menikmati cilok. Tidak tau saja bahwa mereka berdua sedari tadi memberi kode pada Gio.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASKA (New Version)
JugendliteraturBebas, kata yang mendeskripsikan serta populer dalam diri Aska. Dimana dia bebas melakukan apa saja dalam hidupnya tanpa ada kata aturan terselip disana. Tentu banyak yang ingin seperti Aska yang hidupnya bebas dari kata aturan, bebas melakukan kena...