5

473 49 6
                                    

"gue bahagia dengan kehidupan ini dan semua itu terucap dengan penuh kebohongan "
-ASKA-


~Happy Reading~



Jemari lentik itu mengusap lembut figura kecil di tangannya, senyum terukir di wajahnya setiap kali melihat foto sang anak. Foto yang tidak sengaja di ambil ketika sang anak menjadi model dari brand bajunya, tidak ia sangka menjadi foto terakhir yang dapat diambil.

Ditaruhnya figura kecil itu di atas meja, di tata dengan rapi agar tidak terjatuh. Helaan nafas terdengar, matanya menelisik setiap sudut kamar berwarna biru dan abu itu, kamar lucu yang dipenuhi ornamen luar angkasa, favorit sang anak.

Semakin dilihat semakin sakit rasanya, perasaan sesak memenuhi relung hatinya. Setelah cukup lama di tahan, sepasang mata itu akhirnya mengeluarkan muatannya. Suara isakan tertahan memenuhi kamar luas itu, berapa kali pun memukul dadanya, rasa sesak itu tidak akan mudah menghilang.

Kehilangan seorang anak bagaikan selamat dari maut tapi cacat seumur hidup. Luka di hatinya tidak akan sembuh, akan ia bawa sampai mati.

Senyum sang anak yang ada di banyak figura di kamar itu membuatnya lemah, bayi mungil yang dulu ada dalam pelukannya kini telah diambil darinya. Hanya tangis penyesalan yang dapat ia lakukan.

"Sayang? Aku cari kemana-mana, ternyata disini."

Suara pintu kamar yang dibuka dari luar mengejutkannya, dialihkan pandangan dan dihapus dengan cepat air mata yang masih mengalir di pipinya.

Tampak sosok pria yang merupakan sang suami berjalan menghampirinya, mau disembunyikan bagaimana pun lelaki itu tahu sang istri baru saja menangis.

Areas menghela nafas, "kamar ini begitu luas. Area sana jadi terlihat kosong, apa perlu kita tambahkan sesuatu?"

Kakinya melangkah ke arah jendela besar di kamar tersebut, jendela dibuka agar cahaya masuk menerangi kamar itu.

"Pemandangan dari sini bagus, apalagi saat malam, lebih mudah melihat langit malam yang dipenuhi bintang."

Areas berbalik menatap Liana, "jadi bagaimana? Perlu kita tambahkan sesuatu? Atau bagaimana kalau kita taruh miniatur tentang luar angkasa di sebelah sini?"

Liana terkekeh, "mau sebanyak apapun kamu menambahkan isi kamar ini, pemiliknya tidak akan pernah menempatinya."

"Mau seindah apapun pemandangan dari jendela itu, sebanyak apapun bintang yang bisa di lihat, dia tidak akan bisa melihatnya." Liana tersenyum dengan mata berkaca-kaca, suaranya bergetar menahan tangis.

Areas tercekat, apa yang dikatakan istrinya benar. Mau sebagus apapun kamar ini, pemiliknya sudah tidak ada untuk menempati.

Langkahnya mendekati Liana, ia tarik sang istri ke dalam pelukan hangat. Tubuh wanita itu bergetar karena menangis, Areas mendongak ketika merasakan matanya memanas.

"Aku merindukan nya, aku rindu putra kita."

"Maaf."

Hanya itu yang mampu Areas katakan, berulang kali mengucapkan maaf meski keadaan tidak akan berubah. Rindu Liana tidak mampu dirinya wujudkan, ia mampu memberikan apapun, tapi tidak mampu melawan takdir Tuhan.

ASKA (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang