8

663 66 18
                                    

“beban gue banyak. Jadi, Jangan ditambah sama kehadiran lo”
-ASKA-



~Happy Reading~



Brakk

"Woi asu buka pintunya!!!"

Brakk

"Buka bangsat!!"

Dumm

Aska mengerang, menarik napas dalam-dalam dan mengepalkan tinjunya. Dengan wajah yang menunjukkan campuran antara rasa sakit dan determinasi, ia memukul pintu itu berkali-kali. Setiap pukulan membawa semburan rasa sakit yang membuatnya hampir pingsan, tapi pikirannya tetap fokus pada satu hal: kebebasan.

"Arrghh!" teriaknya, frustrasi dan putus asa mulai merayapi dirinya.

"Fuck lo semua!"

Jari tengah mengacung tegak pada pintu di depannya. Sekeras apapun Aska berteriak, memukul bahkan menendang, pintu yang terbuat dari kaca tebal itu tidak bergeming sedikitpun.

Aska terhuyung-huyung merasakan pening di kepala. Karena kehabisan energi, Aska duduk di single sofa, nafas pemuda itu terengah-engah. Bulir keringat mengalir di wajah pucat nya, keadaan tubuhnya yang belum sembuh membuat Aska lemah.

"Shit!" umpatnya, saat rasa sakit di lengan kanan nya bertambah.

Mata Aska menatap nyalang pintu sialan yang dikunci dari luar. Membuat dirinya terkurung dalam ruangan yang tidak terlalu luas ini.

Berbagai kemungkinan tentang dirinya di culik membuat Aska mengingat lembar-lembar masa lalu nya yang pahit. Jika memang benar, kali ini tidak akan ia biarkan orang-orang itu memperdaya dirinya.

Manik Aska beralih memandang lurus ke bawah, berpikir bagaimana caranya kabur dari tempat ini. Akibat berpikir keras, mendadak kepala Aska terasa pusing, energinya benar-benar terkuras.

Ceklek

Gerakan tangan Aska yang memijit kepala terhenti. Maniknya yang menatap ke bawah kemudian terangkat melihat seseorang yang berdiri tegak di depan pintu.

Deg

Manik kembar keduanya bertemu. Waktu seakan melambat dan berhenti untuk kedua orang itu. Detak jantung mereka semakin cepat, menghubungkan tali ikatan kedua anak kembar itu kembali.

Mata mereka yang identik sekarang saling memandang, pandangan yang seakan menembus jiwa masing-masing.

Aska mematung di tempatnya. Hatinya berdebar kencang, seakan ingin meledak dari dalam akibat emosi yang tertahan. Di sana, berdiri seseorang yang Aska kenal, namun juga asing baginya — saudara kembarnya, Arka.

Seseorang yang berdiri di ujung sana terdiam. Memperhatikan ekspresi di wajah pucat Aska. Pandangannya penuh dengan penampilan Aska yang jauh dari kata baik, singkatnya kacau.

Arka menghela nafas, kaki panjangnya melangkah mendekati sang adik yang masih memproses pertemuan ini. Arka mengambil tempat tepat di depan saudaranya itu.

Dengan gerakan perlahan ia mengambil secangkir teh yang mulai dingin, menyeruput minuman beraroma khas tersebut dengan nikmat. Perasaan lega dan tenang memenuhi dirinya ketika meminum teh tersebut.

Maniknya beralih pada Aska, senyum samar terlukis di wajah tampannya. "Apa kabar, Aska?"

Spontan Aska berdiri tegak dari duduknya. Manik hitam miliknya fokus pada orang yang sedari tadi menampilkan ekspresi tenang nya.

ASKA (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang