Chapter 1. Lotus Grate

7 0 0
                                    

Langkah kaki menapak tanah dengan hati-hati. Debu di bawahnya tak mengambang dari posisinya semula. Pepohonan diam bersaksi betapa hati-hatinya gerakan empat orang yang bergerak dengan formasi khusus itu. Keempatnya memakai pakaian hijau lumut loreng. Keempatnya memakai riasan berupa dedaunan. Keempatnya juga membawa senapan di tangan.

Kesabaran dan kekuatan mereka membawa hasil. Berjalan patah-patah sejauh lima ratus meter, tidak ada orang biasa yang cukup sabar untuk itu. Mereka mencari tempat masing-masing.

Dengan keadaan dan situasi yang jauh berbeda, beberapa orang sedang berkumpul membentuk sisi masing-masing.

Satu orang maju mewakili sisi itu. Pria berjanggut itu memberikan sebuah bungkusan sederhana dari kardus berukuran kotak pensil. Sementara di pihak seberang memberinya sebuah koper berwarna biru laut. Sebuah pertukaran yang nampak tak imbang itu tak terlihat memberatkan bagi siapapun. Bahkan, dua orang yang baru saja melakukan barter itu bersalaman dan saling tersenyum. Walaupun siapapun bisa melihat bahwa itu bukan sebuah senyum pertemanan.

Empat manusia yang menyatu dengan daun telah menempati posisi sempurna menurut perhitungan mereka. Semuanya siap dengan badan senjata api menempel di wajah. Mereka berempat berjarak satu sama lain. Satu orang di depan, jaraknya hanya empat langkah dari temannya yang berdiri di belakangnya. Dia mengangkat kepalan tangannya setinggi bahu.

Rekan-rekannya menunggu, bergerak sesuai gerakan tangan yang di depan. Satu jari terlihat, dua jari terlihat, tiga jari terlihat. Telapak tangannya terbuka, mengayun ke depan.

Dentuman beruntun terdengar. Tiga orang melepas tembakan.

Antara terkejut dan takut, dua sisi yang sedang bertransaksi itu seketika kocar kacir melihat tiga orang di sekitarnya tumbang. Dua orang yang sedang menghitung uang dalam koper dan satu penjaga yang berada di sebelah kanan tergeletak tak bernyawa. Suasana seketika ricuh. Tak ada yang mengacuhkan lembaran kertas bernilai berserakan di tanah hutan. Hutan yang sunyi kini menjadi medan pertempuran. Burung-burung beterbangan kabur dari pohon yang mereka hinggapi. Kelinci dan rusa melompat menjauhi tempat.

Jual beli rentetan peluru berlangsung. Kesunyian berhasil digantikan oleh suara dentuman tembakan. Dalam sekejap mata, dua kubu yang tadinya bertransaksi itu melebur menjadi satu dan bergerak serempak melawan manusia yang berada di balik dedaunan.

Satu manusia daun yang berdiri di sayap kiri melempar sesuatu ke arah penjaga yang berapi-api menembak.

"Granat!" seru salah seorang yang berdiri paling dekat dengan jatuhnya benda.

Tak butuh waktu lama untuk benda itu meledak, membuat banyak orang terlempar tak berdaya dari tempatnya berdiri. Tanah berhamburan kemana-mana. Kali ini debu tidak sungkan untuk mengambang dan berputar-putar memotong jarak pandang.

Misi telah selesai. Tak ada gunanya bertahan dan meladeni tembakan beruntun musuh. Empat manusia daun itu bergerak mundur dan menjauhkan diri dari medan pertempuran.

Kejutan datang dari arah balik yang sekarang mereka tuju. Bantuan musuh datang. Dalam sekelebat, empat manusia daun terjepit. Dengan insting tinggi, cekatan berbalik dan saling membelakangi. Mereka berempat membagi perhatian untuk saling melindungi. Keadaan semakin genting, musuh yang mengapit semakin dekat. Empat manusia daun itu tak terlihat gentar sedikitpun. Terlihat seperti ada banyak "skenario" di kepala mereka.

Tiba saatnya penentuan hidup dan mati.

Bantuan tidak hanya datang pada satu pihak.

Helikopter terbang dengan kecepatan tinggi melintas. Mendadak turun hujan peluru yang memisahkan empat manusia daun dengan capitan musuhnya. Teriakan memanggil mereka untuk menoleh.

Lotus GrateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang