Dalam keadaan antara bermimpi dan tidak, Nelly melihat banyak orang dengan pakaian putih mengelilinginya. Suara seruan bertabrakan menuju telinganya, tapi dia tak bisa mendenganrya dengan jelas. Telapak tangannya terasa dingin dan mati rasa. Apa yang bisa dilihatnya hanya langit-langit putih dan lampu sepanjang dia dituntun ke suatu tempat. Saat ranjangnya berhenti didorong, dia bisa melihat orang berjas hitam meneriaki orang-orang berbaju putih.
"Jangan sampai dia mati! Cepat!"
Hanya itu yang bisa dia dengar. Kemudian, dia memasuki ruangan gelap. Ada sebuah lampu terang yang begitu dekat dengan matanya hingga dia tak bisa membuka kelopak matanya terlalu lama. Suara perawat yang saling mengabari mengenai kondisinya dan memutuskan menambah tranfusi darah menjadi pengiring perjalanan Nelly selama dia setengah sadar menuju alam mimpi.
Rasanya seperti tidur dalam waktu yang sangat lama. Nelly yang sudah bosan terus berada di alam mimpi akhirnya membuka mata. Punggungnya terasa pegal. Penglihatannya yang mulanya kabur menjadi semakin jelas. Dia melihat selang infus yang berakhir di tangannya. Dalam sekejap, dia bisa mengingat semua yang terjadi padanya sebelum ini. Disaat yang bersamaan, dia berseru kesakitan karena kepalanya disengat nyeri yang luar biasa.
Seorang perawat dan juga dokter langsung membuka pintu kamar rawatnya dan memeriksa keadaannya dengan stetoskop. Tak butuh waktu lama, Nelly sudah berhasil menghilangkan rasa nyeri kepalanya itu dengan sendirinya. Perawat perempuan bertanya padanya dengan khawatir,
"Apa sudah tidak sakit?"
"Sudah hilang." Nelly berusaha mengatur napas yang memburu.
"Biar kuperiksa sebentar—"
"Keluar!" seru suara berat yang kasar.
Nelly dan perawat itu melihat ke arah pintu. Tiga orang berjas hitam masuk dengan tatapan galak. Perawat itu dipaksa keluar oleh orang-orang itu. Nelly yang baru bangun langsung merangsek mundur dan hanya bisa berakhir dalam posisi duduk sambil meniti wajah orang-orang asing itu.
Orang-orang berjas hitam berbaris, menunggu seseorang masuk. Saat orang yang ditunggu masuk, dua penjaga menghalangi penglihatan Nelly untuk menyelidiki siapa dia. Pintu kamarnya seketika ditutup dan gorden hijau jendela kaca di seberangnya digeser. Seperti tikus yang diperangkap dalam tong besi. Nelly merasa terjebak dan tak ada jalan keluar untuknya. Atmosfir berganti dengan cepat jadi penuh adrenalin. Dia sungguh baru bangun dan dihadapkan pada situasi seperti ini. Tak ada yang bisa dia lakukan selain menggeliat di ranjangnya karena tubuhnya masih terasa lemas.
"Kau takut?" Suara itu terdengar tak asing di telinga Nelly.
Orang itu berjalan keluar dari barisan orang berjas. Dengan ekspresi jemawa menghujam dirinya, Nelly mengingat siapa dia dengan menggigil ketakutan.
Jimmy.
"Dulu saat kita pertama kali bertemu kau tak setakut ini. Kira-kira kenapa, ya?" tanya pria itu membuat Nelly merasa terhuyung karena panik.
Jimmy menjawab pertanyaan yang dia lontarkan sendiri, "Oh, aku tahu. Karena kali ini tidak ada Lotus Grate yang akan melindungimu. Bukan begitu?"
Nelly menggeleng. Dia tak mau mengakui bahwa Lotus Grate lah yang melindunginya sehingga dia bisa hidup hingga kemarin sebelum tertangkap. Dia pun tak berharap Lotus Grate akan menyelamatkannya. Hidupnya harus segera berakhir agar tragedi ini segera usai.
"Kau punya yang kami inginkan. Sayangnya, kami tak menemukannya saat para perawat menggeledah pakaianmu. Dimana kau menyembunyikan diska lepas itu?" Jimmy menatapnya menusuk penuh ancaman.
Nelly menelan ludah ketakutan. Dahinya dipenuhi keringat.
Jimmy mengeluarkan sesuatu dibalik jasnya. Saat Nelly melihat benda tajam itu lagi, dia merasa tubuhnya meronta tanpa dia kendalikan. Belati itu masih terasa seperti ada di tubuhnya saat dia melihatnya sedekat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lotus Grate
Action[Revisi ke-4] Disclaimer: Cerita ini hanya fiksi belaka. Tidak ada yang berhubungan dengan dunia nyata. Yoo kembali lagi bersama A chan. Baiknya aku upload aja disini daripada dimakan rayap kelamaan dianggurin di laptop. Jadi "Lotus Grate" ini berce...