Semua penumpang limosin hitam itu turun di depan sebuah rumah besar dan mewah. Nelly sempat ragu untuk turun sebelum akhirnya Sebastian meyakinkan kalau ini memang tempat pemberhentiannya.
Dari luar, Nelly bisa mendengar sebuah pertengkaran keluarga yang masih berada di dalam limosin.
"Dasar anak susah diatur! Sudah kubilang tak perlu membunuhnya!" seru Hogan.
Flecar mengelak, "Aku tidak susah diatur, kok! Lagipula rasanya menyakitkan saat dikhianati, Yah!"
Nelly terhenyak dalam hati. Flecar memanggil lelaki itu "Yah". Itu manis sekali untuk ukuran orang sepertinya.
"Kau tahu apa yang terjadi berikutnya? Kau bisa berspekulasi apa yang akan terjadi selanjutnya?" tanya kakaknya intimidatif.
Sebastian, Moale, dan Nelly menunggu dengan sabar di luar mobil. Moale sibuk menghitung peluru di pistolnya dibanding mendengarkan isi pertengkaran itu. Sebastian menatap Nelly teduh. Seakan tatapan itu menjelaskan kalau mereka bertiga memang sering bertengkar seperti ini, mengingat Flecar saja punya sifat seperti itu.
"Aku tahu kok! Mereka pasti bermusuhan dengan federasi sekarang! Karena Jimmy mengatakan di telepon kalau kemungkinan federasi ingin Vynil mati!"
Ayah dan kakaknya terdiam di dalam mobil. Mereka berdua terkejut mendengar itu, karena mereka memang tak mendengar sendiri Jimmy menelepon. Lengang sejenak, Nelly menggunakan kesempatan itu untuk bertanya pada Sebastian.
"Kenapa ayahnya Flecar tidak memberitahu dia kalau Jimmy bukan politikus bersih? Kasihan Flecar merasa dikhianati."
Sebastian menjawabnya, "Karena dia tak tahu kalau Jimmy selicik itu. Sejauh yang dia tahu, Jimmy bermuka dua. Itu saja. Bukan sebusuk mengubah dasar dan sistem pemerintahan seluruh negara seperti yang dia sembunyikan."
"Kau tetap sulit diatur!" Hogan menggeleng penat sambil turun dari limosin.
Kakaknya menyusul keluar, lalu Flecar turun mengikutinya dengan wajah cemberut.
Hogan berhenti dan berdiri tepat di depan Nelly.
Nelly menelan ludah kesusahan, tak tahu kenapa pria paruh baya itu mendadak berada di hadapannya.
"Baiklah, Nelly. Kurasa sudah waktunya kau tahu siapa aku sebenarnya." Hogan menarik topengnya.
Flecar menghentikannya di tengah jalan. Dia menggenggam erat tangan ayahnya yang hendak membuka topengnya. "Kau yakin?"
"Sudah, diamlah, Dasar Anak Sulit Diatur!" seru Hogan.
Flecar berbalik sambil melipat tangan mendengar julukan itu lagi. Kakaknya ikut menghakimi Flecar dengan tatapan berang.
Hogan mulai menarik topengnya. Nelly memperhatikan baik-baik apa yang ada di baliknya. Saat topeng itu dilepas sempurna, otak Nelly mencerna baik-baik wajah dan ekspresi itu. Kepalanya mulai mengolah data. Seseorang di masa lalu. Seseorang yang dia lihat dari layar komputer.
Setelah perjalanan menjelajah ingatan, Nelly menemukannya. Otaknya menemukan ingatan dan apa yang terjadi pada ayah Flecar.
Nelly merasakan tubuhnya meluruh seiring ingatannya membuat semua hipotesis skenario Flecar semakin jelas. Pandangannya mengabur karena air mata di pelupuk mata dengan cepat menggumpal. Tangannya terkepal kuat, seerat menggenggam dendam pada warga desa yang membakar ibunya. Namun, kali ini yang dia genggam adalah rasa bersalah penuh dosa. Paru-parunya terasa sesak. Napasnya mulai tersendat. Dia bisa merasakan penyesalan besar menindih tubuhnya. Wajahnya terasa panas karena rasa bersalah yang meledak-ledak.
Tanpa ada awalan apapun, Nelly tiba-tiba berlari ke arah Hogan. Punggungnya merendah sejadi-jadinya. Tangannya menyentuh kedua kaki Hogan. Dia langsung menyentuhkan dahinya ke kaki Hogan pula. Dia menangis dan meminta maaf berkali-kali. Bahkan, Flecar yang acuh tak acuh itu membelalak saat melihat Nelly melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lotus Grate
Action[Revisi ke-4] Disclaimer: Cerita ini hanya fiksi belaka. Tidak ada yang berhubungan dengan dunia nyata. Yoo kembali lagi bersama A chan. Baiknya aku upload aja disini daripada dimakan rayap kelamaan dianggurin di laptop. Jadi "Lotus Grate" ini berce...