Perlahan kelopak mata Vynil terbuka. Yang terlihat hanya langit-langit berwarna hijau bercampur hitam. Perlahan matanya berhasil menangkap bayangan dengan jernih. Belum selesai dia mencerna keberadaannya sekarang, dia sudah menyadari bahwa salah satu kakinya mati rasa. Ingatannya dihujani momen detik-detik terakhir sebelum dia pingsan. Ditambah potongan-potongan kejadian saat seseorang menggendongnya, dan juga kakinya dibebat dan diobati oleh orang yang berbeda.
Di sinilah dia sekarang, di dalam mobil dengan satu pintu di depan kakinya terbuka agar kakinya bisa lurus.
Vynil menengok ke bagian depan dan belakang, tidak ada orang. Dia mengusap perban yang membalut pahanya.
"Apa yang terjadi?" lirihnya sedang berpikir keras.
Apa yang ada di mobil itu serba hijau lumut. Mulai dari tas, handuk, kotak obat, baju, dan jaket yang sedang menutupi badannya sekarang.
Vynil merasa harus bangkit.
"Kau sudah bangun ternyata. Bagaimana keadaanmu?" tanya Moale ramah.
Vynil terhenyak karena suara itu muncul tiba-tiba. Setelah mengenali siapa yang baru saja bicara padanya, ada sedikit luka yang menggigit di hati Vynil.
Bukannya menjawab keramahan salah satu personil Lotus Grate itu, Vynil justru bertanya dengan tatapan menghardik,
"Apa giliran kalian sekarang?"
"Eh?" Hanya itu yang bisa dikatakan Moale. "Apanya?"
"Kau baru bangun langsung marah-marah, ya?" eluh Flecar di sisi pintu yang lain. Dia melambaikan tangan ke arah belakang, seolah menyuruh orang mendekat.
Vynil berusaha mengatur napas agar lukanya sedikit terkurangi. Dia menghakimi Flecar dan Moale bergantian. "Jangan pura-pura bodoh! Sekarang giliran kalian yang akan menyiksaku sampai aku bersedia memberikan sisa data itu pada kalian, kan?!"
Itu bukan pertanyaan, melainkan tudingan.
"Ya," jawab Flecar tanpa ragu.
Moale terkesiap, mengedarkan pandangan ke rekannya itu. "Bukan, bukan begitu! Memangnya kau tidak ingat kalau kami yang menyelamatkanmu?" tanya Moale lembut.
Der yang baru mendekat ikut menimbrung, "Ada apa ini?"
Vynil berjengit. "Menyelamatkanku? Kenapa?"
"Pertanyaan bagus. Kenapa?" Flecar menoleh ke arah Lin.
Lin yang baru datang hanya menatap Flecar dan Vynil bergantian tanpa intensi untuk menjawab.
"Baiklah. Tenang dulu, Nona. Kami disini bukan untuk menyiksamu, oke? Kami-lah yang justru menyelamatkanmu dari eksekusi mati non-prosedural." Der menggantikan Flecar dan Moale untuk bicara.
Vynil tak habis pikir. Ekspresinya menjelaskan itu semua. "Kenapa kalian lakukan itu?" tanya Vynil kedua kalinya.
"Kau mau mati, hah?!" bentak Flecar tak sabar.
Flecar sudah berniat untuk tidak bersikap ramah pada anggota Haast ini. Orang yang jadi bagian dari organisasi paling dibencinya telah repot-repot diselamatkan oleh kawannya, lalu orang itu malah menuding dia dan teman-temannya sebagai penyiksa. Fakta itu membuatnya semakin membenci Vynil.
"Ya!" jawab Vynil mantap.
"Makanya—tunggu, apa?"
Flecar menelan suaranya, menatap yang lain, memastikan dia tak salah dengar.
Der menghentikan percakapan itu.
"Tenangkan dirimu dulu," pesannya.
Vynil terdiam, berusaha mengatur napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lotus Grate
Acción[Revisi ke-4] Disclaimer: Cerita ini hanya fiksi belaka. Tidak ada yang berhubungan dengan dunia nyata. Yoo kembali lagi bersama A chan. Baiknya aku upload aja disini daripada dimakan rayap kelamaan dianggurin di laptop. Jadi "Lotus Grate" ini berce...