Lin mengalihkan pandangan sebentar, berusaha mengatur napas agar bisa menjelaskan dengan baik tanpa emosi. "Der, jangan berpikir mengikuti alur saat situasi kita di luar kendali seperti ini. Lagipula, sekarang aku yang tanya, bagaimana kau akan melacak dalangnya? Ini akan memakan waktu yang lama! Dua orang yang berbeda kubu bisa saja punya agen ganda!"
Der hanya terdiam. Mereka berdua bersitatap adu garang. "Cara komunikasi militer" antara Lin dan Der tak mudah dipahami terkecuali oleh orang yang berkecimpung di bidang intel dan semacamnya. Walaupun nampak tak setuju, tapi Der paham baik apa yang dimaksud Lin di kalimat terakhirnya.
Ada sedikit kerutan tak terima di wajah Der. Kemampuan kepemimpinannya telah digugat oleh kawannya sendiri. Hingga beberapa detik berlalu, dia baru mengalihkan pandangan dan bernapas kasar.
Lin berusaha menenangkan dengan menepuk pundak Der. "Aku tahu kau pemimpin yang baik, Der. Tim kita pecah disaat genting, dan itu bukan salahmu. Berhentilah menyalahkan dirimu karena hal itu. Sekarang yang kita butuhkan adalah pikiran out of the box darimu. Jangan mengikuti apa yang biasanya kita lakukan. Selama ini yang memberi kita perintah adalah orang yang menyimpan niat busuk ini. Kita jelas harus berpindah haluan."
Der masih terdiam.
"Pantas saja Flecar memilih mundur," eluh Der.
"Aku tahu kebiasaan kita memang menuruti perintah dari pemerintah tanpa bertanya. Namun, prosedur itu sudah berubah begitu kita memutuskan keluar dari rumah Jimmy kemarin," ulang Lin berusaha meyakinkan. "Kita resmi dimusuhi Haast dan pemerintahan. Tak ada yang bisa membantu kita untuk sekarang. Apalagi orang yang kita kenal dari pemerintahan dulu."
Der masih mengunci rapat bibirnya. Tak mau salah bicara dan membuat hubungannya dengan Lin berakhir buruk.
Vynil yang terlelap di lantai dua, samar-samar bisa mendengar pertengkaran itu. Perdebatan tentang Der yang berpikir untuk mengumpulkan orang yang bersedia membantu. Kepala Vynil seperti hendak pecah sejak kemarin. Pusing yang menyergap tak kunjung sembuh, kian memburuk. Dia menutup kepalanya dengan selimut.
***
"Bangun."
Vynil membuka mata, yang pertama dilihatnya adalah kegelapan.
"Setidaknya kau harus makan walaupun sedikit."
Vynil tak bergerak sedikitpun.
Lin dengan terpaksa menyibak selimut yang menutupi kaki hingga kepala Vynil. "Cepatlah." Lin tak tega melihat ratapan Vynil yang masih mengakar.
"Hukum mati saja," gumam Vynil.
Lin menautkan alis. "Apa?"
"Hukum mati aku," ulang Vynil.
Lin dengan tegas menolak, "Jangan sembarangan bicara! Kau sudah sejauh ini! Kau mau menyerah begitu saja?"
Vynil tak bisa menahan air matanya. Lagi.
Lin berbalik, tak sanggup menghadapi orang seperti Vynil. "Paling tidak turunlah sebentar. Der akan pergi mencari bantuan cadangan."
Vynil mengusap air matanya setelah mendengar kalimat Lin. Begitu Vynil mendengar langkah kaki Lin di tangga, dia memutuskan berdiri dan turun.
Der memasukkan berbagai senjata api ke dalam tas besarnya. Dia menoleh saat menyadari seseorang selain Lin turun dari tangga.
"Vynil, bagaimana kabarmu?" tanya Der.
Tak perlu dijawab, penampilannya sangat buruk. Wajahnya kusam, rambutnya berantakan, ekspresinya tidak bugar. Namun, Vynil menjawab,
"Lebih baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lotus Grate
Acción[Revisi ke-4] Disclaimer: Cerita ini hanya fiksi belaka. Tidak ada yang berhubungan dengan dunia nyata. Yoo kembali lagi bersama A chan. Baiknya aku upload aja disini daripada dimakan rayap kelamaan dianggurin di laptop. Jadi "Lotus Grate" ini berce...