Nelly baru saja meminta tiga lembar kertas tambahan untuk menulis semua yang diingatnya tentang rancangan undang-undang berisi oligarki terselubung itu. Penjaga itu memberikan barang yang dimintanya tanp mengucapkan sepatah kata apapun. Nelly menengoknya jengah.
"Kemana perginya bosmu itu?" Nada bicaranya berbeda dengan yang dia gunakan pertama kali.
Penjaga itu masih juga membisu. Hanya tubuhnya saja yang menandakan dia masih manusia, bukan tembok. Dua penjaga lain yang menjaga pintu dari dalam juga melakukan hal yang sama, hanya diam membisu. Ruangan remang berukuran empat kali empat meter itu jadi terasa sangat sunyi. Tepatnya sejak Jimmy pergi tergesa-gesa setelah mendapat telepon.
Nelly menggeleng penat. Dia memutuskan kembali ke kertas dan pensilnya, melanjutkan pekerjaan yang mungkin akan jadi pekerjaan terakhirnya.
Lima belas menit kemudian, Nelly sudah menyelesaikan lembar ketiganya. Di perjalanan menuju lembar keempat, pendengaran Nelly menangkap sayup-sayup suara. Saat dia menoleh, tak ada yang bergerak menciptakan suara sama sekali. Tiga penjaga di ruangan kecil itu langsung mengacungkan senjata siaga karena ikut mendengar suara mencurigakan. Beberapa detik kemudian, terdengar suara lesatan kecil yang cukup mengganggu. Bunyi itu disusul suara tubuh ambruk dua penjaga yang berdiri di samping pintu. Dalam sekejap, bunyi itu juga terdengar di samping telinga Nelly. Penjaga yang berdiri di sampingnya seketika ambruk tanpa sempat tahu siapa yang menembaknya.
Seseorang mendarat dari langit-langit. Tak terkira senangnya Nelly saat merasa diselamatkan.
"Seb—"
Suaranya terpotong saat melihat yang keluar dari siluet itu bukan Sebastian.
"Fuh! Maaf, ya. Aku bukan Sebastian." Flecar berjalan santai ke arah Nelly.
Saat Flecar menoleh ke meja, dia melihat kertas yang berisi tulisan tangan Nelly. Tangannya menjarah lima lembar kertas, meremuknya hingga jadi gumpalan tak beraturan. Padahal dua lembar diantaranya masih kosong. Dengan wajah tak peduli, dia membakar kertasnya hingga menjadi abu. Nelly terdiam melihat perbuatan Flecar, tak berniat menghentikannya juga.
"Kau ke sini untuk menyelamatkanku atau membakar kertas itu?" Itu kalimat pertama yang Nelly katakan setelah insiden perpecahan Lotus Grate karena dirinya waktu itu.
Flecar mengangguk.dengan wajah tak pasti. "Keduanya, tapi aku tetap benci kau."
Nelly tak menghiraukan kata "benci" yang Flecar ucapkan. Wajahnya perlahan merengut sedih. Dia menjabat tangan Flecar, tangan yang lain mengusap air mata yang sudah beruraian deras.
Dengan tersedan Nelly berkata, "Terima kasih sudah memenuhi harapanku."
Flecar menatap Nelly aneh sambil menggaruk kepalanya. Dia menarik tangannya kasar. "Hentikan dramamu! Ayo cepat pergi dari sini!"
Flecar ganti menggenggam tangan Nelly, menariknya berdiri. Dia menyuruhnya berjalan cepat. Nelly menghentikan tangisan terharunya. Tiba di belakang pintu keluar, Flecar berhenti mendadak. Nelly menabrak punggungnya.
"Kenapa?" tanya Nelly mengusap dahi.
"Ada penjaga."
Nelly meringis tak percaya. "Kau tahu darimana?"
Flecar menengok ke belakang dan tersenyum. "Insting." Dia segera mendorong Nelly ke pintu keluar. Nelly merangsek melawan dorongan itu.
"Hei, hei! Kau mau jadikan aku umpan?!" serunya tertahan.
Flecar menyuruhnya diam. "Ikuti arahanku. Bilang pada mereka kau mau ke toilet atau kau akan mati."
Nelly mengangguk, dengan ragu dia menurut. Flecar membuka pintu sedikit. Dia bersembunyi di belakang daun pintu. Penjaga yang terkejut melongok melihat ke dalam, mendapati Nelly yang membuka pintu sambil mempertontonkan wajah panggilan alamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lotus Grate
Aksiyon[Revisi ke-4] Disclaimer: Cerita ini hanya fiksi belaka. Tidak ada yang berhubungan dengan dunia nyata. Yoo kembali lagi bersama A chan. Baiknya aku upload aja disini daripada dimakan rayap kelamaan dianggurin di laptop. Jadi "Lotus Grate" ini berce...