Chapter 20. Serangan Balik

4 0 0
                                    

Nelly bisa merasakan tangan Sebastian di pinggulnya, dan tangannya yang lain sedang menggenggam tangannya dengan hangat. Setelah semua yang terjadi padanya 24 jam terakhir, ini adalah hal terlalu kontras untuknya. Sepertinya rencana Lotus Grate memang tidak bisa ditebak.

"Kau baik-baik saja?"

Nelly berputar dengan arahan lembut gerakan dansa Sebastian. Sudah tak ada jarak yang memisahkan mereka lagi. Nelly merasa bisa mendengar detak jantung merdu milik Sebastian.

"Aku takut sekali." Nelly tak sadar dia menangis.

Dia hanya mengingat bagaimana dia terbangun di tempat asing dan langsung ditodong dengan pisau yang sama. Hal itu membuatnya benar-benar merasa tak berdaya.

Sebastian mampu mendengar sedikit sesegukan diantara alunan musik dansa. Dia berusaha menenangkan dirinya sebelum menenangkan Nelly. Rasanya ada separuh dirinya yang hancur saat melihat wanita di depannya menitikkan air mata.

"Aku sudah pernah bilang, 'kan? Aku akan selalu menemukanmu." Sebastian meletakkan dagunya di atas kepala Nelly.

Dalam dekapan di tengah gerakan dansa itu, Sebastian bisa merasakan Nelly mengangguk lemah.

Di samping meja makanan dan minuman, Jimmy dan temannya berbincang. Nampaknya Jimmy masih tak tenang sambil melihat ke bagian belakang ruangan dansa terus-menerus. Temannya yang tak peduli, karena dia mau Jimmy menemaninya, menyesap minuman di gelas kecil dengan tenang.

"Bukankah mereka sangat romantis?" tanya temannya.

Jimmy menengok ke arah pasangan yang dipaksa temannya untuk dia sambut di dunia politik nasional itu. Dia menghela sambil menjawab, "Iya, iya. Romantis."

Temannya itu melirik heran. "Kenapa denganmu sebenarnya? Daritadi seperti mengejan begitu?"

Jimmy seketika menghilangkan ekspresi panik dan terjepitnya, mendadak tertawa bahagia dan menyerobot sembarang minuman yang ada di atas meja.

"Tidak! Aku baik saja!" Jimmy mengangkat gelas kecil, mengajak temannya bersulang.

Temannya tersenyum, bersulang dengannya.

Jimmy membuka obrolan. "Jadi, tolong ceritakan lagi. Siapa dia?" Dia menunjuk perempuan yang berdansa dengan Peter alias Sebastian.

Temannya menyesap minuman sebelum bicara. "Dia sepupu dari keluarga mendiang istriku. "

"Oh, ya?" Jimmy mengalihkan pandangannya, tak berani menatap mata temannya.

Temannya itu mengangguk. Dia tersenyum, menikmati pemandangan romantis yang ada di depan sana.

Jimmy sebenarnya tak sungguh ingin tahu soal itu. Apalagi setelah mendengar asal usul Peter. Dia merasa menyesal menanyakannya.

"Hei, kau janji untuk tidak masuk ke dunia politik lagi setelah ini, 'kan?" tanya Jimmy setengah berbisik. Dia tidak ingin ada yang mendengar percakapannya kali ini.

Temannya menoleh, mengangguk.

Jimmy menarik napas lega, dia menepuk dada berkali-kali. "Teleponmu tadi mengejutkan sekali. Kau sampai rela mengancam keselamatanmu sendiri demi bisa memasukkan keponakanmu ke dunia politik." Jimmy menyesap minumannya. "Ngomong-ngomong, aku senang bisa membantu keponakanmu."

"Ya, terima kasih untuk itu." Temannya itu menepuk bahunya.

"Kau tahu, setelah karirmu hancur sepuluh tahun lalu, aku jadi khawatir padamu. Politik ini dunia yang sangat keras, Hogan. Kadang ada orang baik yang harus berkorban, supaya orang baik lain bisa maju menggantikannya," ucap Jimmy.

Lotus GrateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang