Chapter 8

115 80 6
                                    

~Happy reading~

Akhirnya bimtek yang di adakan selama dua hari telah selesai, tinggal menunggu informasi kapan mereka akan KKN, dan pembagian kelompok KKN.

Mereka akhirnya memutuskan ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan, Ana dan Dewi memilih duduk di pojok kanan kantin agar lebih tenang menikmati makanannya.

"Akhirnya bimteknya selesai juga yaa, gak kerasa nunggu dua mingguan lagi kita bakal KKN" ucap Dewi membuka percakapan antar keduanya

Ana yang menikmati makanannya lantas menoleh dan mengangguk ke arah Dewi

"Iya gak kerasa, dan gue penasaran sama pembagian kelompok nya" ucapnya sembari berpikir siapa yang akan menjadi teman kelompoknya nanti ketika KKN

"Hmm berdoa aja semoga kita sekelompok" ujar Dewi berdoa yang di angguki oleh Ana.

Setelah mereka makan dan membayarnya, mereka pun kembali ke aula untuk penutupan acara, mereka sudah berada didalam aula sambil menunggu acaranya di tutup. Tiba-tiba saja ponsel Ana bunyi dan mendapat notifikasi dari nomor yang tidak di kenal

                        (  082xxxxxxxxx )

Ana mengernyitkan keningnya bingung dan memilih mematikan ponselnya. Akan tetapi ponselnya kembali berbunyi, Ana yang geram kembali membuka ponselnya

                       (082xxxxxxxxx )
Halo Ana apa kabar?

Ana pun membuka pesan itu dan bingung siapa orang ini dan kenapa menanyakan kabarnya, dan juga kenapa nomor yang tidak dikenal itu tahu namanya. Ana enggan untuk membalasnya akan tetapi nomor itu kembali mengiriminya pesan

                      ( 082xxxxxxxxx )
Kenapa di read saja?
Saya bertanya kabarmu bagaimana Ana
Kau ingin mengabaikan pesanku?
Apa kau tahu, begitu banyak tentang dirimu yang saya tahu, saya pun tahu kejadian yang menimpa seseorang itu mati karena ulahmu
Ayolah Ana balas lah pesan ku, saya hanya ingin tahu bagaimana kabarmu
Kalau kau tak kunjung membalasnya, akan saya pastikan hidup kamu tidak akan tenang
Dan satu lagi, jangan bermain-main dengan ku!
......

Deg, tubuh Ana menegang, napasnya naik turun, keringat di sekujur tubuhnya, tangannya meremas kuat pinggir bajunya, mendadak Ana dilanda ketakutan, cemas, campur jadi satu, rasanya ia ingin menangis, ingin cepat-cepat pulang. Dewi yang melihat Ana seperti orang ketakutan dan menegur temannya

"Na Lo gak apa-apa?" Tanya Dewi sembari memegang pundak temannya itu, Dewi kaget karena tubuh Ana gemetar, dan beralih memegang tangan Ana yang sudah keringat dingin

"Astaghfirullah Ana Lo kenapa heyy?" tanya Dewi khawatir pada sahabatnya itu, dimana Ana sama sekali tidak menjawab pertanyaan Dewi, dirinya sangat takut, tiba-tiba bulir air mata keluar begitu saja, Dewi yang melihatnya merangkul sahabatnya dan memenangkan Ana, entah apa yang membuat sahabatnya seperti ini.

"Na, kenapa, cerita dong, jangan bikin gue panik" ujar Dewi memegang tangan, dia juga panik Ana tiba-tiba menangis

"Gue takut Wi, hiks" ucap Ana gemetar mengatakan itu, Ana sudah terisak membuat Dewi semakin panik dan bertanya-tanya kenapa sahabatnya ini

"Lo takut kenapa, cerita sama gue, apa yang buat Lo takut Na" Tanya Dewi pelan karena beberapa siswa sudah melihat Ana menangis

Ana hanya menggeleng, menundukkan kepalanya sambil mengusap air matanya pelan

"Dewi, apapun nanti kedepannya, gue mohon sama Lo buat percaya sama gue" kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Ana membuat Dewi heran apa maksud sahabatnya ini

"Iya gue percaya, tapi kenapa Lo tiba-tiba ngomong kayak gitu Na" ucap Dewi penasaran

"Lo gak usah tau Dewi, yang jelas Lo harus percaya sama gue, gue mohon hiks" ucapnya memohon sambil menangis, membuat Dewi semakin heran dengan Ana

"Tenang Na, gue sahabat Lo, apapun yang buat Lo merasa takut cerita sama gue, Lo jangan pendam sendiri okee, ada gue, ceritain semuanya sama gue" ucap Dewi menenangkan sahabatnya dan meyakinkan Ana untuk bercerita. Ana yang mendengar nya merasa sedikit tenang, untung saja ada Dewi jika tidak entah bagaimana Ana didalam aula itu

"Thanks wi" ujarnya yang diangguki oleh Dewi sembari tersenyum.

Tanpa sadar, sedari tadi ada yang memperhatikan mereka berdua, mata tajam nya tersorot akan kebencian, tangannya terkepal kuat yang memperlihatkan urat-urat nya, tidak lupa senyuman seseorang itu yang  tidak dapat di artikan

.......

Setelah acara penutupan tadi Ana bergegas untuk pulang, ingin menjernihkan pikirannya, dan masih penasaran siapa kira-kira dalang dibalik nomor yang tidak di kenal itu. Sesampainya di rumah Ana buru-buru masuk ke kamarnya dan menguncinya agar tidak ada yang masuk

Ana tiba-tiba terduduk di balik pintunya, ia menangis terisak-isak, ketakutan kembali menghantuinya, badannya kembali diterpa keringat dingin

"Hiks hiks, kenapa harus kembali lagi, gue takut" ujarnya dengan isakan

"Apa semesta memang ingin membuat saya menderita kembali, apa semesta ingin membuat saya dihantui rasa bersalah kembali hiks" sambungnya lagi dengan tangisan yang semakin menjadi.

Dengan sekuat tenaga, Ana berdiri dan menuju laci mejanya, dibukanya Ana mengambil kotak berwarna cokelat, Ana duduk di tepi kasurnya dan membuka kotak tersebut. Didalam kotak itu ada sebuah foto yang menampakkan dua gadis remaja sedang berada di pantai dengan ekspresi yang sangat gembira, tidak hanya itu ada juga foto saat mereka masih SMA sambil memakan eskrim. Mereka tampak gembira di balik foto itu, didalam kotak itu ada kalung berbentuk love yang menunjukkan foto dua gadis cantik. Ana kembali terisak dan memeluk kalung dan foto itu

"Nara gue kangen sama Lo hiks, Lo janji gak bakal ninggalin gue tapi nyatanya Lo udah ingkar janji, gue butuh Lo, gue takut Nara hiks hiks" ucap Ana dengan tangisan yang semakin keras.

~Tbc~



























HALOHAA, AKU UP LAGI HEHE

SIAPA SIH NARA ITU, APA HUBUNGANNYA DENGAN ANA?

DAN SIAPA PENGIRIM PESAN YANG TIDAK DI KENAL ITU?

AAA KENAPA JADI TEKA TEKI SEPERI INI

SEPERTI BIASA AGAR AKU SEMANGAT BUAT LANJUTIN CERITANYA JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN KOMEN YAA😘

(ANA) Maaf Atas Luka Ini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang