Chapter 5

140 103 14
                                    

~Happy reading~

Setelah memakan beberapa menit perjalanan, sampailah Ana di komplek rumah nya dan memasuk kawasan rumah yang tampak megah itu, Ana tampak memasuki garasi untuk menyimpan motornya itu. Setelah itu Ana menghampiri pria yang menolongnya tadi yang sudah berdiri tidak jauh dari pagar rumah Ana sambil menenteng belanjaan Ana.

"Ini rumah kamu?" tanya pria, karena sedari tadi dia berdiri tak lupa matanya menelisik sekeliling rumah Ana, entahlah pria itu sedang berpikiran apa

"Iya ini rumah gue" jawab Ana mengangguk sembari tersenyum pada pria itu, pria itu hanya mengangguk

"Nih belanjaan kamu" pria itu menyodorkan belanjaan Ana yang sedari tadi dia tenteng, Ana pun beralih mengambil belanjaannya dari pria itu

"Btw makasih yaa udah nolongin gue tadi, makasih juga udah bantuin ngobatin sikut gue" ucap Ana berterimakasih kepada pria itu, karena berkat pria itu sikut nya sudah mulai sedikit reda rasa nyeri nya.

"Sama-sama, yaudah aku pulang dulu yaa, itu sikut kamu kalau masih nyeri lepas plasternya baru ganti yang baru, sebelum itu olesin obat yang tadi aku beliin buat kamu pakai kapas" pria itu menjelaskan kepada Ana yang menurut Ana sangat perhatian dan kagum dengan pria itu

"Eh gak masuk dulu" tawar Ana karena merasa tidak enak apalagi mereka berdua hanya ngobrol diluar tidak masuk ke dalam rumah Ana

Pria itu tersenyum seraya mengelus sedikit puncak kepala Ana yang membuat wanita itu sedikit kaget
"Kapan-kapan aja yaa, gak enak juga aku masuk kerumah kamu, kalau orangtua kamu juga gak di rumah dan gak bawa apa-apa" ucap pria itu merasa tidak enak

"Eh nggak apa-apa kok santai aja kali, lagian Mama gue ada kok dirumah, tapi Ayah gue emang masih di kantor sih" ucap Ana kepada pria itu

"Lain kali aja gak apa-apa, yaudah aku pamit dulu yaa, udah mau sore juga soalnya" setelah mengatakan itu pria itu menuju mobilnya untuk masuk, tapi sebelum masuk ke mobilnya langkahnya terhenti untuk menoleh ke belakang dan berucap kembali "ingat yaa jangan lupa yang aku bilang, sikut kamu plasternya ganti yang baru" ucapnya, dan lagi-lagi membuat Ana kagum akan perhatiannya padahal baru beberapa saat yang lalu bertemu dan jangan lupa mereka belum berkenalan sama sekali.

"Eh, ii-ya nanti gue ganti yang baru" Ana sedikit gugup saat bicara "sekali lagi makasih yaa, hati-hati di jalan" sambungnya

"Iya, aku pamit" setelah mengatakan itu pria itu pun masuk ke mobilnya dan menutup pintu mobilnya akan tetapi dia menurunkan sedikit kaca mobilnya untuk melihat Ana. "Bye, kalau kita bertemu lagi, aku ingin berbincang lama denganmu" setelahnya pria itu menyalakan mobilnya dan meninggalkan Ana yang masih berdiri mematung yang masih menenteng belanjaannya, untuk sesaat Ana terdiam dan kembali menggeleng-gelengkan kepalanya

"Ah, gue kenapa" tanya nya pada diri sendiri, ya Ana sedikit heran saja pasalnya mereka baru bertemu dan entah kenapa pria itu sangat perhatian kepada Ana, atau memang sifat pria itu yang sangat ramah dan perhatian kepada semua orang, tapi kalau begitu kenapa pria itu sampai rela membuang-buang waktunya untuk mengobati luka Ana dan mengantarnya pulang, memikirkan itu Ana memilih masuk ke dalam rumahnya dan ingin beristirahat karena sangat capek.

"Assalamu'alaikum Ana pulang" Ana masuk kedalam rumahnya tidak lupa belanjaan yang masih setia di tangannya

"Wa'alaikumussalam non, non geulis teh udah pulang" ucap Bi Ida wanita paruh selaku ART di rumah itu yang sudah berusia 48 tahun

"Iya Bi Ida, Ana udah pulang, bi Ida tolong bantu Ana bawa belanjaan ini ke kamar yaa" Ana meminta tolong kepada Bi Ida untuk membawa belanjaan ke kamarnya

Bibi Ida mengangguk patuh dan tersenyum mengambil belanjaan dari tangan Ana "mari non Ana bibi bantu bawain ke kamar non".

Setelahnya mereka berdua berjalan menuju tangga untuk ke kamar Ana, karena kamar Ana ada di lantai atas. Mereka pun sampai di kamar Ana dan masuk

"Non belanjaanya bibi taruh di mana?" Tanya bibi Ida

"Taruh di atas meja belajar Ana bi" ucap Ana yang di angguki oleh Bi Ida

"Kalau begitu bibi permisi turun dulu ya non, nanti bibi ke kamar non lagi untuk panggil makan malam non, tuan dan nyonya" ucap bi Ida undur diri tapi sebelum keluar dikamar Ana bibi kembali bicara
"Non Ana teh yang tadi pulang sama siapa, bibi liat pria itu sangat tampan seperti oppa-oppa Korea hehehe" ujar bi Ida di sertai kekehannya karena memang saat bersih-bersih di taman belakang bi Ida tidak sengaja melihat Ana dan seorang pria pulang bersama, dan yang bi Ida lihat pria itu sangat tampan dan tinggi.

Ana yang sedang minum air itu tiba-tiba tersedak dan batuk "uhuk untuk" Ana tersedak mendengar yang bibi ucapkan, muka nya merah dan air matanya keluar sedikit

Bi ida yang melihat Ana tersedak panik dan menghampirinya "Aduh non gak apa-apa, bibi teh minta maaf" ucap bibi seraya menepuk pelan belakag Ana, Bi ida terlihat sangat takut dan panik, wajahnya di selimuti rasa bersalah atas omongannya tadi

Setelah sudah enakan Ana di bawa menuju kasurnya dan di dudukkan dengan perlahan di tepi kasurnya

"Non Ana bi Ida teh minta maaf, bibi salah ngomong tadi sampai buat non tersedak air minum, bibi teh salah, bibi minta maaf" yaa raut sedih, panik, takut, penyesalan bercampur di muka bi Ida

"Ah bibi nggak apa-apa, Ana udah enakan kok, bibi gak usah minta maaf gitu ih, lagian juga bibi gak salah apa-apa" ucap Ana seperti itu karena merasa kasihan melihat bi Ida menyalahkan dirinya

"Bibi teh takut non Ana kenapa-kenapa, bibi takut tuan dan nyonya marah sama bibi karena udah buat non batuk karena tersedak air minum, sampai air mata non keluar" Bi Ida sangat takut jikalau Ana kenapa-kenapa maka dirinya lah yang akan menanggung semua konsekuensinya

"Sini bi duduk" ucap Ana sembari menyuruh bi ida untuk duduk bersamanya di kasur tidak lupa memegang tangan kedua tangan Bi Ida yang dapat Ana rasakan dingin bercampur gemetar saking takutnya

"Bibi Ana udah enakan loh, bibi gak liat Ana gak kenapa-kenapa kan, bibi gak usah merasa bersalah gitu yaa, Ana gak suka bibi menyalahkan diri sendiri seperti melakukan kesalahan besar sama Ana" Ana menatap bi Ida yang menangis dan tertunduk, Ana yang melihatnya memegang dagu bi Ida untuk melihatnya

"Maaf non" hanya itu yang keluar dari mulut bi Ida, iya sangat amat menyesal dengan kejadian tadi

"No! Ana akan marah dan gak akan ngajak bi Ida bicara lagi kalau terus-terusan nyalahin diri sendiri hmm" ucap yang membuat bi Ida langsung menyeka air matanya dan menatap Ana

"Bibi janji non, bibi gak akan buat non Ana seperti kejadian tadi" Bi Ida kembali tersenyum tipis mengatakan itu, tetapi masih ada guratan penyesalan dari mimik mukanya, tapi Ana abaikan itu takut bibi nya tambah menyalahkan dirinya

"Nah gitu dong senyum, kan kalau senyum bibi jadi cantik dilihatnya hehehe" ucap Ana disertai kekehan diakhir kalimatnya

Bi Ida pun berdiri dan merapikan seprei yang di dudukinya tadi membuat Ana melotot dan menghentikan aktivitas bi ida

"Bi Ida gak usah Ya Allah, gak usah di rapihin toh juga mau di tidurin"

"Maaf non gak sopan teh bibi duduk di kasur non Ana" ucap bi ida tidak enakan "yaudah kalau gitu bibi permisi ya non mau ke bawah masak buat makan malam non tuan dan nyonya, non Ana teh istirahat nanti bibi kesini lagi buat bangunin non Ana" ucap Bi Ida disertai senyuman untuk ke bawah menyiapkan makan malam untuk mereka.

Ana hanya mengangguk dan membalas senyuman Bi Ida, pintu kamar pun kembali tertutup dan Ana bergegas untuk membersihkan badannya yang sudah sangat lengket seharian karena keringat.

~Tbc~




























HEHEHE JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN KOMENNYA YAA BIAR AUTHOR SEMANGAT BUAT LANJUTIN CERITANYA😘🤗

(ANA) Maaf Atas Luka Ini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang