QUEST DAY-3 || EVANESCENT

30 5 0
                                    

Romantasy
Area

⋇⋆✦⋆⋇

PADA dasarnya manusia adalah makhluk mortal. Karena itulah aku membencinya. Aku benci bergantung pada manusia yang fana. Tapi aku dengar di dunia manusia banyak yang tak percaya dengan keberadaan elf, ya? Meskipun begitu banyak juga yang masih percaya. Kalau begitu bagaimana jika kuceritakan pengalamanku? Apakah kalian para manusia pernah bermimpi menjadi makhluk abadi? Apa menurut kalian itu adalah sebuah anugerah? Bagaimana jika ternyata menjadi makhluk abadi adalah sebuah kutukan?

Dulu, di kampung halamanku ada satu keluarga dengan ras campuran. Sang istri merupakan ras manusia yang terjebak di duniaku karena telah meminum wine yang disajikan oleh Alfred. Sang kesatria elf yang membawanya ke dunia ini. Seiring berjalannya waktu anak-anak mereka tumbuh dengan berbagai macam gunjingan dari bangsa elf. Dulu aku tak terlalu peduli karena menganggap mereka pantas mendapatkannya. Tapi anak manusia itu tumbuh menjadi anak yang kuat. Bukan raganya, tapi jiwanya. Dia berhasil masuk dalam pasukan kesatria bukan karena kekuatan fisiknya. Akan tetapi karena ia memiliki kekuatan mental yang bagus. Dia tidak mudah di manipulasi pikirannya.

Aku tertarik padanya karena kemampuan pertahanan dirinya yang bagus. Sampai pada suatu hari, Raja Kegelapan dari dunia bawah tanah datang ke kampung halamanku. Mengambil alih Kerajaan Alfheim. Entah kekuatan dari mana yang membantu mereka, Alfheim yang terang benderang berubah menjadi gelap. Banyak kesatria elf yang tumbang dalam penyerangan ini. Di antara sedikit elf yang tersisa, aku melihatnya. Ah, bukan. Dia telah menyelamatkanku dari kerajaan itu. Aku adalah seorang putri tunggal yang merupakan pewaris Kerajaan Alfheim.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai memiliki rasa terhadapnya. Pandangan kami terhadap satu sama lain tak lagi sama. Suatu hari dia menyatakan perasaannya padaku, tapi di saat yang sama dia juga berkata bahwa dia tidak ingin kita menjadi pasangan kekasih. Entah aku harus senang atau sedih waktu itu? Akan tetapi dia berjanji untuk membantuku balas dendam atas kematian keluargaku.

Tahun-tahun pun berlalu. Tubuhnya semakin menua dan rapuh seiring berjalannya waktu. Ia pun telah pensiun menjadi kesatria. Lalu, saat kesehatannya semakin parah dia bercerita padaku. Tentang tempat tinggal Ibunya dulu. Ibunya pernah mendengar cerita tentang sebuah keluarga keturunan elf.

Saat muda, kakek keluarga tersebut bertemu dengan seorang anak perempuan yang duduk di bawah pohon. Setelah itu, keluarga sang kakek membawa dan mengadopsinya. Akan tetapi hanya dalam beberapa tahun anak kecil itu tumbuh menjadi dewasa. Mereka berdua pun menikah, sampai memiliki anak dan si kakek meninggal. Setelah sang kakek meninggal ada keanehan. Nenek itu menghilang begitu saja. Konon katanya si nenek juga tidak pernah menua. Manusia pun mengira bahwa si nenek merupakan elf.

Saat mendengar cerita itu aku langsung berpikir, "Ah... ternyata bukan hanya manusia yang bisa tersesat di dunia elf."

Tapi cerita selanjutnya berhasil membuatku tercengang. Setelah Ibunya terjebak di dunia elf, dia langsung bisa menebak siapa nenek itu. Lalu saat kutanya siapa, dia hanya tersenyum dan menjawab bahwa aku mengenalnya. Sesaat aku teringat Ibunda ku yang pergi selama 70 tahun untuk mengamati perilaku manusia. 70 tahun memang waktu yang sangat singkat bagi bangsa elf, tapi dalam 70 tahun manusia bisa menurunkan tiga generasi.

Jadi... secara tidak langsung Ibuku pernah berselingkuh dengan manusia? Apakah ayahanda juga tahu? Tidak mungkin kan jika ayahanda tidak tahu. Mungkin saja ayahanda hanya akan menganggap perselingkuhan dengan manusia itu sebagai sebuah pengorbanan kecil untuk menjaga eksistensi bangsanya.

Setelah menceritakan kampung halaman Ibunya dia pun terbatuk. Batuknya semakin parah. Bahkan suaranya nyaris tidak keluar. Saat itu yang ada di pikiranku hanyalah, "Mengapa makhluk bernama manusia begitu lemah?"

Sebelum ajal menjemputnya dia meminta maaf padaku karena tidak bisa menepati janji untuk Raja Kegelapan bersama. Dia meminta maaf karena sudah meninggalkanku sendirian lagi. Saat itu aku hanya berpikir bahwa tak hanya fisik, bahkan hati manusia pun sangat lemah. Bagaimana mungkin dia masih mengkhawatirkan orang lain di saat tubuhnya sendiri sudah di ambang kematian? Aku benar-benar tak paham dengan manusia.

Selama hidupku aku tidak pernah meneteskan air mata. Bahkan saat orang yang kucintai sekalipun pergi aku tak menangisinya. Meski pun rasanya sangat sesak sekali. Aku benar-benar tak memahami bagaimana manusia bisa menangis karena hal-hal kecil. Bahkan saat aku menerima sebuah surat darinya untukku. Surat yang ia titipkan pada rekan kesatrianya dahulu. Aku membaca pesan panjangnya.

Aku tahu bahwa hidup manusia sangat singkat, maka dari itu aku tak bisa menjadikanmu yang abadi sebagai pasanganku. Bukankah aku egois jika memaksamu untuk terpaku pada seseorang di hidupmu yang panjang? Jadi, tolong jangan salah paham dengan kata-kataku dulu

Lalu, meski umurku tak sepanjang dirimu. Aku masih memiliki kehidupan betikutnya lagi, kan? Apa kau tahu alasannya?Karena bagiku, satu kehidupan tak cukup untuk mencintaimu. Aku butuh ratusan kali kehidupan untuk mencintaimu lagi. Ah... kau pasti tak paham dengan perasaan manusia yang seperti ini. Tak apa, aku tak akan mempermasalahkan hal itu. Jadilah dirimu sendiri, Ratu.

Mungkin dalam kehidupan itu aku akan melupakanmu. Tapi aku memiliki keyakinan kuat bahwa apapun wujudku nanti saat dilahirkan kembali. Kau pasti akan mengenaliku, dan kembali membuatku jatuh hati padamu.

Jadi... jangan terlalu bersedih atas kematianku.

Kertas itu basah. Aku memegang pipiku. Air mengalir di sana. Untuk pertama kalinya, aku menangisi seseorang yang jelas-jelas tak abadi.

⋇⋆✦⋆⋇

Ribuan tahun berlalu sejak kematiannya. Raja Kegelapan berhasil dikalahkan dan aku pun resmi dinobatkan sebagai Ratu Alfheim. Seorang anak muda menghampiriku. Dia bertekuk lutut.

"Salam kepada cahaya kehormatan Alfheim."

Untuk ke sekian kalinya aku mengenali anak muda itu. Sorot matanya yang tajam. Dia berhasil memimpin pasukan dan mengalahkan Raja Kegelapan di umurnya yang masih muda. Aku menyentuh kepalanya pelan sebagai bentuk penghormatan. Saat dia mendongak, anak muda itu terkejut.

"Apakah Yang Mulia Ratu mengenali saya?" tanyanya.

Aku tersenyum. "Bagaimana mungkin aku tak mengenal seseorang yang mengembalikan Alfheim?"

Kira-kira ini sudah reinkarnasinya yang ke berapa, ya? Aku sudah sangat lelah melihatnya mati di hadapanku ratusan kali. Meski itu berlangsung sebanyak ratusan kali sekali pun, aku tetap tak terbiasa.

Setelah mendengar ceritaku yang seperti ini, apakah kalian masih menginginkan kehidupan yang abadi? Apakah kalian masih menganggap bahwa kehidupan abadi adalah sebuah anugerah? Apakah menyaksikan orang yang disayang dan dicintai mati ratusan kali adalah sebuah anugrah?

Apakah kalian tahu, apa yang diharapkan makhluk immortal? Satu-satunya hal yang paling mereka harapkan adalah...

... kematian.

⋇⋆✦⋆⋇

-End-

[√] MemorabiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang