QUEST DAY-16 || NIGHTMARE

7 1 0
                                    

Romantirror
Area

⋇⋆✦⋆⋇

SUASANA pengadilan tiba-tiba saja berubah menjadi tempat perang urat. Kedua belah pihak bersitegang untuk menentukan hukuman. Seorang remaja berusia 17 tahun meninggal karena benturan benda keras di kepalanya. Nahasnya, pelaku kejahatan tersebut justru dibebaskan dengan alasan pelaku merupakan anak di bawah umur. Kedua anak tersebut diduga menjatuhkan dua bata bersama dari lantai dua apartemen keluar, dan menimpa korban remaja 17 tahun. Bagaimana pun juga, seorang jaksa tetap akan kalah di hadapan hukum tertinggi. Meski kedua pelaku tersebut masih duduk di bangku sekolah dasar. Sang ibu tetap tak bisa memaafkannya. Sang Ibu pun meraung dan meminta hukuman yang setimpal atas kematian anaknya.

Ethan. Seorang jaksa yang ditugaskan untuk mengurusi kasus tersebut pun diliputi penyesalan. Karena penyesalan itulah yang membuat Ethan terus menerus mengawasi kedua pelaku di bawah umur tersebut selama bertahun-tahun. Semenjak ia mendapat tugas itu pula Ethan tak pernah melewati satu pun hari tanpa mimpi buruk. Setiap malam remaja korban pembunuhan tersebut mendatangi mimpinya. Entah itu hanya terdiam sambil melayangkan tatapan tajam, atau menggumamkan sesuatu yang selalu Ethan lupakan ketika dirinya terbangun.

Sampai suatu hari Ethan tanpa sengaja tertangkap oleh salah satu anak yang sengaja ia amati. Kejadian mengenaskan itu telah berlalu selama bertahun-tahun dan mulai dilupakan. Saat ini pelaku telah seusia korban saat ia dibunuh. Jadi... tentu saja dia mulai paham kalau dia telah diikuti. Namun, sesaat setelah mereka bersitatap anak tersebut justru gemetar ketakutan dan bertekuk lutut.

"Maaf, saya mengaku saya salah!!! Saya bersedia untuk mengakui perbuatan saya waktu itu. Jadi... saya mohon jangan bunuh saya!!" Anak itu berteriak-teriak tak karuan. Meracau ketakutan dengan tubuh yang bergetar.

"T-tunggu... Saya bukan bermaksud untuk—" Belum selesai Ethan berbicara anak tersebut sudah lari dari tempat itu. Ethan pun kehabisan kata. Namun, saat ia berbalik ia mendapati seseorang yang ia kenal sudah berdiri di belakangnya dengan tatapan datar. Rambutnya kusut, serta kulit bibirnya mengering. Dalam satu pandangan Ethan pun tahu bahwa orang yang berdiri di belakangya merupakan Ibu dari sang korban. Ia pun lantas tahu alasan anak tersebut ketakutan bukanlah dirinya melainkan orang ini.

"Ibu... sedang apa di sini?" Ethan pun menyapa ramah, "Mari.. Saya antar pulang," lanjutnya.

Ibu itu bergeming. Kemudian menyeringai, membuat bulu kuduk Ethan berdiri. Bibirnya bergerak untuk menggumamkan sesuatu.

"Sa...ya... su..dah me..nga...wa...si.. selama ini?" Ethan berusaha mengeja gerak bibir samar tersebut. Kemudian terkejut saat mengetahui maksudnya "Tidak sia-sia, saya sudah mengawasi anda selama ini." Itulah kalimat yang dia tangkap. Belum sempat keterkejutan Ethan berakhir. Orang itu lantas tertawa sangat keras.

"Bukan aku ataupun kau yang membuat anak itu ketakutan. Bukan aku ataupun kau yang menjadi pengawas di permainan ini. Tapi dia-lah yang menjadi pengawas utama."

Wanita itu kembali tertawa keras, sebelum akhirnya suara hantaman benda berat terdengar. Cairan merah menodai celana Ethan. Bercak-bercak merah menambah motif mengerikan di celana hitamnya. Dua orang jatuh di antara Ethan dan wanita tua itu. Sungai darah terbentang di hadapan keduanya.

"Bukankah seperti inilah hukuman yang adil? Tuan... Jaksa Agung?"

⋇⋆✦⋆⋇

-End-

Entahlah cerita kali ini bagaimana. Aku cuma menulis apa yang ada dipikiranku secara spontan😔🙏🏻

[√] MemorabiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang