QUEST DAY-6 || ZINNIA

18 3 0
                                    

Romanteen
Area

⋇⋆✦⋆⋇

SETANGKAI bunga zinnia terselip di jemarinya. Di pinggir halte kami berdiri. Hujan mendera dengan sangat indah. Aku merentangkan tanganku untuk merasakan tetes hujan pada telapak tangan. Lalu sebuah tangan besar menutup telapak tanganku dengan telapak tangannya.

"Sesuka itu ya sama, hujan?" Dia menundukkan kepalanya ke samping. Tubuhnya yang lebih tinggi terasa menjulang di belakangku. Aku cepat-cepat mengalihkan tanganku dari sana.

Namanya Ethan. Dia adalah temanku sejak kecil. Kami bertemu kembali di SMA. Selain dirinya, aku memiliki tiga teman dekat lain yang biasanya bersama. Kalian pasti bisa menebak problematika pertemanan kami sekarang. Meski tak pernah berbicara jujur pada satu sama lain tentang rahasia ini, kami bisa tetap bisa merasakan hadirnya rasa yang tumbuh perlahan itu. Entah sejak kapan aku menyukai orang di depanku. Akan tetapi, teman perempuanku juga menyukainya. Itulah yang membuatku menjaga jarak darinya, tapi kami justru terjebak berdua di tempat ini sekarang.

"Setelah sekolah mau ke mana?" Dia kembali bertanya.

"Entah," jawabku.

"Akhir-akhir ini sikapmu terlalu ketara. Padahal aku sudah berusaha menyembunyikannya." Dia terkekeh.

"Ah, begitu.." Entah apa yang kupikirkan sampai menjawabnya begitu.

"Hm? Begitu gimana?"

"Nggak, bukan apa-apa," lanjutku.

"Besok kita berlima jadi ke pantai, kan?"

"Harusnya jadi," jawabku sembari mendongak langit-langit. Bayang rambutnya terlihat jelas ketika aku mendongak sampai aku kembali menunduk ketika menyadarinya.

Dia menyodorkan setangkai Zinnia ke wajahku. Aku menoleh ke belakang. Menatapnya bingung.

"Itu kamu," ujarnya. "Kamu yang sederhana, pintar tapi suka membantu orang lain. Jarang orang pintar sepertimu yang tidal berambisi untuk menjadi juara kelas. Menurutku... itulah daya tarikmu. Banyak orang yang tertarik padamu, meskipun kamu sendiri tidak sadar. Kamu yang seperti itu... aku menyukainya."

Aku memalingkan wajah mendengar pujiannya. Mungkin pipiku sudah merah sekarang.

"Pujianmu berlebihan," elakku.

"Tidak, kok. Justru kamu itu lebih dari apa yang sudah kusebutkan." Setelah itu dia terdiam lama. Hanya suara hujan yang menemani kami saat itu.

"Zinnia itu bunga yang mudah ditemukan. Dia bisa hidup di mana saja, tapi kehidupannya terlalu singkat. Dengan keindahannya banyak kupu-kupu cantik yang juga menghampirinya. Dari situ aku mulai paham sesuatu, bahwa setiap kecantikan pasti akan menarik kecantikan lainnya. Orang yang baik pasti akan menarik hal baik lainnya. Dan... aku bersyukur bisa bertemu denganmu kembali, Amore."

Hujan pun reda. Hanya tersisa gerimis tipis. Tapi Ethan membuka jaketnya dan meletakkannya di atasku untuk melindungi dari rintik hujan.

~~~

"Mereka cocok, ya?" ucapku kepada Harsa saat melihat Ethan dan Rasya yang bercanda tanpa kecanggungan. Aku mengakui kehebatan Rasya dalam menyikapi perasaannya pada Ethan. Meski Ethan mengetahuinya, Ethan juga tak menunjukkannya. Membiarkan itu semua sebagai angin lalu demi kelangsungan pertemanan kami.

"Biasa aja," jawab Harsa. Mendengar itu aku lantas menoleh pada Harsa. Sorot matanya menyiratkan kecemburuan. Dia menyukai Rasya. Bukankah selama ini Harsa suka gonta-ganti pacar? Ini tidak mungkin, kan?

"Harsa... sejak kapan kamu..." aku membekap mulutku untuk menahan ucapan yang akan keluar.

"Apa?" tanyanya lagi dengan wajah datar.

"Nggak-nggak, buaya kayak kamu nggak boleh sama Rasya. Sebagai teman aku nggak merestui kalian berdua. Lebih baik dia sama Evan."

"Loh? Harsa juga suka sama Rasya?"

Umur panjang. Baru saja namanya disebut anak itu sudah muncul dengan membawa tiga popmie di tangannya. Selama ini hanya dia yang kuketahui menyukai Rasya. Kukira aku sudah memahami teman-temanku. Tapi ternyata aku telat menyadari sesuatu yang cukup penting. Cinta seperti ini... disebut apa? Segi tiga? Segi lima? Ah, entahlah.

Tiba-tiba aku melihat bunga zinnia yang terselinap di jemari Harsa. Bunga Zinnia yang sama seperti yang ditunjukkan Ethan padaku kemarin. Bunga yang sama dengan warna yang berbeda.

"Kenapa kamu bawa bunga Zinnia?" tanyaku.

"Ah, entahlah.. Setiap aku melihat bunga ini aku selalu teringat Rasya. Jadi, aku membawanya." Harsa menjawab sembari mengangkat bunga zinnia itu.

Aku menghela napas. Bagaimana mungkin dua orang ini bisa mengatakan hal yang sama di waktu yang berdempetan. "Apa kalian berdua janjian?"

Harsa menatapku bingung. Itu artinya dia tidak tahu bahwa Ethan juga melakukan hal yang sama. Baru saja Harsa ingin membuka mulutnya. Evan sudah lebih dulu menunjukkan bunga zinnia yang telah layu karena ia jepit di antara jemarinya yang membawa popmie.

"Aku juga ngerasa hal yang sama," jelasnya dengan tatapan yang sama bingungnya denganku.

"Haruskah kita menamai sirkel kita sebagai Zinnia?" Aku menunduk pasrah.

⋇⋆✦⋆⋇

-End-

[√] MemorabiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang