QUEST DAY-2 || TIME

27 6 0
                                    

Romanstery
Area

❗Peringatan❗
Chapter ini mengandung adegan dewasa, mayat, gangguan mental, dan pembunuhan yang tidak nyaman bagi sebagian pembaca.

Harap bijak dalam menanggapi.

⋇⋆✦⋆⋇

TIGA tahun aku menunggumu. Butuh tiga tahun juga aku menerima fakta bahwa bersama denganmu kembali hanyalah sebuah angan yang tak terlaksana. Aku selalu bermimpi buruk sejak penemuanmu waktu itu. Doa panjangku untuk bertemu denganmu terkabul, tapi kenapa kau menemuiku dengan wujud yang sama sekali tak terbayang olehku. Penemuan mayat wanita tinggal tulang di kaki bukit benar-benar membuat jantungku terhenti. Aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa hasil otopsi dan DNA mengarah padamu. Tidak bisakah kita bersama seperti janji kita dulu?

Seandainya tiga tahun lalu aku tidak menerima tawaran kerja di luar kota, apakah saat ini kita masih bersama? Atau... seandainya tiga tahun lalu aku tak meninggalkanmu dan menuruti perkataanmu untuk menemani, akankah kau masih di sampingku? Banyak hal yang kupikirkan selama ini. Selama tujuh hari setelah aku menerima kabar itu, yang kulakukan hanyalah tertidur. Karena hanya dalam mimpilah aku bisa bertemu denganmu.

Sampai suatu hari, seorang detektif datang. Membawa beberapa foto.

"Apakah ada di antara mereka yang anda kenali? Ada sampel rambut di tkp yang diduga bukan milik korban. Namun memiliki karakteristik DNA yang mirip. Apa ada seseorang yang anda curigai?"

Suara detektif itu hanya terdengar sekali, kemudian lewat begitu saja seolah aku tak pernah benar-benar mendengarnya. Berbagai ocehan selanjutnya sama sekali tak terdengar olehku. Pikiranku terlalu semrawut sampai tak ada satu kata dsri detektif yang dapat kupahami. Sampai semua terkejut saat aku menggebrak meja.

"Aku ingin tidur," geramku. Detektif itu terlihat tegang dalam tatapku. Detektif itu hendak menyangkalku. Namun seorang psikolog di sampigku segera mencegahnya.

"Baiklah... silakan anda tidur," ujar detektif pasrah. Aku kembali ke kamar untuk tidur.

Berkali-kali aku berharap bisa bertemu dengannya. Bukan hanya dalam mimpi belaka. Aku hanya ingin bertemu dengannya lagi dalam wujud manusia. Kemudian aku akan mengatakan bahwa aku sangat mencintainya. Kalimat yang tak pernah terucap dari mulutku sebelumnya. Perlahan... kegelapan mulai menyergapku.

Namun tak butuh waktu lama untukku terbangun kembali. Sebuah sentuhan lembut di pipi mengganggu tidurku. Aku mendengus kesal. Padahal dalam mimpi pun aku belum sampai bertemu dengannya. Aku masih terlalu malas membuka mata. Aku ingin kembali tidur, tapi sebuah suara perempuan membuatku terkejut.

"Kau sudah bangun?" tanyanya. Dia tersenyum. Kupandangi wajahnya lamat untuk memastikan bahwa penglihatanku tak salah. Kemudian merabanya. Apakah aku masih bermimpi?

"Heyy? Kau ini sedang apa?" ia menangkup pipiku. "Kenapa menangis?"

Aku memeluknya tanpa menjawab pertanyaannya.

"Heyy!! Pakai dulu bajumu!!" serunya.

"Amore!! Kupikir aku tidak akan bertemu denganmu lagi, aku pikir aku akan kehilanganmu untuk selamanya!" Aku masih menenggalamkan kepalaku dalam rengkuhnya. Dia mengelus rambutku, lantas mendongakkan kepalaku untuk menatapnya.

[√] MemorabiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang