Kaira akhirnya menyadari sosok Saga yang memandangnya dari kejauhan. Sambil terus berjalan, Liam sesekali menengok pada Kaira. Berita kandasnya hubungan mereka membuat pria itu berusaha paham, bahwa Kaira masih begitu patah untuk bertemu dengan sang mantan.
"Mau ambil jalan lain?" tanya Liam.
Pikiran Kaira sebelumnya yang menginginkan Saga kembali seolah-olah sirna begitu saja. Entah kenapa, rasa pedih yang ia rasakan saat kembali melihat sosok itu mendorongnya untuk lebih berani membela diri-bahwa secegil apa pun dirinya, ia tak pantas untuk diperlakukan serendah ini!
"Kaira?"
Kaira menggeleng mantap. "Gue mau ngomong sama dia."
Perasaan Liam jadi sedikit waspada. Pasalnya, Kaira itu jedar-jedor kalau berbicara. Sedangkan, sosok Saga yang selama ini ia kenal memiliki kepribadian yang cuek-cuek saja.
Demi mami, gue bakalan berhenti jadi cegil dia. Gue harus bisa marah ke dia. Gue harus bela diri gue di depan dia. Dia harus mohon-mohon ke gue!
Ucapan tak seiras dengan niat. Hati mungil Kaira yang masih terluka justru kembali kambuh. Bahkan ketika sudah ada di hadapan Saga, air matanya malah menggenang. Dengan pandangan yang memburam, tatapnya berusaha menjelajahi setiap lekuk wajah menawan milik Saga, si cowok pemilik netra teduh berwarna coklat terang yang disukainya.
"Lo jahat." Hanya dua kata itu yang lolos dari mulut Kaira. Suara yang parau seolah-olah memberi tanda, bahwa memang semenyesakkan itu hatinya sekarang.
Saga senang mendengar itu. Artinya Kaira masih memiliki perasaan untuknya, kan?
"Pikir-pikir lagi kesalahan lo." Sagara tak lupa untuk melirik Liam yang kini juga menatapnya. Meskipun pria itu pernah menjadi salah satu dosen pengajar matkulnya, kini vibes-nya terasa beda saja. Apalagi sejak melihat Kaira menjadi anak bimbingnya. Harusnya, cewek itu berterima kasih padanya. Karena mendapatkan dirinya tidaklah semudah itu. Kaira harus tahu kesalahan terfatalnya. Cowok seperti Saga, hanya boleh menjadi satu-satunya yang dipentingkan setelah dimiliki.
"Sorry. Semoga lo cepat move on."
Sudah mati-matian menahan sesak, malah semakin dihujam. Saga berlalu, sebelum Kaira sempat marah-marah padanya. "Ga!" teriaknya seperti orang bodoh, lalu mengejarnya.
Tidak. Saga tidak boleh seabai itu pada dirinya. Bukannya dia juga punya perasaan yang sama? Kaira tak percaya jika perasaan Saga hilang secepat itu padanya.
Benar-benar tidak adil!
Liam yang sejak awal memperhatikan, sedikit tertular frustrasi. Kaki panjangnya melangkah lebar. Ia mampu menyusul Kaira meskipun tanpa berlari. "Kaira."
Kaira masih mengajar Saga hingga ke parkiran kampus. Sambil terus berjalan cepat, Liam pun semakin paham alasan Martha begitu ingin anaknya lekas menikah saja meskipun melalui perjodohan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transcendent
RomantikHati Kaira hancur berkeping-keping usai diputuskan oleh Saga-sang mantan gebetan yang sudah ia incar sejak lama. Seolah-olah luka itu tak cukup memberinya pelajaran, semesta pun mempermainkannya melalui tindakan sang mami yang tiba-tiba menjodohkann...