Mobil Avanza tipe X berwarna putih milik Liam menjadi salah satu dari banyaknya kendaraan yang memadat di jalanan. Cuaca siang ini sangat terik. Namun, semenyebalkan apa pun keadaannya, Liam masih menjadi yang paling menyebalkan di mata Kaira. Sejak duduk di jok belakang, gadis itu tampak tak sudi melihatnya.
Selain menunjukkan bentuk penolakan, Kaira pun memanfaatkan situasi ini untuk memikirkan Sagara Daviandra—cowok paling sempurna yang sudah menyentuh list tipe idealnya. Ia harus mencari cara, agar Saga kembali padanya. Jika saja hari ini cowok itu datang ke kampus, sudah dipastikan mode cegil Kaira menyala. Meskipun sudah mendapat siraman rohani dari sang mami, percayalah, rasa kapok tak akan segampang itu menamparnya.
Jadi, sampai sini paham kan, kenapa Martha begitu ngotot ingin segera menjodohkannya?
"Saya tahu, Kaira," celetuk Liam tiba-tiba, memecah kebisuan dalam ruang minimalis itu. Kaira melirik lewat ekor matanya, memperhatikan tangan ganteng Liam yang tengah mengendalikan setir mobil. "Tante Martha udah cerita semua kok tentang kamu. Termasuk mantan kamu yang namanya Saga itu."
Apaan, sih. Sok asik.
"Saya juga punya seseorang yang saya cintai, seperti kamu mencintai Saga."
Hening.
Kaira yang penasaran mengapa kata itu terucap, ternyata masih kuat untuk tidak menoleh. Gengsinya sudah menjulang tinggi seperti gedung pencakar langit Burj Khalifa.
"Saya mau kamu ketemu sama dia. Kalau di depan dia, tolong bicara baik-baik sama saya." Tatapan Liam meneduh, menyorot pasrah pada Kaira yang yang perlahan menatapnya juga lewat spion itu.
"Lo gila, ya? Kenapa gue harus begitu? Lo gak kasian sama cewek lo?" omel Kaira gerah. "Kenapa harus ribet gini? Lebih masuk akal kalau gue perjuangan cinta gue ke Saga, dan lo juga perjuangin cewek lo! Beres, kan?"
Liam tersenyum kecil. Tentu ia tahu. Andaikan bisa, tanpa diomeli seperti itu pun, ia pasti sudah melakukannya.
"Kita udah sampai." Liam mematikan mesin mobil, membuat keadaan semakin senyap.
Kaira terperangah.
Tempat pemberhentian mereka ternyata sebuah pemakaman umum. Ia seketika menatap iba pada Liam yang tengah merogoh sesuatu dalam laci mobil. Sebuah bunga. Sangat cantik, meskipun terlihat sedikit layu. Rasa kesal Kaira pun perlahan memudar. Ia sangat speechless. Juga, merasa begitu bersalah karena sudah mengomel pada sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan.
"Kamu gak mau turun?" Liam yang sudah turun kembali menyembul di pintu kemudi. Kaira yang mendadak terdiam karena rasa bersalah, membuat keadaan menjadi salah paham. Teriknya cuaca di siang bolong membuat Liam menebak apa yang Kaira inginkan. "Ya udah, tunggu di sini aja."
Dep!
Pintu mobil tertutup.
Pandangan Kaira mengikuti pergerakan Liam yang tampak berlari kecil sambil membawa sebuket bunga. Punggung tegapnya semakin jauh saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transcendent
RomanceHati Kaira hancur berkeping-keping usai diputuskan oleh Saga-sang mantan gebetan yang sudah ia incar sejak lama. Seolah-olah luka itu tak cukup memberinya pelajaran, semesta pun mempermainkannya melalui tindakan sang mami yang tiba-tiba menjodohkann...