06 Peringatan

1 0 0
                                    

"Jadi, kamu kerja di sini?"

"Iya, begitu deh. Lo sering ke sini?"

Dewangga lagi-lagi mengangguk, "iya, aku suka kue di sini." Ucapnya, menunjuk sepotong makanan manis berwarna coklat di hadapannya. Terlihat menggugah selera memang, Tasha saja dibuat hampir meneteskan air liurnya. Pada akhirnya, gadis itu memesan makanan yang sama. Tidak percaya dengan rasanya, ini kue terenak yang pernah dimakan olehnya. Benar-benar diluar ekspektasi.

"Iya, ih. Enak banget! Pantes aja lo suka."

"Tapi, tau gak apa yang lebih aku suka?"

"Apa itu?"

"Kamu."

Tasha tidak dapat menyembunyikan senyumannya, ia cukup tersanjung dengan hal tersebut. Lelaki di hadapannya sangat membuatnya nyaman saat mengobrol, tidak jauh berbeda dengan hari kemarin di mobil itu. Sepertinya, dia pria yang baik, pikirnya.

Setelah menghabiskan kuenya, Dewangga melihat jam yang melingkar di sebelah tangannya. Ia bergegas memasukkan tablet dan laptopnya ke dalam tas, membereskan segalanya setelah membayar makanannya sekaligus makanan Tasha. Ia menggendong tasnya, "aku duluan gapapa? Masih ada kerjaan di luar. Makasih udah mau nemenin aku, lain kali kita makan bareng lagi, ya. See you, cantik. Aku duluan, bye!"

Gadis itu terus memperhatikan Dewangga, setelah benar-benar menghilang dari pandangannya. Ia ingin membereskan bekas makanan mereka namun, sepasang tangan terlebih dahulu menyentuh benda-benda itu. Membuatnya mengurungkan niatnya.

"Jangan deket-deket sama orang asing, bahaya."

Mendengar hal itu, Tasha mengernyit. Ia tidak salah mendengar, kan? Kenapa lelaki cuek itu tiba-tiba perhatian kepadanya? Apa yang terjadi beberapa saat kebelakang? Gadis itu menatapnya dengan penuh tanda tanya, "emang kenapa? Bukannya, gue juga orang asing buat lo? Lo harusnya gak deket-deket sama gue, kan? Bahaya-"

Haekal menghentikan kegiatannya, menatap atasannya serius. Membuat Tasha diam-diam menelan ludahnya ngeri, ia benar-benar terintimidasi olehnya. Lelaki itu sukses membuatnya bungkam. Siapa juga yang bisa tahan dengan tatapan menyeramkan itu?

"Saya serius, Teh. Demi keselamatan Teteh juga."

"Makasih buat kepedulian lo, tapi gue baik-"

"Saran saya, jangan terlalu dekat sama dia."

"Kenapa?"

"Gapapa."

189 hours : killin' me goodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang