21 Pesan dari seorang Ayah

2 0 0
                                    

Tiga orang itu berhenti saat Haekal tiba-tiba muncul dari seberang. Tanpa diminta, Daniel maju dan dalam satu tembakan dari sniper yang ada di atas langit-langit, lelaki jangkung itu tumbang. Haekal mengeluarkan pistol dari balik tuxedonya, mengarahkannya pada kedua lelaki itu. Mau tidak mau, mereka mengangkat tangan.

"Kalian sudah keterlaluan. Saya mohon, hentikan sekarang."

Tidak ada tanggapan, membuat Haekal benar-benar mengisi pelurunya. Ia menatap dingin keduanya, di seberang juga demikian. Terlebih lagi pria tua di hadapannya. Setelah beberapa tahun lamanya, mereka kembali dipertemukan. Tidak ada sarat kerinduan, hati keduanya sudah kelewat dingin untuk semua ini. Tidak mencerminkan antara anak dan ayahnya sama sekali. Satu sama lain, sudah asing bagi diri masing-masing. Meskipun demikian, hal tersebut tidak dapat menghapuskan rasa sesak di dada Haekal.

"Ayah-, maksud saya Pak Yahya, anda ditangkap karena perjudian, dan penjual-belian obat terlarang. Anda berhak diam, atau menyewa pengacara-"

Dewangga berdecih, "kamu yakin bisa tembak, kita?"

Haekal mengarahkan pistol yang dipegangnya pada lelaki itu, membuatnya tersentak dan semakin mengangkat tangannya. "Anda juga, Dewangga. Anda ditangkap atas kasus pembunuhan dan narkoba." Ucapnya, serius.

Hening. Tidak ada yang memberikan respon lagi, membuat Pak Yahya menurunkan tangannya, mengambil sesuatu dari saku jas abu-abunya. Ia tersenyum miring, "kamu hebat, anakku. Ayah bangga atas segala prestasi kamu. Pada akhirnya, ada dari keluarga kita yang menjadi orang baik. Semoga, Tuhan selalu menyertai kita-"

Suara ledakan hebat terdengar, membuat Haekal menutup telinganya. Asap hitam mendadak memenuhi ruangan tersebut, membuat jarak pandangnya menipis. Sampai, matanya terbelalak saat merasakan benda tajam menghunus dadanya. Pria tua itu mendekapnya singkat, "Ayah bangga, tapi tidak suka kamu berlagak layaknya orang paling suci di dunia ini. Ingat kembali semua dosa kamu, semoga Tuhan menuntun kembali ke jalan yang benar", beliau menepuk pundak itu dan membiarkannya jatuh tersungkur di atas dinginnya lantai. Dalam kesadarannya yang tidak sempurna, Haekal memandang keduanya secara bergantian. Seringai menjijikan itu kembali dilihatnya, seperti enam tahun yang lalu.

"Semoga, Tuhan mengampuni dosa-dosa kamu, Nak."

Setelah mendengar hal itu, Haekal tersenyum dengan bibir pucatnya. Benar, tidak ada yang bisa dipercaya di dunia ini. Bahkan keluarga, bisa menjadi orang yang paling menyeramkan. Pada akhirnya, kesadarannya sempurna menghilang bersama kedua orang itu yang kembali melanjutkan pelariannya meninggalkannya bersama Daniel.

Beberapa menit kemudian, dua orang polisi datang dan membawanya pergi dari tempat tersebut. Kehadiran mereka disambut terkejut oleh rekan-rekannya, terlebih lagi Tasha. Gadis tersebut dibuat terisak dengan keadaannya yang mengenaskan itu, Badrul berusaha menenangkannya. Membiarkan selang oksigen dipasang pada lelaki itu. Hitungan detik, mobil ambulan tersebut pergi menuju rumah sakit. Diikuti oleh mobil polisi yang membawa Tasha, Ridwan dan Badrul. Dalam diam, mereka berdoa. Meminta agar lelaki itu diberikan keselamatan untuk menuntaskan kasus ini, secepatnya.

189 hours : killin' me goodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang