Senja belum juga tenggelam. Mentari tinggal sejengkal lagi tanpa cahaya dan akan redup menjemput malam. Anggika Putri Aditima baru saja menginjakkan kaki didepan bangunan berlantai dua itu dan belum juga melewati gerbang utama, harus berhenti lagi seperti biasa. Suara amukan pria dan wanita itu lagi dan lagi menggema disekitarnya. Jika kemarin dan kemarin adalah suara pecahan barang, kali ini tidak. Suara pecahan itu kini diganti oleh suara seorang wanita yang meminta untuk berpisah.
Perasaan takut menyelimuti gadis bernama Anggi itu namun Ia tetap diam ditempat dan menunggu jawaban apa yang akan diberikan pria itu. Tanpa memikirkan apapun, dan dengan egoisnya pria itu menyetujui untuk berpisah.
Anggi terpaku ditempatnya dan rasa sakit itu kembali menyerang dirinya.
"Angkat barang-barang kamu dari sini sekarang juga. Jangan pernah kembali kesini. Dan atur waktu kamu untuk persidangan nanti."Teriak wanita itu dari ruang tamu.
Tidak ada perasaan bersalah yang Anggi lihat dari matanya. Anggi kecewa atas tindakan itu. Pria itu hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Anggi kemudian melangkah melewati gerbang utama dan berhenti tepat disamping pria itu. Terus diam itulah yang dilakukannya. Dari tempatnya berdiri, Anggi dapat melihat amarah wanita itu yang memuncak hingga dengan gampangnya membuang beberapa pakian pria disampingnya.
Terkejut akan kehadirannya Arya dan Maya yang merupakan kedua orang tuanya itu berusaha untuk menjelaskan segalanya pada Anggi.
"Kamu lihat bagaimana perempuan ini....."
"Dia mama Aku. Gak seharusnya papa bicara kasar seperti itu. Kali ini Aku nyerah." Ucap Anggi pelan.
Anggi menatap wanita itu penuh kekecewaan. Banyak yang masih ingin dikatakan namun biarlah itu terus diam dalam kepalanya. Tak ingin peduli lagi, segera Anggi berjalan melewati Arya dan Maya untuk sekian kalinya.
***
Kejadian sore itu membangunkan Anggi pada pukul 5 pagi. Anggi mengambil segelas air putih yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya lalu meneguknya hingga setengah gelas. Setelahnya Anggi beranjak dari kasurnya ke kamar mandi dan melakukan ritual mandinya.
Setelah sudah siap dengan seragam sekolahnya, Anggu segera turun kebawah, dan membuat sarapan untuk penghuni rumah tersebut. Arya telah pergi sejak kemarin kerumah omanya. Tentu Arya mengabari Anggi akan keberadaanya.
Setelah sarapan siap segera Anggi melahapnya lalu berangkat kesekolah menggunakan angkutan umum.
Setelah tiba, Anggi segera berjalan menuju kelasnya 12 IPA 1. Ia mendapati Ashilla ketua kelasnya yang sedang bercanda tawa bersama Gara Alexander Pratama kekasih barunya, yang dikenal sebagai murid pembuat onar SMA Citra Bangsa atau tempat dimana Anggi bersekolah dan juga sebagai laki-laki brengsek yang sering mempermainkan perasaan wanita.
Tak ingin mengganggu keduanya, segera Anggi berjalan melewati Gara dan Ashilla menuju mejanya lalu memainkan handphone sekedar menyibukkan diri. Kegiatan Anggi harus terhenti karena Gara dengan santainya mencium bibir Ashilla. Tidak ada penolakan dari Ashilla malahan hal itu membuat Ashilla terseyum senang. Anggi yang menyaksikan hal tersebut sedikit terbatuk sekedar mengingatkan keduanya bahwa ada orang disini. Hal itu membuat Gara berbalik ke belakang tepatnya ke arah Anggi.
"Pergi. Lo ganggu" ucap Gara tajam.
Ashilla segera bangun dan menarik tangan Gara keluar dari kelas. Anggi hanya diam dan tak memikirkan hal itu lebih lanjut. Setelahnya kelas mulai ramai dan tiba saatnya pelajaran dimulai.
Sementara pelajaran Bahasa Inggris berlangsung, Bu Ratih meminta Anggi untuk mengambil tasnya di kelas 12 IPS 6. Dengan berat hati Anggi melangkah keluar menuju kelas tersebut yang berada di lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGIKA
Teen FictionAnggika Putri Aditima. Gadis cantik yang dalam hidupnya penuh dengan rasa sakit. Entah rasa sakit karena keputusan kedua orang tuanya untuk berpisah, rasa sakit karena ditinggal kekasih tanpa alasan yang jelas, atau rasa sakit karena selalu merasa s...