Sepulang sekolah, Anggi langsung menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya di kasur. Ia merasa hampa entah apa alasannya. Namun segera Ia tepis perasaan itu karena Ia harus menyambut Maya mamanya dengan bahagia. Maya menagabari Anggi tadi, bahwa Ia akan tiba sejam lagi. Segera Anggi bangun dari rebahannya lalu mengganti seragam sekolahnya dan turun kebawa untuk memasak. Meski tidak hebat-hebat amat dalam hal memsak, bukan berarti Anggi sama sekali tidak bisa untuk memasak.
Anggi memutuskan untuk membuat capcay, ayam goreng, dan sup kaldu ayam. Sudah dua menu yang jadi yaitu capcay dan ayam goreng. Sedangkan sup kaldu ayam butuh beberpa menit lagi baru bisa dihidangkan.
Sambil menunggu, Anggi membersihkan isi dalam rumahnya yang sedikit berantakan. Setelah semua pekerjaannya beres, Anggi kemudian membersihkan dirinya.
Kurang lebih lima belas menit Anggi menyelesaikan ritualnya lau turun kebawah dan mendapati Maya yang baru saja sampai. Anggi langsung berlari menghampiri wanita berumur 40 tahun itu dan memeluknya penuh rindu."Kak mama gak bisa napes nih" keluh Maya sambil tertawa senang akan tingkah Anggi ini. Anggi lalu melepas pelukannya dan menatap Maya penuh bahagia.
"Langsung makan aja mah. Aku udah siapin semuanya." Ucap Anggi tanpa sedikitpun menghilangkan senyum diwajahnya.
"Paling tauh deh kalo mama laper bangat" balas Maya tersenyum pada putri semata wayangnya itu.
Meski tidak menepati janjinya untuk datang minggu lalu, Anggi tidak marah pada Maya. Ia mengerti akan pekerjaan Maya dan begitu bersyukur karena Maya bisa datang hari ini yang meski mungkin besok atau lusa Maya akan kembali ke Bandung."Kak? Udah pikir belom mau lanjut dimana?" Tanya Maya diselah-selah makannya.
"Mama kalo Tahun ini masih kerja di Bandung, Aku coba daftar di ITB aja bisa kan?" Tanya balik Anggi yang membuat Maya menghentikan makannya dan menatap Anggi serius.
"Kamu dari dulu pengennya lanjut di Bali kan? UDAYANA? Kenapa berubah pikiran hm?"
"Gak deh. Aku ngerasa harus bareng mama aja heheh" jawab Anggi tersenyum kecil yang membuat Maya sedikit merasa aneh akan tingkah putrinya itu.
"Hei lihat mama sini. Mama gak ninggalin kamu kok. Mama juga bukan gak mau kakak nyusul mama ke Bandung. Cuman Mama gak mau loh kakak sekolah ditempat yang gak kakak niat sama sekali. Kalo pun mama setuju, kaka bakal senang? Gak kan?"
Benar adanya ucapan Maya saat ini. Namun Anggi hanya tak ingin lagi berpisah dengan Maya.
Jujur Ia akhir-akhir ini merasa begitu lelah akan semuanya. Namun dari semua hal itu, tentu yang paling membebankan pikiran Anggi adalah kenyataan dimana Arya papanya yang menjadi bagian dari keluarga Gladis. Ia merasa begitu hancur dengan kenyataan itu.
Namun untung saja ada Gara yang membuat dirinya sedikit melupakan kenyataan itu. Ia merasa beban pikirannya mulai tersingkirkan saat itu. Namun sikap Gara yang kembali berubah perlahan, membuat Anggi semakin ragu. Karena itu, Anggi merasa bahwa alangkah baiknya jika Ia mengikuti Maya ke Bandung agar segala persoalan yang Ia hadapi di Jakarta saat ini tidak lagi mengganggunya.Melihat Anggi yang larut dalam pikirannya, membuat Maya kembali berbicara.
"Mama gak sepenuhnya maksa kehendak kaka. Tapi coba kaka pikirin lagi biar gak nyesal Sama keputusan kakak.
Mama gak tahu alasanya kenapa, tapi kalo bisa kaka cerita ke mama yah?"Anggi tersenyum menatap Maya lembut. Anggi bersyukur karena setidaknya, Maya tetap bersamanya dan tidak meninggalkannya.
"Makasih Mah." Lirih Anggi yang langsung membuat Maya bangun dari kursinya dan pergi memluk putrinya itu seolah menyalurkan rasa sayangnya pada Anggi. Anggi mulai terisak ditempatnya.
"Udah jangan nangis ih. Mama udah disini juga" ucap Maya menenangi Anggi dalam peluknya.
Anggi lalu melap air matanya dan balas menatap Maya disampingnya teduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGIKA
Teen FictionAnggika Putri Aditima. Gadis cantik yang dalam hidupnya penuh dengan rasa sakit. Entah rasa sakit karena keputusan kedua orang tuanya untuk berpisah, rasa sakit karena ditinggal kekasih tanpa alasan yang jelas, atau rasa sakit karena selalu merasa s...