Maaf

4 2 0
                                    

Hari ini seantero sekolah dihebohkan dengan berita perkelahian Gara dengan Orlan yang notabenenya sebagai pacar Gladis. Alhasil dengan berita itu, semua orang berbondong-bondong pergi untuk menontonnya dan mengurungkan niat mereka untuk langsung pulang.
Masalahnya simple. Dimana Gara yang semalam mampir ke club, tak sengaja melihat Orlan yang tengah mengasari Gladis. Gara awalnya tak ingin peduli akan keduanya. Namun karena Orlan yang semakin menjadi memnuat Gara merasa kasihan akan Gladis yang sudah terisak mendapat perlakuan dari Orlan itu.
Karena merasa tak puas akan kejadian baku hantam semalam, akhirnya Orlan melanjutkan kekesalannya itu saat di sekolah hari ini.

"Anjing lo" umpat Gara yang mendapat pukulan segar pada bekas luka yang kemarin. Dengan emosi yang memuncak Gara kemudian berbalik dan membalas Orlan tanpa ampun.

Bugh..... bugh..... bugh...

"Mati lo" ucap Orlan yang kembali membalas pukulan Gara.
Keduanya seperti kesetanan hingga tidak ada yang ingin mengalah.

"Taro Gar."

"Bales Lan"

"Tengkuk Gar injek"

"Teross hantam teros Gar"

"Orlan maju ck. Sikat yang keras"

Sorakan-sorakan itu semakin membuat Gara dan Orlan semamgat untuk terus berkelahi.
Karena pas dengan waktu pulang sekolah, maka semakin banyak yang berkerumun untuk menonton hal itu.

"Giiii..... Gara berantem" teriak Chella yang baru saja datang dari kerumunan itu.
Anggi terkejut ditempatnya dan bersama Lala memuju kerumunan itu.

"Shit" ucap Anggi ketika melihat Gara yang pada bagian mukanya mulai mengeluarkan darah. Panik? Tentu saja Anggi panik. Anggi tak peduli lagi pada segala kegengsiannya, dan dengan cepat Ia menerobos masuk kedalam kerumunan itu dan menyuruh Gara untuk berhenti menghajar Orlan yang sudah terjatuh di lantai lorong.

"Gara udah" teriak Anggi dari tempatnya dengan wajah paniknya. Gara kemudian menolehkan kepalanya pada Anggi dibelakangnya. Dengan cepat Anggi berjalan menuju Gara lalu meraih tangannya untuk berhenti dan bersamanya keluar dari kerumunan itu.
Banyak mata yang tertuju pada keduanya namun Anggi tak ingin peduli dan terus membawa Gara keparkiran.
Gara hanya diam dan tak bersuara sedikit pun. Ia sesekali menyekah darah yang terus keluar disudut bibirnya dengan tangan kirinya yang nganggur.
Gara tahu Anggi akan ragu lagi akan hal ini. Namun Gara tak ingin memikirkan hal itu sekarang.

"Masih bisa bawa motor gak?" Tanya Anggi pelan.

"Bisa" jawab Gara singkat sambil terus menyekah darah yang terus mengalir di sudut bibirnya itu. Anggi dengan rasa kesal dan panik yang bercampur aduk itu kembali bersuara.

"Buruan. Gue obatin" ucap Anggi yang membuat Gara menahan senyumnya. Dengan tenang Gara segera naik keatas motornya dan menyalakan mesin motornya.
Setelah Anggi juga sudah duduk dibelakangnya, Gara mulai mengemudi motornya ke rumah Anggi.
Setelah sampai, Gara bersama Anggi langsung masuk ke dalam dan Gara duduk tepat di sova yang biasa. Anggi langsung menuju kamarnya diatas lalu kembali dengan kotak P3K ditangannya.

"Hadep sini" pintah Anggi setelah duduk disamping Gara. Gara hanya menurut tanpa bersuara.
Anggi kemudian mulai membersihkan beberapa goresan kecil pada wajah Gara.

"Shhhh pelan-pelan" ringis Gara yang membuat Anggi menatapnya kesal.

"Udah tau sakit malah berantem" ucap Anggi kesal yang kembali mengobati Gara.

"Lo gak ngerti ck" balas Gara pelan.

"Iyah sih" ucap Anggi cuek.

Gara yang mendapat tanggapan Anggi seperti itu menghentikan aktivitas yang sedang Anggi lakukan.

ANGGIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang