8. Mengejar Nina

351 38 0
                                    

Happy reading!!! Jangan lupa vote dan comment nya. Terima kasih.

***

"Temani aku makan malam baru aku tidak akan membuntuti kamu seharian. Janji..." aku mengatakannya dengan sedikit lemah setelah seharian aku memaksa Nina untuk bisa meluangkan waktunya bersama denganku.

Tadi siang aku sudah menyambangi tempat Nina bekerja, dia terang-terangan menolak dengan tidak mau bertemu denganku. Nina bahkan tidak terlihat sama sekali keluar dari gedung kantornya pada jam istirahat.

Tentu saja aku tidak menyerah dengan mudahnya. Sore harinya sebelum jam pulang kerja aku kembali menunggu Nina. Kali ini hampir pukul setengah delapan malam Nina baru terlihat keluar. Buru-buru aku mengejarnya.

Beberapa saat yang lalu aku sudah mendapatkan nomor ponsel Nina. Jangan tanya aku bisa mendapatkannya dari mana. Sangat mudah, perusahaan tempatnya bekerja menjalin kerjasama dengan perusahaan ku. Bahkan saat kami tidak terikat kerjasama pun kalau aku mau aku bisa. Karel Yunanda yang sekarang bukanlah Karel Yunanda yang tidak berguna seperti dulu.

"Kamu mau apa lagi Rel?" entah apa yang telah dihadapi Nina seharian ini, wanita itu terlihat lelah sekali.

"Temani aku makan malam, setelah itu aku janji tidak akan minta yang macam-macam. Kamu akan aku antar pulang setelahnya." ucapku sungguh-sungguh.

Nina mendesah dan menatapku dengan malas. Dia melihat mobilku yang masih terparkir sembarangan saja di lobby gedung perkantoran ini. Setelah menghindariku seharian ini sepertinya satu-satunya jalan yang Nina miliki hanya diam dan ikut denganku.

"Terakhir kali. Untuk yang terakhir kalinya, tolong jangan ganggu aku lagi besok-besok. Hubungan kita hanya sebatas profesionalitas dalam dunia kerja." aku hanya menyunggingkan senyum kecilku pada Nina, tidak menjawab perkataannya.

Aku langsung mengiring Nina ke mobil ku, membukakan pintu untuknya dan memastikan kalau Nina sudah duduk dengan nyaman. Baru kemudian aku berjalan ke kursi kemudi dan melajukan mobilku membelah jalanan Jakarta yang sudah tidak terlalu macet.

Nina tidak banyak bicara. Sepanjang jalan dia hanya diam, tidak juga memainkan ponselnya. Nina tidak bertanya aku akan membawanya kemana, sepertinya dia sudah malas dan membiarkan aku mau membawanya kemana pun.

"Kamu suka makan apa Nin? Masih sama seperti dulu? Atau selera kamu sudah berbeda?" Tanya ku berusaha memecah keheningan kami. Namun sayang Nina tidak menjawab sama sekali. Tatapannya lurus ke depan.

"Marah padaku?" Tanya ku lagi yang tidak menyerah mengajak Nina bicara. Akhirnya dengan gerakan cepat Nina menoleh padaku. Dari ekor mata ku bisa kulihat dia kesal. Aku sudah hafal sekali tatapan ini.

"Kamu mau apa Rel?" aku tersenyum semanis mungkin yang aku bisa.

"Kalau kamu terus bertanya begitu, jawaban aku akan tetap sama Nin. Aku mau kamu, tidak ada yang lain." helaan nafas lelah Nina terdengar lagi. Dia tidak bertanya lagi, kembali diam seperti semula.

"Aku ajak kamu makan di salah satu restoran favorit aku. Ada salmon en croute kesukaan kamu." sambung ku lagi.

Nina diam, berarti aku anggap dia setuju. Langsung saja aku menuju ke restoran yang memang tidak jauh dari kantor Nina. Masih ada di satu wilayah jadi tidak membutuhkan waktu yang lama.

Ada di salah satu gedung perkantoran ternama di Jakarta. Restoran yang beberapa waktu belakangan ini jadi tempat makan favorit ku karena bisa dibilang aku lumayan dekat dengan pemiliknya.

Nina turun dari mobil ketika aku membukakan pintu untuknya. Dia mengikuti langkah kaki ku di belakang. Sesekali aku menatapnya, memastikan kalau Nina tidak tertinggal di belakang atau malah kabur dariku.

Fabula (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang