'Ini--dimana?'
Noir yang baru saja membuka matanya langsung bertemu pandang dengan atap putih. Bau obat-obatan mulai berkeliaran di sekitar hidungnya, nyaris membuatnya muntah meski ini adalah kali sekian ia bertemu dengan ruangan serba putih itu.
Kepala yang terasa kaku membuat Noir kesulitan menoleh, pandangannya juga masih cukup kabur. Sepertinya ia tertidur cukup lama, lebih dari biasanya. Mungkin tiga bulan? Atau lima bulan? Noir tidak bisa menebak hal tersebut.
Namun ingatannya tiba-tiba berputar pada beberapa saat sebelum kesadarannya menghilang. Rasa sakit dan kebas akibat tembakan tersebut masih terasa jelas. Itulah yang membuat Noir bingung, bukankah seharusnya manusia biasa sudah mati jika terkena luka tembakan sebanyak dirinya? Lalu kenapa dirinya masih bisa membuka mata?
Apakah dia tidak diperkenankan untuk memasuki alam baka? Seberdosa itukah dirinya?
"Oh, kau sudah sadar."
Suara dalam bahasa asing tersebut membuat Noir menolehkan matanya sekuat tenaga ke arah pintu, tepat dimana seseorang muncul dari baliknya. Seorang pemuda berambut pirang dengan jaket yang lebih terlihat seperti rompi. Si pemuda terlihat membawa sebuah kantong dan menaruhnya di atas nakas.
Pemuda tersebut hanya menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa Noir definisikan. Hangat namun asing, belum pernah ia lihat sebelumnya.
"Kamu belum bangun selama lebih dari enam bulan, tubuhmu sangat kurus." Katanya lagi. Kali ini Noir benar-benar yakin bahwa si pemuda berbicara bahasa lain, bukan bahasa negaranya. Terdengar seperti bahasa dari negeri sakura, Jepang.
'Tunggu, Jepang?' batin Noir bertanya-tanya.
Hah, apa yang sebenarnya terjadi?
BRAK!
"OI COBRA!" Noir dan pemuda yang ternyata bernama Cobra itu terjengkit bersamaan, bedanya Noir bisa merasakan sakit yang menyengat di area leher dan perutnya. Rasanya seperti leher miliknya nyaris putus, lumayan menyakitkan.
PLAK!
"Baka! jangan seenaknya, ini rumah sakit." Seorang gadis lain muncul dan memukul pemuda jangkung yang kini berada di sebelah Cobra. Pemuda dengan rompi yang sama dengan milik si pirang. Itu membuat Noir berpikir kalau kedua orang itu setidaknya berasal dari organisasi atau kelompok yang sama.
Gadis dengan jaket berwarna abu itu lantas segera menghampiri sisi kanan Noir dan mengelus rambut gadis itu.
"Yokatta, akhirnya kau bangun." ucap gadis itu penuh syukur. Noir hanya mampu mengedipkan matanya, pertanda bahwa dia mampu mendengar kata-kata Noir.
"Kami sudah memanggil dokter kemarin, dia akan segera datang."
Seseorang lagi muncul dari balik pintu, kali ini pria yang terlihat lebih tua dari Cobra dan Yamato. Pria itu mengenakan jaket hitam dengan sedikit aksen putih di bagian depan. Tidak lama setelahnya, seorang pria itu berambut pendek, dengan mata heterochromia miliknya ikut muncul dari balik punggung pria pertama. Pria tersebut mengenakan rompi yang sama dengan kedua pemuda yang lebih muda
"Aniki, Kohaku-san." Naomi menyapa dengan senyum tipis. Tatsuya, si pria dengan karakter wajah yang sedikit lebih lembut dari Kohaku itu lantas menghampiri Noir yang kini masih memandang bingung situasi yang ia hadapi.
![](https://img.wattpad.com/cover/370006867-288-k58791.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Incipient : Another World - High and Low Fanfiction
FanfictionIncipient (adj) | mulai ada atau muncul; pada tahap awal Noir selalu membenci hujan. Disaat hujan ia kehilangan kakak tersayangnya, di bawah hujan pula ia nyaris kehilangan mahkotanya. Dibawah hujan, dia kehilangan rasa kemanusiaannya. Untuk pert...