Their 'first' meet
----Langkah Koyuki terasa lebih ringan dari beberapa hari sebelumnya. Mungkin karena isi kepala gadis itu tengah melanglang buana, mengabaikan orang-orang yang ia kenali. Tujuannya adalah Itokan Dinner, lebih tepatnya bertemu dengan Chiharu, bocah yang menjadi awal mula seluruh rentetan peristiwa menegangkan di SWORD.
Agak kejam memang kedengarannya, tetapi faktanya memang seperti itu. Sejauh yang Koyuki ingat, Chiharu yang menjadi alasan mengapa Sannoh Rengokai akhirnya melanggar perjanjian yang ada di SWORD. Dia juga yang menjadi alasan perselisihan antara White Rascals dan Rudeboys.
Namun jika tidak ada Chiharu, mungkin kebusukan Kuryu tidak akan terbongkar. Tidak akan ada SWORD yang bertarung bersama, tidak ada yang akan mengungkapkan kematian Tatsuya dan tidak ada pertemuan dengan Amamiya.
Entah Koyuki harus bersyukur atau mengelus dada saking frustasinya dengan peristiwa yang pasti terjadi itu. Meskipun memang ada kemungkinan untuk dirubah, Koyuki yakin hal itu akan mempengaruhi peristiwa lain dan dirinya rasa itu terlalu beresiko.
Karena isi pikirannya yang bercabang tanpa sadar membuat matanya tidak fokus dan lepas pandangan, hingga tanpa sengaja menabrak seseorang yang membuat mereka berdua terjatuh dengan posisi yang agak memalukan, alias dirinya yang berada di atas dan menimpa tubuh si penabrak.
Gadis itu mengerjapkan mata sebentar, sebelum melihat orang yang kini ia timpa tubuhnya. Matanya seketika menyipit, menyadari wajah yang ia lihat begitu familier.
"Tunggu, kau---"
BRAK!
"Shit," Yukio menggeram pelan saat merasakan nyeri ketika bokongnya mencium aspal. Wajahnya menggelap begitu melihat sosok yang ia timpa itu segera berbalik pergi tanpa bersalah, padahal dia baru saja mendorong seorang gadis tanpa belas kasihan.
Benar-benar lelaki tidak bertanggung jawab.
Yukio akhirnya bangkit sambil tetap memandang punggung pemuda yang semakin hilang ditelan jarak. Agaknya ia masih memiliki ingatan tentang siapa pemuda itu.
Ia terkekeh miris, "Tampaknya 'Noir' tidak benar-benar dibiarkan hilang begitu saja," Kepalan tangannya mengerat bersamaan dengan tatapan matanya yang berubah dingin, "Bahkan aku sudah matipun, kau ternyata masih membuntutiku, teman lama."
---------
Yukio membuka pintu Itokan dengan pelan, mengabaikan orang-orang di dalamnya yang menatap heran gadis itu. Pasalnya Yukio baru benar-benar muncul di Itokan hari ini, setelah mendekam selama beberapa hari di rumahnya setelah pulang sekolah. Inilah alasan mengapa dia baru tahu kabar Chiharu yang sampai ke Sannoh kemarin.
Mata gadis itu melirik Yamato yang sedang duduk di sofa sambil menunduk. Tanpa berbasa-basi, Yukio segera menghampiri dan duduk di sebelahnya, membuat Yamato perlahan menoleh.
"Dimana dia?" Tanya Yukio singkat. Matanya bergerak liar melihat ke seluruh sudut Itokan.
Yamato menoleh. Seolah paham siapa yang gadis itu maksud, pemuda bertubuh tinggi itu menghela napas kasar. "Aku membiarkannya berkeliling. Dia lebih aman berada di sini, ketim--"
"Aku tahu kau melakukan ini agar kejadian Noboru-nii tidak terulang, Yamato-nii."
Yamato seketika tertegun, ia mengerjap beberapa kali dan menatap Yukio, membuat gadis itu terkekeh pelan dan akhirnya menghela napas.
Matanya menerawang ke depan, ia jelas mendengar rumor tentang Oyakou yang sempat mendatangi Itokan, terlebih Murayama alias sang pemimpin juga ikut hadir. Hal itu pasti bukanlah sesuatu yang sepele.
Murayama masih cukup labil sebagai pemimpin. Dia sekarang masih seperti bocah menyebalkan yang pikirannya terlalu dangkal, hanya mengerti cara bertarung tanpa mempertahankan. Sedangkan, Chiharu begitu membenci pembullyan yang dibiarkan oleh Murayama di Oyakou.
Chiharu tentu punya pilihannya sendiri untuk kabur namun sialnya dia harus tiba di daerah Sannoh--yang notabenenya akan sulit melindunginya karena perjanjian tidak langsung antara kelima geng untuk tidak saling menyinggung satu sama lain.
Lalu apa hubungannya dengan Noboru?
Mudah saja, beberapa waktu sebelum kejadian kelam yang menimpa Noboru terjadi, Yamato maupun Cobra sedikit lengah dan tidak menyadari musibah yang mengintai sahabatnya itu. Akibatnya? Mereka terlambat.
Yukio yakin Yamato tidak ingin itu terjadi lagi. Dia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, dan Yukio tidak menyalahkan itu. Dirinya juga tidak akan menyalahkan Cobra yang baru saja marah-marah dan menolak gagasan Yamato untuk membiarkan Chiharu berada di Sannoh. Tentu saja itu demi kebaikan semua orang.
Gadis itu lantas tersenyum tipis, "Tindakan Junpei sebenarnya bisa dibenarkan, tindakanmu pun begitu. Hanya saja, posisi kalian berbeda. Junpei harus memposisikan diri sebagai pemimpin yang melindungi wilayahnya, sedangkan kau sebagai teman yang mencegah musibah lain terjadi."
"Itu tentu saja berbeda." Yukio tersenyum, kemudian menatap Naomi yang melihatnya dari sudut dapur, diam-diam tersenyum dan berucap terima kasih tanpa suara.
Gadis itu lantas berdiri, meninggalkan Yamato dan Naomi yang menatap punggungnya tanpa suara. Pemuda itu mungkin tengah merenungi perkataan gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.
Sementara Yukio, gadis itu memilih beranjak ke rumahnya. Hari sudah lumayan gelap, dia harus mengisi perut terlebih dahulu.
"Hah, kenapa aku bisa lupa membeli makanan? Bukankah aku baru saja dari Itokan? Dasar bodoh." Yukio memukul pelan kepalanya, merutuki otaknya yang sedang bermasalah. Sepertinya dia memang harus mengurangi kebiasaan melamunnya yang semakin buruk setelah hidup kembali.
Dan benar saja, Yukio nyaris Cobra yang baru saja keluar dari rumahnya. Sekedar informasi, rumah Yukio memang berada tepat disebelah Rumah Cobra dan pom bensin milik keluarga Hino, sehingga keduanya hampir bertemu setiap hari, hingga keduanya pernah berada di titik muak melihat wajah masing-masing.
Cobra menautkan alisnya bingung, menatap Yukio yang baru saja oleng karena menabrak tubuhnya dan malah limbung hingga menabrak palang.
"Ceroboh seperti biasa." Cobra berucap dingin, kemudian beranjak meninggalkan Yukio yang tengah sibuk mengusap dahinya sembari melempar tatapan sinis ke arah pemuda berambut pirang itu.
"Ya kan aku tidak tahu, dasar menyebalkan. Kau saja yang menghabiskan jalan!"
Cobra spontan berbalik. Matanya memberi tatapan datar namun ada binar yang terlihat menyebalkan di mata Yukio.
"Kau yang terlalu ringan."
Yukio refleks mendelik kesal. Sementara Cobra yang tahu hal selanjutnya yang akan terjadi malah berjalan dengan santai meninggalkan gadis yang kini tengah diliputi oleh amarah itu.
"BEDEBAH KAU, DASAR PENDEK!"
---tbc---
Halohaa Minna! Maaf aku ngilang lama banget wkwkw, ini kali pertama aku Hiatus agak lama setelah sebelumnya balik nulis hehe.
Karena udah lupa alur dan jarang rewatch, aku bikin dikit dulu ya, entar aku rewatch lagi wkwkw.
Sekian dulu dari aku ya guys. Terima kasih sudah berkunjung dan sampai jumpa di chapter selanjutnya!!!
Salam hangat
San
KAMU SEDANG MEMBACA
Incipient : Another World - High and Low Fanfiction
FanficIncipient (adj) | mulai ada atau muncul; pada tahap awal Noir selalu membenci hujan. Disaat hujan ia kehilangan kakak tersayangnya, di bawah hujan pula ia nyaris kehilangan mahkotanya. Dibawah hujan, dia kehilangan rasa kemanusiaannya. Untuk pert...