Tes baru berakhir sore hari, dan Koyuki memutuskan untuk pulang menggunakan Bus. Yah, dia agak malas sebenarnya menunggu dan sebenarnya naik kereta jauh lebih cepat. Gadis itu hanya ingin menikmati pemandangan sekaligus menghilangkan bayang-bayang ratusan soal yang baru saja ia kerjakan tadi siang.
Dia juga manusia, dan manusia waras mana yang sanggup mengerjakan seratus lembar kertas soal ujian seorang diri?
Oh tentu saja dirinya bukan salah satunya, kan secara teknis Koyuki agak 'gila'.
Ngomong-ngomong soal Housen, Koyuki merasa atmosfer di sekolah itu tidak semenakutkan yang dibicarakan orang-orang. Mereka malah terlihat bersahabat, walaupun cuma beberapa. Sisanya tidak menganggu dan memilih acuh dengan keberadaannya. Meski masih ada beberapa orang yang terlihat penasaran, tapi Koyuki mengabaikannya.
Tujuannya hanya bersekolah dengan tenang, ingat?
Rute yang dilalui Koyuki cukup mudah diingat. Jika menaiki kereta, gadis itu harus berjalan menuju stasiun yang ada di pusat kota Toarushi dan naik kereta hingga sampai di stasiun dekat distrik Oya yang berbatasan dengan distrik Sannoh.
Sedangkan jika naik bus, Koyuki hanya harus naik bus dari halte yang berada di seberang Akademi Housen melewati beberapa daerah yang dia sendiri tidak tahu apa namanya, baru sampai ke halte dekat Mumei Gai. Sampai di sana sebenarnya masih ada halte, namun cukup jarang kendaraan yang lewat. Itu sebabnya Koyuki harus berjalan dari sana hingga ke Sannoh. Jaraknya tidak seberapa, mungkin dua puluh menit untuk sampai ke rumahnya.
Itu sebabnya gadis itu tidak masalah, toh tujuannya memang ingin berkeliling.
Setelah membeli satu onigiri dan sebuah kotak susu rasa macha, Koyuki akhirnya duduk di kursi tunggu yang tersedia di halte, menunggu bus yang akan ia tumpangi. Senyum tipisnya mengembang saat melihat bus yang jaraknya sudah tidak jauh darinya. Namun alisnya mengerut ketika melihat seorang dengan mantel hitam yang tengah dikejar oleh beberapa orang.
Awalnya Koyuki tidak peduli, namun saat melihat sekilas wajah dari orang yang menggunakan tudung hitam itu, Koyuki secara spontan berdiri dan ikut mengejar orang itu. Dia mengabaikan umpatan orang-orang yang mengiringi langkahnya, tujuan utamanya sekarang adalah menangkap sosok itu.
'Tidak mungkin, dia sudah mati. Tapi itu benar-benar dia!' Gerutu Koyuki dalam hati.
Tanpa sadar, langkahnya memasuki stasiun. Ia mengikuti sosok itu hingga loket pembelian tiket, tetapi sosok itu tahu-tahu telah hilang dari jangkauan Koyuki. Ia memegang dadanya, merasakan jantungnya yang berdetak kencang sambil sesekali mengumpati kecerobohannya yang malah mengejar seseorang tanpa identitas yang jelas, hanya karena wajah orang itu mirip dengan seseorang di masa lalunya.
Namun beberapa detik kemudian dia sadar, matanya menatap sekeliling area yang ramai dengan lalu lalang orang-orang. Ia menepuk pelan dahinya, merasa sangat bodoh mengeluarkan tenaga untuk sesuatu yang tidak pasti dan meninggalkan perjalanan menyenangkannya menggunakan Bus.
Sekarang Koyuki harus bagaimana? Kembali ke halte pun jaraknya cukup menguras tenaga. Kereta tujuan Oya mungkin tiba beberapa menit lagi dan dia sama sekali belum membeli tiket. Tampaknya Koyuki sedang mengalami kesialan berturut-turut, mulai dari kemarin hingga hari ini.
Saat sedang meratapi kebodohannya, seseorang menepuk bahunya, membuat Koyuki secara refleks menangkap pergelangan tangan orang itu dan mencengkramnya cukup kuat. Gadis itu lantas berbalik dan menemukan seseorang yang ia kenal sedang menatapnya dengan tatapan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incipient : Another World - High and Low Fanfiction
FanfictionIncipient (adj) | mulai ada atau muncul; pada tahap awal Noir selalu membenci hujan. Disaat hujan ia kehilangan kakak tersayangnya, di bawah hujan pula ia nyaris kehilangan mahkotanya. Dibawah hujan, dia kehilangan rasa kemanusiaannya. Untuk pert...