Bab 9 : Satu dari tiga elang

212 33 2
                                    

Seminggu berlalu dengan lancar, tidak ada masalah sama sekali. Setidaknya untuk saat ini.

Koyuki tengah menikmati pemandangan senja yang mulai hilang di depannya. Gadis itu saat ini sedang dalam perjalanan dari Mumei Gai menuju Sannoh. Hari ini dia memutuskan menaiki Bus sekaligus mengunjungi orang-orang di Mumei Gai.

Meski respon Smoky masih cukup dingin, gadis itu tetap melakukan keinginannya dan membagikan banyak makanan serta minuman untuk orang-orang disana. Yah setidaknya Koyuki merasa bahwa cukup bersyukur masih diberikan akses masuk, walaupun tepat setelah dia kembali sehari setelah membantu Taki, dirinya harus melawan para Rudeboys.

Koyuki tidak masalah sebenarnya, toh itu juga tidak menjadi masalah untuknya. 'Bergerak' setelah sekian lama istirahat membuatnya begitu bersemangat dan nyaris kelepasan menghajar setengah anggota dari kelompok pelindung distrik itu. Ujung-ujungnya dia juga yang mengobati luka mereka, ditemani tatapan dingin dari Smoky tentunya.

Setelahnya pemuda itu memberikan Koyuki untuk datang, walaupun masih dengan raut dingin yang dia tampakkan.

Lain cerita, dirinya kadang agak bingung. Darimana Koyuki memiliki tabungan yang sangat banyak, padahal dirinya sebelumnya adalah seorang anak yang hidup luntang-lantung hampir 6 tahun hidupnya?

Meski begitu, ia memutuskan menggunakan uang itu seperlunya. Ditambah dengan uang yang ia dapatkan dari pekerjaan barunya sebagai penerjemah bahasa secara online membuat Koyuki cukup banyak mendapatkan uang.

Kembali ke waktu sekarang, gadis itu kini telah sampai di gang-gang yang terhubung langsung ke distrik Sannoh. Dengan santai, gadis itu melangkahkan kakinya melewati gang demi gang itu, sambil sesekali memakan onigiri yang sempat ia beli di minimarket.

Namun, tepat saat akan memasuki satu yang lagi, Koyuki memutuskan untuk mundur dan bersembunyi. Dahinya seketika mengerut saat melihat genangan darah di antara orang-orang berpakaian putih yang sedang berdebat.

"Kau, penghianat!" Kalimat itu diserukan, tepat sebelum sosok yang berbicara malah meregang nyawa karena tembakan yang menembus dadanya. Dengan itu, lengkap sudah lima orang pria berjas putih yang terkapar di antara genangan darah itu. Menyisakan si pembunuh yang berpakaian serupa.

Koyuki memperhatikan penampilan pria itu, mencoba mengingat-ingat postur familiar dari di pria. Tanpa ia sadari, orang yang tengah ia perhatikan telah berbalik dan menatap lurus ke arahnya.

"Siapa?"

Koyuki tersentak, matanya langsung bertemu dengan mata si pembunuh, membuat mereka terlibat aksi tatap-menatap selama beberapa detik. Gadis itu baru menyadari bahwa orang yang baru saja ia lihat adalah salah satu karakter dari orang yang sempat ia tonton sebelum mati.

"Siapa?" Pertanyaan yang sama kembali ditanyakan. Hal itu membuat Koyuki akhirnya mengangkat kedua tangan dengan senyum tipis, pertanda bahwa dia bukanlah orang yang patut dicurigai.

Koyuki menunjuk seragamnya sendiri, "Anda lihat seragam saya bukan? Jelas saya bukanlah salah satu dari musuh anda. Lagipula saya hanya lewat, Takeru-sa-- mulut brengsek." Gadis itu mengumpat dan memukul mulutnya pelan, menyayangkan sikapnya yang membuat Takeru langsung memberikan tatapan tajam padanya.

Tanpa bisa diprediksi, Takeru langsung melesat dan nyaris memukul tengkuknya jika saja tangan Koyuki tidak lebih dulu mencegahnya. Gadis itu mundur beberapa langkah sebelum melayangkan tendangan yang dapat ditangkis oleh Takeru.

Incipient : Another World - High and Low Fanfiction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang