08 : ILTWYKM

317 25 2
                                    

Charles

Aku bisa merasakan jika pipiku memanas mendengarnya perkataannya di akhir kalimat. Apa katanya? Dia berkata jika diriku manis, astaga Charles! Kendalikan dirimu dia hanya orang asing. Aku mengalihkan tatapanku darinya selama beberapa detik guna menenangkan diriku.

"Ekhem─ terimakasih." Ujarku sambil membersihkan tenggorokanku yang tiba-tiba tercekat begitu saja karena ulah pria tak dikenal didepan ku ini. Bisa kulihat jika ia sedikit tersenyum miring?! Astaga aku bisa gila dibuat olehnya. Apalagi wajahnya yang mirip dengan idolaku membuatku semakin memanas. Wajahku memanas tanpa bisa dikontrol, detak jantungku menggila membuat diriku merasa bisa pingsan kapan saja.

I could hear him let out a few chuckles before he finally cleared his throat. Ia melihat diriku dengan senyuman yang sialnya membuat diriku terpana. Matanya yang berwarna biru laut itu melihat kearahku. Lagi-lagi wajahku memanas tanpa sebab bisa kurasakan jika telinga dan leher ku juga ikut memerah.

"Cute. Kamu tipe orang yang gampang tersipu rupanya." Goda pria di depanku ini lagi. God─ I wish I could run as far as possible and throw myself into a narrow hole so that no one could find me. Aku merasa sangat malu, dan aku merasa aku bisa mengubur diriku hidup-hidup jika itu diperlukan.

"Stop. Itu sangat memalukan." Ujarku dengan sedikit terbata-bata menahan rasa malu ini.

"Oh─ okay okay, aku tidak akan menggoda mu lagi. What a shame."

🏎₊ ⊹

Max

Itu sangat lucu melihat ia tersipu, pipinya yang memerah dan dimplenya yang nampak karena ia berusaha dengan keras untuk tidak tersenyum, aku menyukainya. Pupil matanya yang membesar dan tatapan matanya yang bergetar membuatku ingin menciumnya?! Wah aku pasti sudah gila.

'Itu tidak mungkin max.' batin ku lalu aku menggelengkan kepalaku guna menghilang pemikiran liar yang sempat terbesit di otakku.

"Ada apa?" Tanyanya khawatir. Seperti aku juga menggelengkan kepala di dunia nyata dan bukannya hanya di imajinasi ku.

"Ah tidak apa-apa. Hanya sedikit merasa berkunang-kunang karena efek alkohol kau tau?" Jawabku sambil terkekeh mencoba menutupi kebohongan yang ku buat ini.

"Oh iya aku juga begitu. Semua terasa kabur dipenglihatanku." Jawabnya.

Setelah itu kami menghabiskan waktu kami dengan mengobrol satu sama lain mengenai kehidupan, sahabat, percintaan bahkan hewan peliharan milik kami masing-masing. Entah kenapa aku bisa merasa sebebas ini membocorkan kehidupanku kepada orang asing yang bahkan aku tidak tau namanya. Mungkin karena kami keduanya sama-sama mabuk dan kemungkinan tidak akan mengingat apa-apa keesokan harinya, membuat diriku melakukan semua hal yang mengejutkan ini.

Aku bisa melihat ia tertawa dengan lepas karena aku menceritakan tentang kucingku sassy dan jimmy yang entah kenapa bisa membuka kulkas ketika aku sedang tidak berada dirumah dan menumpahkan segelas susu almond sisa sarapanku sehingga itu membuat wajah mereka berlumuran dengan susu. Untung saja susu itu hanya seperempat gelas sehingga kekacauannya tidak terlalu luas.

Aku melihat matanya yang melengkung, garis senyumnya yang timbul dan juga lesung pipinya yang bertambah lebar. Semuanya terlihat sangat indah. Entah kenapa tiba-tiba musik di dalam club sudah tak terdengar oleh telinga ku, duniaku seolah hanya berputar di sekitar dirinya dan waktu terasa berhenti. Aku tak tau sejak kapan saat dirinya sudah berhenti tertawa. Kami saling bertatapan, manik hijaunya itu sekali lagi membuat ku hilang kedalamnya. Aku melihat kearahnya dan tatapanku jatuh terpaku ke bibir indah miliknya. Itu berwarna pink alami dan memiliki volume yang pas. Pada detik itu aku merasa hanya ada kita berdua di dunia ini.

Entah sejak kapan bibir kami bertemu, saling memagut satu sama lain. Aku tak ingat tapi yang pasti kedua bibir ini saling beradu memuaskan hasrat yang tiba-tiba hadir dan memperebutkan dominasi. Rasanya sangat menyenangkan dan baru. Ini tidak seperti kau mencium seorang wanita, karena ini jauh lebih menantang. Mungkin karena kami sesama pria jadi tidak ada yang mau mengalah dan juga sensasi saat dagu dan pipi kami bergesekan menimbulkan rasa geli akibat bekas cukuran.

"Let's move to the toilet." Bisikku dengan nada rendah ke telinganya, bisa kurasakan jika bulu kuduknya meremang. Aku menarik pergelangan tangannya dan kami berjalan ke arah toilet. Ku buka pintu toilet dan masuk kedalam salah satu biliknya lalu menguncinya.

Kami melanjutkan sesuatu yang tertunda tadi. Aku mendorong dirinya ke tembok dan dengan tergesa-gesa langsung memagut bibir basah yang sedikit bengkak itu. Bibirnya terasa sangat lembut dan sedikit manis? Entahlah aku tidak tau padahal ia tadi meminum alkohol yang pastinya terasa pahit tetapi ini tidak. Aku pasti sudah gila. Aku meletakkan tangan kiriku di pinggangnya, menariknya mendekat dan mempersempit jarak tubuh kami, lalu ia membalas dengan menaruh kedua lengannya di leher ku dan sesekali meremas rambutmu. Sebuah ledakan ekstasi ini membuatku ─gila, berciuman dengan seorang pria saja menurutku sudah sangat gila. Beberapa menit kemudian kami memutuskan pagutan panas itu guna mengambil nafas, sayang rasanya tapi itu harus dilakukan karena pasukan oksigen di paru-paru tidak mencukupi.

Ia terlihat sangat erotis di mataku. Rambut coklatnya yang berantakan, manik hijau sayu itu, pipi yang sedikit kemerahan dan keringat yang mengalir dari dahinya itu semua mampu membuat ku gila. Apalagi bibir pink alami yang bengkak itu menambah kesan erotis di dirinya. Nafas kami berderu saling berlomba-lomba menghirup oksigen yang menghilang akibat kegiatan panas tadi sembari mengagumi paras satu sama lain, sebelum akhirnya kami berciuman lagi.

🏎₊ ⊹

Charles

In the second when he kissed me my world felt like it was spinning, my brain couldn't think clearly when his lips touched mine. Semuanya terasa begitu cepat seperti kilatan cahaya. Mata sebiru lautan yang tadi ku kagumi kini terpejam menikmati pagutan panas ini. Lidah kami saling berbelit mengejar kepuasan. Sampai ia membisikkan sebuah kalimat yang mampu membuat bulu kuduk ku meremang. Ia mengajakku untuk pergi ke toilet dan dengan bodohnya aku ikut bersamanya seperti orang idiot saat pergelangan tanganku ditarik olehnya.

Efek dari alkohol benar-benar membuat ku menjadi orang bodoh. Aku bisa merasakan punggungku menabrak dinding toilet yang dingin. Ia kembali mencium diriku setelah mengunci bilik toilet yang kami singgahi ini. Ciumannya bertambah dalam setiap menitnya sampai akhirnya kita melepaskan pagutan ini guna mengambil beberapa oksigen. Rasanya sangat sayang melepaskan bibir miliknya, seperti ada yang menghilang. Kami saling bertatapan, aku melihat ke arah mata birunya. Ku perhatikan setiap inci wajahnya tak ingin melewatkan setiap detailnya. Ia memiliki rambut pirang kotor, bibir tipis yang sialnya sangat menggoda dan tatapan mata yang tajam yang mampu menusuk jiwa ragamu, serta tangan besarnya yang sekarang kurasakan berada dipinggang ku. Kami kembali berciuman sekali lagi.

Ku nikmati tiap detik bersamanya sampai akhirnya hal menjadi tidak terkontrol ketika ia meremas bokongku. Ku putus ciuman ini secara sepihak.

"I have to go. It's getting late." I said before things get out of control. Aku tidak mau semua ini berubah menjadi one night stand. Berhubungan seks dengan orang asing adalah big no untukku.

"Sorry." Bisikku di telinganya lalu pergi meninggalkan dirinya sendiri di bilik toilet yang menjadi saksi bisu diriku berciuman dengannya.

🏎₊ ⊹

Note :

Maaf kalau adegannya agak aneh atau kaku, karena jujur saya sudah lama tidak menulis cerita.





@Ncxtinezz_

Love In Pit [Lestappen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang