06 : First Meet

292 25 5
                                    

Max

Aku masuk kedalam mobil ku dan mulai menstaternya, menghidupkan mesin yang sudah lama aku abaikan.

Broom

Suara indah dari mesin Aston Martin DBS Superlenggara mengalun indah ditelingaku bagai melodi indah dari musik terkemuka. Aku selalu senang mendengarkan bunyi mesin-mesin kendaraan, itu semua menimbulkan ekstasi tersendiri dan tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Mungkin itu salah satu alasan ku untuk menjadi pembalap di Formula One. Bunyi mesin serta bau oli dan besin bekas sisa pembakaran yang membubung tinggi diudara membuat euforia tersendiri. Apalagi dapat bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang sehobi dengan kita itu sangat menyenangkan.

Aku menginjak pedal gas dan mobil ku pun mulai melaju. Aku berkendara dengan kecepatan sedang, sengaja karena aku ingin menikmati indahnya jalanan Kota Monte Carlo. Tak terasa aku sudah tiba di parkiran club, aku pun memarkirkan mobil ku dan turun. Orang gila mana yang sudah tiba di club pukul tujuh malam. Sesuai dugaanku saat aku masuk kedalam masih hanya ada sedikit orang didalamnya.

Aku mulai menggerakkan kakiku dan duduk di salah satu kursi yang ada di bar stool itu. Aku memesan minumanku, berharap setelah pulang dari sini aku bisa merupakan masalahku jika beruntung.

"Man can you get me one glass of whiskey please, no ice." Ujarku pada seorang bartender, aku tidak suka jika rasa whiskey ku terlarut dengan es batu itu. Rasanya berubah menjadi sedikit menjijikan kalau boleh jujur, itu merusak cita rasa aslinya. Lebih baik kau mendinginkan sebotol whiskey didalam kulkas daripada menambahkan es batu kedalamnya.

"Bung kau tahu ini masih terlalu awal untuk memesan sesuatu yang berat. Apakah kau ada masalah?" Ucap sang bartender berbasa-basi, ia sudah menemukan puluhan bahkan ratusan pelanggan seperti Max.

"Yah─ seperti itulah." Jawabku singkat karena tidak ingin membalas masalahku terlalu jauh.

Aku pun meminum minumanku sambil menikmati musik yang diputar oleh sang dj. Mataku terus bergulir mengelilingi seluruh penjuru club. Tak terasa whiskey ku sudah habis. Aku memesan dua minuman lagi segelas negroni dan devil margarita ─basically just a regular margarita with red wine on top.

Rasa gin, vermouth dan camparni menyentuh indra perasaku menghadirkan rasa menyegarkan namun kompleks. Pahit dari camparni, manis dari vermouth serta berry dan herbal dari gin bersatu padu dimulutku menghadirkan simfoni rasa yang menyenangkan.

Aku sudah tidak tau seberapa lama aku berada disini, semuanya mulai terlihat kabur aku sudah berada dibatas ambang antara tipsy dan mabuk sampai aku tak sengaja melihat seseorang. Seorang pria. Aku bersumpah jika dia adalah pria tertampan dan juga err─ imut yang pernah aku temui dalam seumur hidupku. OH MY GOD HE'S SO FUCKING GORGEOUS! Mataku tidak pernah mengalihkan pandanganku padanya terus mengikuti kemana ia pergi. Ternyata ia tidak datang sendirian, ada seseorang wanita bersamanya sepertinya itu adalah pacarnya mereka terlihat sangat dekat dan mesra. Wanita itu memang terlihat sangat cantik sungguh pasangan yang cocok.

🏎₊ ⊹

Charles

Kini aku dan Victoria sedang dalam perjalan menunu club sehabis kami makan disebuah restoran perancis. Rasanya sangat menyenangkan mengendarai Ferrari 812 competizione sungguh perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

"So how is the car charlie? Feels amazing?" Tanya Victoria.

"Yes, it is. It's incredible." Ujarku sambil memutar stir mobil ini. Tak lama kemudian kami sampai di club, aku memarkirkan mobil ini dan kami pun turun.

"Wait─ Victoria!" Ujarku menyuruh Victoria untuk jangan keluar dari mobil terlebih dahulu. Setelah itu aku keluar memutari mobil Victoria dan membukakan pintu mobil untuk dirinya.

"Come on, cherí." Ucapku sambil menjulurkan tangan bak pangeran yang membantu tuan putrinya untuk turun dari kereta kuda mewah miliknya.

"Oh─ what a sweet of you. Merci."

Kami berdua berjalan masuk ke club dengan posisi tanganku berada di pinggang ramping milik Victoria. Kami terlihat seperti pasangan yang serasi. Sayang sekali kenyataannya tidak. Aku berjalan ke arah bar stool dan memesan segelas whiskey.

"Woah charlie apa yang terjadi dengan dirimu hari ini? Tidak biasanya kau memesan ini, apa yang terjadi?" Tanya Victoria penasaran.

"Enggak papa, gue cuma kepingin aja." Jawab ku dengan lugas and I doubt Victoria would believe that.

"Ah yang bener?" Tanya Victoria sekali lagi dengan nada sedikit menggoda tapi aku tau jika dia khawatir padaku.

"Iya yaelah. Udah sono lu seneng-seneng. Siapa tau ada yang kecantol." Ujarku dengan setengah bercanda.

"Okay byee cherí." Ucap Victoria lalu memberikan kecupan kilat di pipiku tentu saja aku sempat mengelak tapi apa daya dia lebih cepat dan aku bisa mendengar tawa cekikikan miliknya yang mulai menghilang.

Entah berapa gelas yang sudah ku minum kini kepalaku rasanya berkunang-kunang pandanganku mulai mengabur. Tadi aku bahkan meminum tequila sebuah minuman yang sangat aku benci karena rasanya, tapi malam ini aku malah meminumnya entah kesambet setan apa sampai aku meminumnya. Aku melihat kesekelilingku jika club ini sudah sangat ramai. Aku bisa melihat Victoria yang saat ini sedang menari dengan seorang wanita pastinya di dance floor dengan posisi yang bisa dibilang sangat ─intim. Wajah mereka berdua bahkan hanya tinggal se-senti lagi sebelum akhirnya berciuman. Tangan Victoria bisa kulihat sedang memegang bongkahan kenyal yang berada dibelakang wanita itu, rupanya ia sangat bersenang-senang.

Aku mulai merasa tidak nyaman karena bar stool yang aku singgahi saat ini mulai dihuni terlalu banyak orang, bahkan sesekali aku digoda oleh seorang wanita maupun pria. Aku melihat ke bar stool yang berada di seberang diriku berada dan disana lumayan sepi. Entahlah aku tak tau mungkin karena bar stool itu lumayan jauh dari dance floor. Saat aku berjalan kearah bar stool tersebut bisa kulihat banyak muda-mudi yang berciuman di sofa atau sedang menggesekkan kemaluan mereka bersama.

'God damnit get a room bro.' batin ku sebal melihat mereka yang jelas-jelas tidak tau malu menggesekkan kemaluan meraka.

Akhirnya aku sampai, aku bisa melihat hanya ada lima orang di bar stool ini empat pria dan satu wanita. Aku memilih tempat yang paling pojok dan sialnya saat aku mendekati pria itu ia tampak seperti ─MAX VERSTAPPEN?! Ah─ aku pasti berhalusinasi karena terlalu banyak meminum alkohol karena jujur kuakui toleransi terhadap alkohol tidak sebagus itu. Aku pun mulai mengajak pria itu mengobrol, ya─ hanya untuk berbasa-basi kau tahu. Wajahnya tampak kabur dipenglihatanku.

"Hai."

🏎₊ ⊹



@Ncxtinezz_

Love In Pit [Lestappen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang