Salah

18 15 0
                                    

Aku merasa sangat penuh keheranan. Aku mencoba menutup tubuhku dan berpura-pura tidur kembali. Alvaro merasakan pergerakanku pun ikut terbangun.

"Sakit sekali...." Dia meregangkan tubuhnya dan melihat ke kanan juga kiri. Ia melihatku lama masih perlu proses untuk memahaminya. Tak lama setelahnya ia pun ikut terkejut. Melihat tubuhnya sudah tidak berpakaian lagi.

"Aaa... aa... paa.... yang...." Ia bergemetaran tidak dapat bergerak sedikit pun.

"Diamm... jangan berbicara, kamu ambil dulu pakaian itu aku akan menutup mataku." Aku menegaskan diriku agar tidak panik.

"Baa.. baa ikk ta..pi aaa... was kau mengintip..." suara terbatah-batah yang dikeluarkan dari Alvaro. Alvaro turun dari kasur ku dan mengambil semua bajunya. Aku menutup mataku tidak menoleh sedikitpun ke arahnya.

"Sudah.... Ka ka kau bisa pakai Ba ba juu mu sekarang." Muka Alvaro memerah dan menutup matanya. Aku sambil mengambil selimut  lalu mengambil semua pakaian dalam ku.

"JANGAN MENGINTIP!" Aku pun tegas berbicara.

"TIDAKK!?!" Dia pun membalasnya dengan nada tegas karena panik. Akhirnya kami berdua berjauhan. Aku duduk di kasurku dan Alvaro duduk di sofa sambil menundukkan kepalanya.

"Apa kau ingat semalam..." aku menanyakan hal tersebut.

"Aku hanya ingat kita berdua minum bersama akhirnya kita berlomba." Dengan nada pelan penuh rasa bersalah. Aku menghelakan nafasku dan mencoba menerima keadaan yang sedang terjadi saat ini.

"Maaf ini salahku." Aku berjalan dan berdiri ke arah depan Alvaro. Aku menunduk untuk meminta maaf soal kejadian ini.

"Hah... kenapa.." kemudian Alvaro pun terdiam mendadak.

"Karena aku memulainya."

~~~~~~

Flashback Malam kemarin.

~~~~~~~

"Tuannn sepertinya saya akan mengantar anda.. anda sudah sangat mabuk."

"Diam Daniel.... Aku bisa mengantar perumpuan ini. Aku tidak mabuk... Dia calon istriku." Dengan gaya berbicara tidak jelas wajah terpoyong-poyong Alvaro menolak perintah Daniel.

"Tapi tuan.." Daniel mencoba meraih tangan Alvaro untuk membantunya.

"Stttss ini urusan pria. Kamu pergilah." Alvaro membawaku yang sudah setengah pingsan. Ia membopongku dengan menaruh tangan ke pundak lehernya. Aku mengikuti arah jalannya.

"Alvaro kau anak kecil yang sangat payah..." Aku berbicara melantur tak jelas.

"Diamlah... kau sudah terlalu mabuk. Aku berusaha membawamu ke kamarmu." Ia berusaha berjalan ke kamarku dengan keadaan sama mabuknya. Aku tertawa cekikan.

Saat sudah sampai di ruangan ku, Alvaro mengangkatku di atas kasur dan merapikannya.

"Alvaro jika kau benar ingin aku jadi Istriku BUKTIKAN." Aku terbangun dan terduduk di kasur sambil menarik tangannya.

"Heii.. jangan begitu aku .." belum sampai dia berbicara aku pun menatapnya dengan tajam. Aku pun berubah bengis dan ingin membunuhnya.

"Buktikan atau aku akan membunuhmu." Aku menariknya dan meletaknya ke kasur. Aku mencekiknya dengan keras menggunakan kuku yang tajam. Mataku berubah menjadi warna cahaya biru. Menatap ke arahnya tajam. Wajah Alvaro yang ketakutan hanya diam dan menuruti keinginanku. Aku melepas cekikannya dan menghelus dadanya serta melepas kancing bajunya.

"Aku melihatmu ketika kecil, sekarang tubuhmu sangat besar dan gagah." Aku menghelus dadanya dan mencium dadanya, kemudian aku menjilatnya.

"Aku penasaran bagaimana rasamu jika aku memakanmu." Aku membuka seluruh kancing bajunya secara paksa. Dengan posisi aku duduk di atasnya dan ia hanya diam terbaring dari bawah. Ia menarik leherku menggunakan kedua tangannya. Tubuhku bergerak mendekati tubuhnya dan menatap matanya. Lalu aku memeluk tubuh yang dingin.

"Aku sudah menjadi pria yang bukan kau kenal dulu." Ia membisikkan kata-kata itu di telingaku. Aku pun membuka semua pakaianku, karena merasa sangat gerah dan panas.

"Gerah sekali... tapi tubuhmu sangat dingin." Aku membuka semua pakaianku dan bahkan semua pakaian dalam yang ku pakai. Aku memeluknya dan membaringkan tubuhku di atas dadanya.

"Ahhhh....." Rasa gerah yang ada ditubuhku mulai terasa nikmat saat menyentuh tubuhnya. Alvaro menutup tubuhku dengan selimut. Pada akhirnya yang telah terjadi menjadi malam yang tak bisa dilupakan.

~~~~~

Back to now

~~~~~

"Akhhh bodohnya aku." Aku menutup wajahku malu. Alvaro berjalan perlahan ke luar pintu ruanganku dan pergi.

"Kenapa aku sebodoh itu..." aku merasa sangat lengket dan akhirnya aku putuskan untuk mandi.

"Sepertinya aku tidak akan mabuk lagi." Aku berbicara sambil bermain busa di bathub. Aku melihat ekorku dan memainkannya. Sambil bernyanyi riang.

"Ups aku lupa ini bisa menghipnotis seseorang. Tapi setelah mandi memang rasanya menyegarkan. Namun, bagaimana aku bisa melihat wajahnya nanti. Hal ini pertama kalinya bagiku melakukan hal yang..." Aku menutup wajahku malu. Wajahku memerah seperti kepiting rebus. Aku bingung apa yang akan terjadi setelahnya.

"Tidak masalah, lagian aku tidak akan bisa hamil. Karena iblis Arthea." Aku memainkan air dengan kekuatan yang ku miliki. Membentuk beberapa pola sesuai yang aku inginkan dengan kedua tanganku.

"Sepertinya aku harus ke tempat dokter peneliti dulu." Aku mengeringkan tubuhku dan bersiap. Aku memilih pakaian yang akan aku gunakan saat ini. Aku berjalan keluar ruangan dengan pelan berjalan menuju ruangan dokter yang bertugas melayani ku.

Arthea the Blue MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang