Hidung Mungil (2)

7 1 0
                                    

Kami pun kembali ke ruangan dokter Dexter berada. Di sana ia meracik obat dan sesuatu lainnya untukku.

"Kau belum menjelaskan mengapa Rozetta memperlakukanku begitu sebelumnya dengan Roger."

"Maksudmu ia memperkosamu."

"Iya.... Hellow siapa sih yang mau dibegitukan."

"Ahh iya... itu salah satu rencana dari Rozetta. Aku kurang tau lebih maksudnya bagaimana. Tapi disini aku hanya memeriksa keadaanmu apa kamu hamil atau tidak. Maka itu aku memberanikan diri untuk bertugas memeriksamu. Aku hanya ingin berada di dekat Courtney."

"Itu tidak menjelaskan pertanyaanku sama sekali." Ia menutup mulutku dengan serbuk obat aneh ke mulutku saat aku berbicara. Ia pergi ke meja penelitiannya dan mencari gelas air putih.

"Aku belum selesai dengan ceritaku. Dia hanya ingin mencari cara membunuh iblis di dalam tubuh mu itu. Jika tidak salah ingat. Dengan keturunan yang ada pada saat di dalam iblis itu. Ia akan berpindah dan melemah. Karna seutuhnya ia membagikan kehidupannya ke selanjutnya yah itu keturunanmu. Jika keturunanmu tidak bisa menahan kekuatan iblis Arthea maka ia mati bersama Arthea. Tapi itu terlihat kejam makanya dia tidak ingin memberitahumu."

"Tapi itu tidak.. ahh tidakk.. akhhh menyebalkan sekali. Aku tidak bisa menjawab apapun. Aku juga ingin menghilangkannya. Tapi tidak dengan seperti ini. Apa aku bisa hamil."

"Sepenuhnya yang telah ku teliti kamu tidak mengalami reaksi apapun. Aneh sekali seakan-akan ada penolakan dari dirimu untuk mendapatkan keturunan. Dalam arti lain kau tidak dapat hamil. Maka dari itu dia gagal. Aku ingin kau membantuku mengingatkannya kembali dan membawa Courtney." Ia memberikan segelas air putih itu ke arahku. Kemudian aku menerima suguhannya, lalu aku meminumnya.

Mataku tiba-tiba menjadi gelap dan tak sadarkan diri.

"Hahahahaha.... Lucu sekali." Suara itu... suara ini yang tak asing. Apa aku sedang tidak sadarkan diri. Apakah dokter itu memperlakukan sesuatu lagi pada tubuhku.

"Relax..... dokter culun itu tidak akan berani memperlakukanmu aneh. Haloo sandria sayang lama tidak berjumpa."

"Kauuu.... Karna mu aku tidak tau jadi apa. Aku sudah menjadi gadis apa. Bagaimanapun juga aku akan melawanmu dan mengeluarkanmu dari tubuhku."

"Bagaimana.... Rencana ku. Sebentar lagi akan berhasil, tinggal tunggu waktunya. Ahh aku merasakan hawa dendam benci yang sangat tinggi. Kamu ingin membunuh Rozetta kan. Maka bunuh dia."

"Apa yang kau bicarakan.... Semua ini salahmu. Aku dendam terhadapmu."

"Ahaha aneh,, ahh tidakk kamu hanya melantur. Aku tau jika kamu sangat benci keluarga Diaz. Tidak perlu disembunyikan. Bunuh saja. Ditambah rasa gundahmu terhadap kakakmu itu membuatku menjadi lebih kuat. Teruskan rasa kebencianmu menumpuk hingga aku bisa menguasai dunia ini lebih lagi." Ia mengelilingiku dengan kabut hitamnya. Aku hanya duduk melihatnya, ia memainkan daguku dengan tangannya. Iblis ini membentuk banyak berbagai tubuh dengan kabutnya.

"Aku tidak akan tergoda oleh mu. Aku akan mencari cara keluar dari ini dan membunuh mengeluarkanmu seutuhnya." Aku berteriak dan ia tertawa keras hingga aku terbangun dari tidur lagi.

"Sandria... sandriaa bangun..." teriak dokter itu menggoyangkan tubuhku.

"Ahh.. kepalaku."

"Apa yang terjadi kau tiba-tiba tertidur. Apa kau perlu air lagi."

"Tidak perlu... hanya iblis Arthea. Ia tau rencana kita. Dia terbangun karna hati ku mulai gelap."

"Gawat... aku akan ikut kamu. Aku tidak ingin Arthea akan merengut nyawamu."

"Kenapa jika hal itu terjadi."

"Ia akan menguasai tubuhmu dan menghancurkan dunia." Ia memberikan selimut juga air putih kepadaku.

"Baiklah kita akan bahas lagi besok, kepala ku terasa sangat berat. Aku tidur dulu di kamar." Aku turun dari kursi itu lalu berjalan menjauh keluar. Aku berjalan perlahan-lahan ke arah kamarku. Aku pergi ke kamar mandi melepaskan semua pakaianku. Aku melihat tubuhku kembali. Semua luka dan goresan sewaktu di borgol semuanya sembuh. Aku kembali ke bathub untuk mandi dan membersihkan diri. Ternyata kakiku masih berubah menjadi ekor. Insang serta rambutku tetap berubah. Aku menatap lama ke ekorku dan menangis pelan.

~~~~~~~

Kamar dokter Dexter

"Apa kau sudah siap. Minum ini agar kamu tidak diganggu Arthea untuk sementara. Menjaga tubuhmu tetap hidrasi." Dokter itu memberikan minuman yang baunya sangat aneh. Terlihat terang dan bewarna kuning keemasan. Aku memutuskan untuk mempercayainya dan meminumnya di hadapan dokter itu.

"Eu baunya sangat aneh. Baiklah kita ke penjara bawah selamatkan Courtney lalu pergi." Aku keluar dari pintu begitu juga dengan Dokter yang ikut mengiring pergi.

Kami mengendap ke lantai bawah, tanpa pelayan bahkan orang lain yang tau. Di bawah banyak pria besar tinggi menjaga sel penjara gelap itu. Di dalam ini sangatlah gelap dan kumuh. Kami memikirkan banyak cara untuk mengalihkan perhatian penjaga itu. Akhirnya terpikirlah sesuatu ide dari benak kepalaku.

"Kamu tetap disini dan pantau terus pria itu. Aku akan berusaha mengambil kunci dengan kekuatanku."

"Berhati-hatilah aku tunggu di pintu penjaga sel Courtney." Dokter itu mengendap pergi ke arah pintu penjaga sel Courtney. Perlahan aku memberikan beberapa perhatian penjaga untuk tetap terganggu dengan getaran air yang ku buat. Saat penjaga itu pergi aku mengambil kunci di belakangnya dengan kekuatan air ku. Dengan penuh energi yang keluarkan untuk mendapatkan kunci itu. Mungkin karna ini efek dari saat aku meminum air dari dokter itu. Sehingga membuat Arthea tertidur dan melemahkan kekuatannya sementara. Saat kunci pintu itu berhasil aku dapatkan. Aku pun pergi menyusul ke dokter untuk membuka pintu sel penjaga.

Aku berjalan ke arah pintu sel Courtney dan melihat dokter sedang memasukkan kepala di dalam sel. Tangan kanannya membentang meraih kepala Courtney. Courtney tertidur lemas di dalam sel dengan baju yang sama ketika aku dibebaskan. Terlihat kotor dan penuh lebam. Dokter hampir menangis melihat keadaan Courtney di sana.

"Tunggu aku Courtney.... Aku akan membebaskanmu manisku." Dokter itu berbisik pelan agar pria penjaga tidak mengetahui keberadaanya. Dengan kunci besi yang ku pegang aku perlahan membuka pintu jeruji besi itu.

Klekkk... suara pintu dari jeruji besi akhirnya terbuka. Dokter itu berlari dan mengangkat Courtney yang terbaring lemas.

"Baiklah di mana pintu keluar dari sini. Cepat sebelum penjaga itu melihat kita." Aku berbisik ke arah dokter itu.

"Baiklag ikut aku. Kita akan lewat halaman belakang air terjun. Ikuti aku." Dokter itu memimpin jalan sambil membopong Courtney. Aku mengikuti arahannya dan mengikutinya dari belakang. Kami mengendap-endap melihat jalan dari lorong ke lorong. Setiap ada penjaga pria itu lewat kami bersembunyi. Jalan di ruangan ini sangatlah luas dan penuh dengan gua lorong. Akhirnya satu demi persatu lorong kami lewati, kami melihat pintu kayu yang dilapisi besi. Aku berusaha mengangkut kunci pintu kayu yang besar itu. Namun, dari kejauhan seperti ada bunyi langka orang lewat. Akhirnya aku berhenti. Dokter berusaha diam dan tidak membuat suara. Akhirnya suara itu pergi menjauh lalu hilang dari pendengaran kami.

Aku pun berhasil mengangkut pintu kunci itu. Kami keluar barengan dan pergi dari rumah aneh ini. Kami berlari pergi menjauh dari pintu rumah itu. Dengan dokter yang membopong Courtney dalam keadaan lemas berusaha dengan kuat tenaga untuk membawanya. Dokter itu lagi-lagi memimpin jalan pergi ke suatu tempat yang ia kenali.

"Kita akan pergi ke mana." Tanya ku dari belakang dokter penasaran.

"Kita akan ke tempat rumah penelitian ku. Bersabarlah kita semakin dekat." Tidak tau kita ada di mana. Ada di hutan mana aku hanya mengikutinya pergi masuk hutan. Berlari mengikutinya ke suatu tempat tersembunyi membawa Courtney pergi.

Arthea the Blue MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang