Badmood dan Pemilu

20 7 5
                                    

"Saat kamu hanya bisa memendam perasaan kepada seseorang, saat itu juga kamu harus siap melihat dia bersama yang lain."



Jangan lupa follow sebelum membaca!
Selamat menyelam pada kisah Lavanya dan Bimantara di bagian ke lima🌷

Vote dan komen juga!
Happy Reading Lovely🤍

🌷🌷🌷🌷

Bel pulang sekolah merupakan anugerah terindah yang begitu sempurna. Lavanya memasukkan buku bukunya ke dalam ransel nya, kali ini dia pulang tidak bersama Renjana dikarenakan temannya satu itu akan dijemput oleh Ibu nya.

Sebelum menuju parkiran sekolah untuk bergegas pulang, Lavanya melangkahkan kakinya menuju Perpustakaan untuk mengembalikan novel yang telah dipinjamnya empat hari yang lalu.

Langkahnya tiba tiba terhenti ketika melihat dua sejoli yang sedang bercengkrama sembari tertawa. Bimantara dan Alana,mereka tampak berbahagia. Lalu Lavanya melihat Bima mengulurkan tangannya untuk memperbaiki jepit rambut berwarna pink yang hampir jatuh dari rambut Alana.

Melihat kejadian itu, Lavanya bergegas pergi dari tempat dimana tadi dia berdiri.

Aku pernah mendengar kata "jika kamu menyukai langit, kamu harus suka dengan segala cuacanya".

Jika diibaratkan kamu adalah langit, aku menyukai dengan segala yang ada pada langitmu, aku menyukai jinggamu, birumu, ungu muda mu.

Aku menyukai kelabu bahkan kelam yang diciptakan langitmu, aku selalu berusaha untuk tetap menikmati pemandangan itu.

Setiap kali langitmu meneteskan rintik yang menderu, aku selalu berusaha berdiam dan menikmati itu.

Bahkan sampai saat ini pun aku tidak pernah berhenti untuk menikmati langitmu, berharap keajaiban membawa dirimu datang dan berbalik mencintaiku.

Kala terpaan angin yang sedang dingin- dinginnya, aku akan tetap memandangi langitmu yang mempesona.

Bukan kah langit akan selalu indah dipandang oleh pecintanya?

Lavanya berlari tanpa arah, awan gelap disertai angin kecil dan air hujan turun dengan derasnya menemani langkah kaki kecil yang terus berlari, Nampaknya langit pun turut sedih melihat Lavanya.

Bandung, Terimakasih sudah menjadi saksi atas kesedihan seorang gadis yang melihat kenyataan pahit didepannya.

Terimakasih menjadi saksi kuatnya seseorang yang hanya bisa mencintai dalam diam.

Bimantara, kenapa sesakit ini mengangumi mu?
Lavanya hanya seorang gadis biasa yang tidak akan pernah bisa menggantikan posisi seseorang yang kamu dambakan bukan? Bimantara, jika kamu tidak menyukai Lavanya tolong bicara padanya bahwasanya kamu tidak bisa membalas rasa cinta nya yang sudah terlampau dalam.

Ponsel yang berada di saku baju milik Lavanya bergetar menandakan ada notifikasi masuk, dilihatnya sejenak sembari memberhentikan langkahnya. Terpampang nama "Renjana" yang mengirimkan pesan kepadanya "Lav, udah sampai rumah belum?" Tanya gadis itu, namun Lavanya hanya melihatnya dari notifikasi, lalu mematikan ponselnya.

Untuk ketenangan hati,Lavanya perlu sendiri.

🌷🌷🌷🌷

Merapah Akara Bumi PasundanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang