O1

92 9 2
                                    

Brak! Brak!

Dengan wajah ketakutan, lelaki paruh baya itu memeluk istrinya yang sedang menggendong bayi yang baru lahir.

"Ayo sembunyi." Tangan pria itu ditahan oleh istrinya, ia menggeleng.

"Woi keluar kalian!"

Sang istri menatap suaminya dengan pelupuk mata berkaca-kaca.

"Biarin aku menyerahkan diri."

"Nggak! Nggak ada yang boleh pergi! Anak ini nggak bisa kehilangan orang yang melahirkan dia."

Wanita itu menyeka air mata yang mengalir di pipinya. Ia menatap anak lelaki yang berada di dekapannya dengan sendu. "Nanti saat waktunya tiba, aku akan lihat anak ini. Saat dia udah dewasa."

Brak! Brak!

Ia lalu menyerahkan bayi itu kepada suaminya. "Ini, bawa dia pergi jauh."

Brak!

Mereka terkejut saat engsel pintu tidak dapat menahan benturan dari luar yang menyebabkan benda itu rusak dan terjatuh begitu saja.

"Cepet pergi! Mereka sebentar lagi masuk!"

"Tapi aku nggak bisa tinggalin kamu." Lelaki itu menyentuh pipi istrinya.

"Kamu nggak ninggalin aku. Aku akan terus ada disini." Ucapnya sambil menyentuh dada pria itu. "Janji kamu akan terus hidup dan rawat Yeonjun dengan penuh kasih sayang."

"Yeonjun?"

Brak!

"Keluar kalian! Keluarga terkutuk!

Sang istri mengangguk sembari tersenyum, ia mengusap pipi lembut bayi yang baru dilahirkannya. "Iya, Yeonjun yang artinya alami dalam menyelesaikan sesuatu. Dan dia akan jadi anak tampan, seperti kamu, Yoonsang."

Dalam saat-saat terakhir mereka, kedua belah jiwa itu memeluk raga satu sama lain. Menyalurkan rasa sayang untuk terakhir kalinya.

"Pergi ke tempat yang jauh, pulanglah lagi saat anak ini sudah besar."

"Aku janji akan jaga Yeonjun dengan seluruh hidupku." 

Wanita itu mengangguk dan tersenyum.

Dengan napas berat dan segala keraguan yang menyelimuti, Lelaki paruh baya itu pergi meninggalkan orang yang ia sangat cintai.

Brak!

Wanita itu terkejut saat pintunya berhasil di dobrak dan hancur begitu saja.

"Sini lo dukun terkutuk!"

"Akh!" 

Badan wanita itu didorong begitu saja hingga ia terlempar ke lantai dengan keras.

Bajunya lalu ditarik begitu saja."Mana yang lain? Suami lo itu mana?"

"Jangan hukum dia juga! Biar aku yang menanggung hukumannya!"

Pria berkumis yang diyakini kepala desa itu memicingkan matanya. "Segera sisir seisi rumah dan cari suaminya!"

Warga yang lain mengangguk dan mulai mengacak-acak rumah itu. Membuat wanita itu menitikkan air mata.































"Ugh!"

Bruk!

Lelaki paruh baya itu tersandung kakinya sendiri saat berlari, membuat bayi yang ada di pelukannya menangis.

"Sst nggak apa-apa Yeonjun, maafin ayah ya."

Yoonsang mengusap wajahnya yang basah karena air mata. Ia menolehkan kepalanya ke belakang, rumahnya sudah samar terlihat. Walaupun mustahil, tapi ia berharap istrinya bisa selamat.

Ia kemudian bangkit berdiri, hendak melanjutkan perjalanannya.

"Hei!"

Ia melotot saat mendengar seruan itu dari belakangnya. Ia kemudian berlari tak tentu arah.

"Hei, jangan lari."

Ckitt!

Ayah Yeonjun itu menghentikan langkahnya saat ia dihadang seekor kuda dengan gerobak dibelakangnya serta seorang penunggangnya.

"Mau menumpang?"



































"Tolong lepasin saya! Saya bukan seperti yang kalian kira!"

Wanita itu meronta-ronta dari orang-orang yang membawanya.

"Diam! Kamu itu penyihir pembawa petaka didesa ini!"

Dengan tangisan yang kian deras, ia mencoba melepaskan ikatan yang ada di tangannya.

Matanya melotot saat melihat tempat ia akan dieksekusi dengan orang-orang ramai menonton.

"Nggak! Lepasin saya!" Ia berteriak semakin kencang.

"Diam!"

Warga itu membanting dirinya ke tanah dengan sangat keras.

"Di desa ini tidak boleh ada aktivitas paranormal! Desa ini tidak boleh ada penyihir!"

Bugh! Bugh!

Badan wanita itu di tendang oleh warga yang lainnya. Ia hanya bisa berlidung di balik tangannya yang lemah. 

"Dasar wanita penyihir pembawa malapetaka!"

Ia hanya melihat wajah mereka satu persatu dengan lemas.

"Sudah, saatnya kita beri dia hukuman yang setimpal."

Ia dibawa ke tengah-tengah, dan lehernya kemudian diikat dengan sebuah tali besar. 

"Tenang wargaku semua. Setelah ini, kesuraman dan kutukan yang ada di desa ini lenyap!" Ucap kepala desa itu dengan senyum merekah. Diiringi sorakan dari warga yang lain.

Kepala desa itu kemudian menoleh pada wanita tidak berdaya itu. "Ada ucapan terakhir?"

"Malapetaka akan menimpa keturunan kalian, karena harus menanggung dosa orangtuanya."

"Dasar penyihir sialan! Tarik cepat!" 

Kepala desa itu menyuruh orang dibelakangnya menarik sebuah katrol yang menyebabkan wanita itu tergantung semakin tinggi ke atas.

"Akh!" Ia memberontak dengan segala tenaga yang ia punya.

Hanya dalam hitungan menit, tubuhnya lemas dan tidak bergerak lagi.



























Set!

Lelaki itu terbangun dari tidurnya saat gerobak itu berhenti. "Ada apa, pak?"

"Anda mau kemana sebenarnya? Sekarang sudah sampai jalan raya."

"Yasudah, saya turun disini aja. Makasih sekali atas tumpangannya pak."

Ia kemudian berjalan menghadap lelaki paruh baya itu. "Saya cuma punya segini, tolong di terima ya."

"Nggak usah pak. Saya ikhlas bantuin bapak, kasihan juga bayinya." Tolak pria dengan sopan.

"Ah begitu ya, kalau gitu saya amat berterima kasih." Yoonsang menatap barang yang ada di dalam gerobak itu. "Omong-omong, bapak bukan orang sini ya?"

"Ah memang bukan, istri saya orang asli sini. Kalau saya ada di kota sebelah." Ucap lelaki itu sambil tersenyum.

"Oh begitu."

Pria itu mengangguk. "Apapun yang sedang bapak hadapi, semoga semuanya berjalan dengan baik."

Yoonsang memandang sendu bapak-bapak yang sudah berlalu pergi. Ia kemudian menatap putranya,

"Mari kita mulai hidup baru yang lebih baik, Yeonjun."































🔮🔮🔮

Yes or Yes👀



Rache der Hexe | YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang