"Yeonjun!"
Lelaki itu tertegun saat suara guru di depan memanggil namanya. Ia tersadar dan melihat yang lain, terutama Beomgyu dan Hueningkai sedang menatap ke arahnya.
"Kamu kenapa? Kalau ngantuk cuci muka daripada nggak fokus pelajaran saya."
"Maaf, pak."
Yeonjun terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri sehingga menganggu kegiatan sehari-harinya. Ia menatap punggung Beomgyu, lelaki itu berubah menjadi lebih pendiam setelah semua kejadian yang mereka alami.
Yeonjun merasa sangat bersalah, jika ia bisa lebih jujur dan terbuka, segala hal pasti bisa dicegah. Namun bagaimana kalau teman-temannya tidak percaya padanya?
"Gue paham perasaan kalian. Kalau ada masalah tolong diceritain aja, yang gue punya cuma kalian."
Beomgyu dan Yeonjun langsung menatap Hueningkai yang hanya menggoyang-goyangkan minumannya.
Yeonjun menghela napas gugup, "Kalian mau percaya sama gue?"
"Apa?"
Yeonjun menatap dua orang itu bergantian. Mereka diam menunggu sesuatu yang akan dikatakan Yeonjun.
"Sebenernya gue tahu apa yang akan terjadi sama Soobin dan Taehyun, yang buat gue nyesel karena gue nggak bisa cegah kejadian-kejadian itu."
Beomgyu dan Hueningkai saling memandang satu sama lain.
"Maksudnya?"
Yeonjun mendongakkan kepalanya, "Gue dapet mimpi."
"Maksudnya lo dapet mimpi tentang apa yang akan terjadi sama mereka?" Hueningkai bertanya untuk memastikan pernyataan Yeonjun.
Lelaki itu mengangguk, "Bodohnya gue cuma nganggep itu mimpi biasa. Hari itu gue ajak Taehyun nginep tapi dia nggak mau. Dan bener aja, malemnya mimpi itu jadi kenyataan. Tapi akhirnya gue gagal nyelametin dia."
Beomgyu menepuk pundak Yeonjun, "Lo cuma overthinking."
Yeonjun menatap Beomgyu dengan kedua alis menekuk. "Lo nggak percaya sama gue? Lo juga Kai?"
"Apa itu semua mungkin?"
Yeonjun berdiri dan mengangkat tangannya. "Gue berani sumpah! Semua mimpi gue nyata! Bahkan gue semalem mimpi tentang Beomgyu!"
Beomgyu tertegun saat Yeonjun berucap begitu. Ia bisa melihat lelaki itu langsung reflek menutup mulutnya dan menatap dirinya dengan panik.
"Mimpi apa, Jun?"
Yeonjun langsung menggeleng dan kembali duduk, ia langsung membungkam dirinya. Beomgyu menarik dirinya agar menatap wajah lelaki itu.
"Bilang, lo mimpi apa tentang gue."
Sorot mata Beomgyu menyiratkan amarah dan ketakutan. Yeonjun tidak bisa menceritakan mimpinya begitu saja, Beomgyu bisa saja menjadi parno.
"Lo yakin tentang mimpi itu? Nggak cuma kebetulan?"
Yeonjun menatap Hueningkai, walaupun lelaki itu seperti meragukan dirinya, namun Yeonjun tahu bahwa didalam lubuk hatinya ia mempercayai Yeonjun.
"Apa kebetulan datang dua kali? Atau tiga kali?"
"Jelasin ke gue dulu, Yeonjun." Beomgyu terus mendesak Yeonjun untuk berbicara.
"Mending malam ini lo nginep di rumah gue."
Beomgyu langsung mengangguk, ia menatap Hueningkai. "Lo ikut?"
"Gue nggak bisa, sorry."